Chereads / Autumn in My Heart / Chapter 17 - Ada Apa dengan Mereka?

Chapter 17 - Ada Apa dengan Mereka?

Pertemuan dengan Adrian di rumah sakit menciptakan kegelisahan tersendiri untuk Zia. Mengapa dia bisa mengabaikan fakta jika dia bisa bertemu Adrian dan istrinya disana? Kejadian kemarin sungguh mengganggunya. Dia bahkan tak menyentuh pekerjaannya yang terlihat menumpuk di meja ber-cat coklat tua yang tidak terlalu besar.

Seharusnya memang dia tidak berada disini. Hari dimana karyawan lain sedang libur menikmati weekend mereka namun dia terpaksa harus melaluinya di kantor karena menumpuknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

Fokus Zia fokus. Ucapnya pada diri sendiri. Dia mulai memeriksa lembar demi lembar laporan yang harus segera diberikan pada klien maupun bos-nya. Untung saja dia sudah sempat makan siang sebelum datang sehingga lambungnya tidak akan menimbulkan masalah.

Diluar hujan nampak semakin deras. Kehadiran hujan tak mencuri perhatian Zia. Dia harus secepatnya menyelesaikan laporan-laporan tersebut agar besok dapat mengunjungi keponakannya.

Tak terasa hari sudah mulai senja. Zia menarik nafas panjang, pekerjaannya selesai.

Dia mengambil handphonenya yang tak tersentuh selama beberapa jam. Mumpung lagi weekend dan pekerjaannya selesai lebih cepat, dia menelpon Eiverd. Sudah lama juga mereka tidak jalan sekedar menghabiskan waktu. Panggilannya tak dijawab, apakah Eiverd sibuk? Tapi inikan weekend. Batin Zia sambil mengetuk-ngetuk handphonenya di meja.

"Kamu sibuk? Jalan yukkk, lagi sumpek..Butuh hiburan dan butuh kamu 😘"

Sebuah pesan teks terkirim. Mungkin Eiverd lagi nyetir atau lagi tidur. Pasti kalau dia sudah membaca pesan teks tersebut, dia akan segera mengabari Zia.

Zia berpindah posisi ke sofa dan berbaring untuk membuat tubuhnya rileks kembali. Sudah hampir satu jam sejak pesan teks itu dikirim namun belum ada balasan sampai sekarang. Wanita ini sedikit dongkol, akhir-akhir ini dia dan Eiverd sudah jarang bertemu. Padahal Zia ingin menyampaikan bahwa selama seminggu kedepan dia harus ke Manokwari bersama Rafael, kliennya.

Dengan langkah gontai dia berjalan keluar kantor, mungkin dia lebih baik pulang dan istirahat saja.

Mobil sedannya baru saja akan keluar dari parkiran ketika dia melihat Aldo sedang berdiri di depan kantor dengan sebatang rokok yang terapit di antara jari-jarinya.

Zia menurukan kaca dan membunyikan klakson, perhatian lelaki itu tertuju padanya.

"Ngapain disini? Bukannya libur?" Tanya Zia sedikit berteriak karena jarak antara mobil dan tempat Aldo berdiri agak jauh.

Aldo berjalan mendekati Zia sambil tersenyum. Arghhhh Zia selalu menyukai senyum itu.

"Kamu selalu menanyakan sesuatu yang dapat menyerangmu juga. Aku lihat kamu keluar dari lobby kantor. Ngapain? Kan libur?" Aldo tertawa ketika bertanya balik dan melihat ekspresi Zia yang sengaja dibuat cemberut.

"Haruskah aku membenci setiap waktu dimana kita bertemu dan berdebat kecil seperti ini?"

"Ngak perlu, aku adalah seseorang yang selalu dicintai. Mengapa kamu harus membenciku?" Jawab Aldo dengan gaya khasnya ketika menggoda Zia.

"Bukan kamu, tapi lebih ke pertemuan kita yang selalu tidak tepat menurutku. Waktu dimana aku selalu mengajukan pertanyaan bodoh yang bisa menyerangku kembali." Zia tertawa sendiri menyadari sedikit kebodohannya.

"Ngak jalan sama Eiverd?" Aldo mengalihkan pertanyaan.

"Sepertinya ngak, dia mungkin lagi sibuk."

"Sepertinya? Mungkin? Heyyy aku bertanya tentang pacarmu dan jawabannya adalah sepertinya atau mungkin? Jawaban macam apa itu?" Protes Aldo yang merasa ganjal dengan jawaban Zia.

"Do, aku males berdebat sama kamu. Ngak bakalan menang sampe aku tua sekalipun." Jawab Zia putus asa. Aldo sekali lagi tertawa melihat ekspresi wanita itu.

"Kalau begitu, temani aku nonton yuk. Avengers udah tayang di bioskop. Gimana?" Tanya Aldo yang semenit kemudian sudah duduk di dalam mobil Zia.

"Maksud kamu film yang hero itu yah atau apalah istilahnya aku ngak ngerti."

"Iya, yang lagi booming sekarang. Masa ngak tau sih?"

"Aku ngak terlalu suka film kayak gitu." Suara Zia terdengar seperti mengatakan maaf aku ngak bisa.

"Yah ngak mungkin kan aku ngajak pacar sahabat aku nonton film romantis?"

"Gini aja, aku anterin kamu ke bioskop. Tapi maaf aku ngak bisa nonton bareng kamu. Aku mau pulang istirahat aja. Ngak apa-apa kan?" Ucap Zia dengan nada penyesalan melihat raut wajah Aldo yang sedikit kecewa.

"Yaudah, lumayan dapat tumpangan gratis." Zia mendaratkan pukulan ke lengan yang kekar itu. Aldo tertawa sekali lagi.

"Lain kali kamu harus menebusnya. Kamu membuatku seperti lelaki ganteng namun tak layak diajak jalan." Aldo berkata sambil melambaikan tangannya. Zia hanya tersenyum melihat tingkah lelaki itu.

Mobil sedan itu pun bergerak maju meninggalkan tempat yang sudah mulai ramai dikunjungi orang-orang.

Sementara di pintu masuk menuju bioskop, langkah Aldo tiba-tiba terhenti. Raut wajahnya berubah menjadi merah padam. Apakah yang dicurigainya selama ini benar? Bagaimana bisa wanita yang berdiri agak jauh didepannya itu menjadi tidak berperasaan?

Aku harus memastikan ini. Batin Aldo sambil berjalan ke arah wanita dan pria yang terlihat baru saja selesai menonton di bioskop tersebut.