Hidup Jin Tae-ho selalu sama setiap hari.
Pagi-pagi, dia bangun lebih awal buat nyiapin sarapan sendiri. Kakaknya, Jin Kyung-ho, selalu pulang larut malam dan pergi sebelum matahari terbit. Tae-ho jarang banget bisa ngobrol dengannya. Mereka cuma ketemu sebentar waktu sarapan, itupun kalau Kyung-ho lagi nggak buru-buru.
Di sekolah, Tae-ho bukan siapa-siapa. Lebih tepatnya, dia sampah.
"Hei, Tae-ho. Belikan aku roti."
Tae-ho mengangkat wajahnya. Seorang siswa dari kelas lain menendang bangkunya. Anak itu lebih tinggi, lebih kuat, dan jelas lebih berkuasa dibanding dirinya.
Tae-ho diam. Dia menggenggam uang saku yang cuma cukup buat beli makan siangnya sendiri.
"Hei, kau dengar nggak, hah?!" Anak itu menarik kerah bajunya. "Aku bilang belikan aku roti, dasar sampah."
Tae-ho mengangguk cepat-cepat. Dia nggak bisa melawan. Semua orang di sekolah tahu kalau dunia mereka dikuasai oleh para petarung. Bukan guru, bukan kepala sekolah. Para Raja Generasi.
Dan dia, Jin Tae-ho, berada di posisi paling bawah rantai makanan itu.
Setelah menyerahkan rotinya, Tae-ho kembali ke kelas. Perutnya kosong, tapi dia sudah terbiasa. Dia duduk di pojok, menundukkan kepala, pura-pura membaca buku.
Kemudian, sesuatu terjadi.
Bang!
Pintu kelasnya terbuka dengan kasar.
"Tae-ho!" Seseorang memanggil namanya. Tae-ho mendongak. Jantungnya langsung mencelos.
Itu Kang Min-suk. Salah satu bawahan dari Raja Generasi 3.
"Ikut aku."
Semua mata di kelas tertuju pada Tae-ho. Dia menelan ludah. Kenapa orang seperti Min-suk mencarinya? Tae-ho nggak pernah terlibat dengan orang-orang sekelas mereka.
Min-suk menyeringai. "Cepatlah, sebelum aku menyeretmu keluar."
Tae-ho berdiri, meskipun seluruh tubuhnya bergetar.