Chereads / Next Generation: No Mercy / Chapter 7 - bara yang mulai menyala

Chapter 7 - bara yang mulai menyala

Tubuh Tae-ho terasa seperti dihantam truk. Setiap inci dari ototnya berdenyut kesakitan, setiap napas terasa berat, seolah paru-parunya menolak bekerja. Namun, meskipun tubuhnya ingin menyerah, pikirannya tidak.

Dia masih berdiri.

Darah menetes dari sudut bibirnya, keringat bercampur dengan luka-luka yang baru. Kerumunan di sekitar arena mulai terdiam. Mereka semua mengira dia akan menyerah setelah pukulan itu—tapi Tae-ho berdiri lagi.

Lawan di depannya mengerutkan kening, seolah tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.

"Anak ini… masih bisa bangun?"

Tae-ho menatap lurus ke mata lawannya. Matanya tidak lagi dipenuhi ketakutan. Tidak ada rasa putus asa. Yang ada hanyalah tekad.

Minsuk, yang berdiri di pinggir arena, menyeringai kecil. "Akhirnya," gumamnya.

Pria bertato di leher, yang tadi mengejeknya, kini menatapnya dengan sedikit ketertarikan. "Tch… anak ini keras kepala juga."

Tae-ho mengangkat tinjunya, meskipun tangannya masih gemetar. Dia tahu dia tidak akan menang. Lawannya lebih kuat, lebih berpengalaman. Tapi itu tidak penting.

Yang penting adalah dia tidak akan jatuh tanpa perlawanan.

"Baiklah," kata lawannya, menyesuaikan kuda-kudanya lagi. "Kalau masih mau lanjut, aku nggak akan menahan diri."

Serangan kembali datang. Kali ini, Tae-ho tidak hanya menerima. Dia mulai belajar.

Dia mencoba menghindar, meskipun belum sempurna. Tinju lawannya masih mendarat, tapi kali ini, dia tidak terjatuh. Dia bertahan.

Satu detik. Dua detik.

Tae-ho mengayunkan pukulan—terlalu lambat, terlalu lemah—dan dengan mudah ditangkis oleh lawannya. Balasan datang dalam bentuk pukulan ke tulang rusuk. Tae-ho terhuyung, tapi tetap berdiri.

Dua puluh detik. Tiga puluh detik.

Tubuhnya seperti ingin menyerah, tapi dia memaksa dirinya tetap bergerak. Kakinya terus melangkah, tangannya tetap terangkat.

Semua orang mulai memperhatikannya dengan cara yang berbeda. Mereka tidak lagi melihatnya sebagai anak lemah yang hanya bisa dipukuli.

Dia adalah seseorang yang tidak akan menyerah begitu saja.

Dan terkadang, dalam perkelahian… itu saja sudah cukup untuk mengubah segalanya.

Satu menit kemudian, perkelahian berakhir. Tae-ho terkapar di tanah, dadanya naik turun dengan napas berat. Dia kalah—seperti yang sudah diduga. Tapi kali ini, kekalahannya tidak terasa seperti kehancuran.

Ini hanya awal.

Minsuk berjalan mendekat, menatap Tae-ho yang masih berbaring di lantai. Dia tidak mengatakan apa-apa selama beberapa detik, lalu akhirnya berbicara.

"Besok, kita mulai latihan beneran."

Tae-ho, dengan napas terengah-engah, hanya bisa tersenyum samar.

Bara kecil di dalam dirinya telah menyala. Dan sekarang, dia hanya perlu membuatnya membesar.