Desa Waltz adalah desa kecil yang berada di dekat Hutan Breeze, para penduduk nya kebanyakan berprofesi sebagai petani dan menjual hasil tani tersebut dengan penduduk kota.
James merupakan seorang mantan petualang, dia tinggal di desa Waltz ketika dia mulai merasa lelah dengan hidup petualang yang harus bepergian melakukan berbagai misi.
James tinggal bersama istri dan anak laki laki nya, Mathew. Mathew sangat mengidolakan ayah nya yang menjadi pemburu di desa, karena James adalah mantan petualang, dia menjadi pemburu di desa untuk memburu monster di area perbatasan Hutan Breeze.
Kabayan duduk termenung di teras rumah James, dia memandangi langit dengan tatapan mata yang kebingungan,
( Kenapa aku bisa nyasar kesini gusti.. Tas aku juga gak ada, padahal pas tidur pakai tas buat pengganti bantal.. Gimana nanti kalo ada yang ngambil HP android baru ku, mana udah janji mau mabar sama si Juned anak Ceu Ijoh nanti malem.)
" Sabar Ka Bayan, mungkin nanti juga bisa bertemu jalan pulang. Orang orang di kota mungkin tau arah ke kota Garut " Mathew mencoba menghibur kabayan yang terlihat bingung dan hampa,
" Hehe, nuhun Mat. Iya semoga aja atuh ada orang tau " Kabayan berkata demikian sambil tersenyum kepada Mathew.
" Oh iya Mat, Mamat gak takut itu berburu monster sama Kang James? "
" Mamat...? Aku ingin menjadi seperti ayah, membantu orang orang desa dan menjadikan desa lebih aman dari ancaman monster "
" Oh bagus atuh lah, membantu orang itu kewajiban setiap orang Mat, apalagi melindungi desa dari monster. "
" Di tempat asal Ka Bayan banyak monster ? "
" Haha, ga ada Mat. Di kampung saya mah damai sejahtera"
" Pasti damai sekali kalau tidak ada monster. Dulu sebelum ayah tinggal disini, pemburu setempat selalu kewalahan melawan monster yang menerobos ke desa. Banyak yang menjadi korban monster.. "
" Ya itu namanya musibah Mat, Tuhan selalu memberikan jalan keluar di setiap kesulitan yang kita hadapi, contohnya sekarang James melindungi desa dari monster, itu kehendak Tuhan Mat "
" Iya Ka.. " Mathew mendengarkan perkataan Kabayan dengan serius.
" Haha perkataan yang bagus Bayan ! " Terdengar suara tawa James dari belakang mereka. James tersenyum melihat perbincangan antara Kabayan dan anaknya.
" Eh Kang James, cuma ngobrol biasa aja Kang "
Kabayan menanggapinya dengan wajah yang malu.
" Ayo masuk kedalam, makan malam sudah siap. "
James mengajak mereka untuk masuk kedalam rumah.
Salad,sup kelinci, dan roti sudah tersiap di meja makan. Kabayan pun ikut duduk dengan keluarga James di meja makan.
" Duh maap jadi merepotkan ini Teh. "
" Silakan Bayan, jangan sungkan sungkan "
Istri James, Samantha berkata dengan lembut kepada Kabayan.
Mereka pun mulai menyantap makan malam bersama sama dengan suasana yang hangat.
Kabayan pun dipersilakan untuk bermalam di rumah keluarga James. Kabayan menatap atap kamar sambil berbaring di atas kasur.
( Lalap disini lumayan enak, tapi dimakannya gak pakai sambal jadi kurang greget. Roti juga dicelup celupin ke sup nya, hebat lah bule mah. Tapi makan ga pake nasi mah gak kenyang ) ucap Kabayan di dalam hati sambil mengunyah roti yang ditaburi gula di dalam nya.
Sebelumnya, Samantha sedikit heran ketika Kabayan meminta roti dan gula dengan wajah yang malu malu, namun dia tetap memberikan roti dan gula tersebut dan tersenyum ketika mendengar itu adalah makanan kesukaan Kabayan waktu kecil.