Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Cahaya di balik Rantai

🇮🇩LinnonFichi
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
74
Views
Synopsis
Di bawah langit kelam Kerajaan Bahamut, Kaelith Bloodfallen, seorang assassin beastkin, hidup dalam bayang-bayang dengan satu tujuan: membalas dendam kepada manusia yang telah menyiksanya. Sejak kecil, ia tumbuh sebagai alat pembunuh, mematikan dan tanpa belas kasihan. Namun, ketika ia menerima kontrak untuk menghabisi seseorang dia bertemu dengan Elias Von Ainsworth, pewaris aristokrat yang licik dan penuh intrik, takdirnya berubah selamanya. Elias menawarkan sesuatu yang tak pernah Kaelith duga. Dengan kekuasaan dan kecerdasannya, Elias mampu membuka jalan menuju pembalasan dendam yang lebih besar. Namun, semakin dalam mereka terjerat dalam permainan politik kerajaan, semakin jelas bahwa musuh sebenarnya bukan hanya para bangsawan, tetapi juga rahasia kelam yang mengikat mereka berdua. Dapatkah Kaelith melepaskan rantai kebenciannya? Ataukah ia akan tenggelam dalam balas dendam yang membutakannya? Di tengah konspirasi, pengkhianatan, dan kebenaran yang menyakitkan, mereka harus memilih menjadi bidak dalam permainan ini atau menghancurkan seluruh sistem yang telah merusak mereka berdua.
VIEW MORE

Chapter 1 - Jejak Dalam Kegelapan

Hujan turun deras, menyapu jalanan berbatu di distrik bawah kota. Bau tanah basah bercampur dengan aroma darah yang merembes di sudut gang sempit. Di antara bayangan yang bersembunyi di kegelapan, seorang gadis berdiri diam, matanya yang keemasan bersinar dalam remang cahaya lentera.

Kaelith Bloodfallen.

Seorang pemburu dalam dunia yang memburunya. Sejak kecil, ia telah mengenal kerasnya kehidupan, dibentuk oleh penderitaan dan dipaksa menjadi alat kematian bagi mereka yang membayarnya. Kaelith bukan manusia biasa. Ia adalah Beastkin keturunan makhluk buas yang dikutuk oleh gereja dan dipandang sebagai ancaman. Dengan telinga kucing yang tajam di balik tudungnya dan ekor yang tersembunyi di balik jubah gelapnya, ia adalah sosok yang hidup di antara bayangan, menjual kemampuannya kepada mereka yang ingin menyingkirkan lawan tanpa jejak.

Namun, ia tidak membunuh hanya demi uang. Setiap nyawa yang diambilnya adalah langkah menuju balas dendam, balas dendam terhadap mereka yang telah menghancurkan hidupnya.

Malam ini, ia memiliki satu target lagi.

Di sisi lain kota, di dalam sebuah ruang perjamuan yang diterangi cahaya lilin, seorang pemuda duduk tenang di antara para bangsawan yang sibuk dengan percakapan politik.

Elias Von Ainsworth.

Sebagai pewaris keluarga Ainsworth, ia telah terbiasa hidup di antara mereka yang berbicara dengan senyuman tapi menusuk dari belakang. Ia adalah seorang pria muda dengan rambut perak yang selalu rapi, matanya berwarna biru pucat yang tampak seolah mampu membaca setiap kebohongan. Tidak seperti kebanyakan bangsawan, Elias lebih memilih mengamati daripada berbicara, membiarkan orang lain tenggelam dalam ilusi mereka sendiri sebelum ia menarik benang permainan yang sesungguhnya.

Namun, di balik ketenangannya, Elias memiliki agendanya sendiri. Ia tidak percaya pada sistem yang menopangnya. Ia tahu dunia ini busuk, dan ia berniat mengubahnya dengan caranya sendiri.

Malam ini, ia telah mengatur panggungnya.

Dan di bawah hujan yang semakin deras, dua dunia akan bertabrakan.

Lamgkah kaki tanpa suara melintasi atap-atap bangunan yang gelap dan basah. Kaelith bergerak lincah seperti bayangan, mantel hitamnya berkibar tertiup angin. Di bawahnya, kota masih terjaga lampu-lampu lentera menari di jalanan, suara obrolan dari kedai-kedai menyusup di antara rintik hujan.

Tujuannya jelas. Malam ini, tugasnya hanya menyelinap dan membunuh lalu pergi. Target nya adalah menghabisi seorang bangsawan salah satu dari banyak orang yang menikmati dunia ini dari singgasananya yang tinggi, menganggap darah orang lain hanyalah angka dalam permainan mereka.

"Lord Reindhart von Draken," gumamnya pelan.

Seorang menteri yang dikenal kejam, tangan kanannya terlibat dalam banyak proyek eksperimen gelap. Salah satu dalangnya. Salah satu manusia yang harus ia habisi.

Kaelith melompat turun dari atap, mendarat di balkon lantai dua sebuah gendung besar dengan gerakan yang begitu halus hingga tidak ada suara yang terdengar di bawah. Dari celah jendela kaca, ia bisa melihat ruangan luas yang di penuhi bangsawan yang tertawa sambil mengangkat gelas anggur mereka. Dan di tengahnya duduklah targetnya.

Tapi bukan Reindhart yang menarik perhatiannya.

Seorang pria muda dengan rambut perak duduk di seberangnya, tenang, hampir tidak tidak tertarik dengan kegaduhan di sekelilingnya. Matanya yang berwarna biru pucat hanya sesekali melirik ke arah pembicaraan, seolah membaca permainan yang berlangsung lebih dari sekedar pesta malam ini.

Elias Von Ainsworth.

Kaelith tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Tapi ada sesuatu yang berbeda dari pria itu. Ia bukan sekedar bangsawan biasa.

Tepat saat Kaelith hendak menarik belati dari ikat pinggang nya, sesuatu terjadi.

Sementara itu, di dalam ruangan pesta, Elias mengetukkan jarinya di atas meja, ekspresinya masih datar meskipun ia sadar ada sesuatu yang salah.

Ia telah memerintahkan pengawalnya untuk memperketat penjagaan malam ini, bukan tanpa alasan. Informasi yang ia terima mengatakan bahwa ada seorang pembunuh yang berkeliaran. Seseorang yang telah menargetkan Reindhart.

Tapi Elias tahu lebih dari yang lain.

Pembunuh itu tidak sembarangan.

Ia telah memastikan jebakannya sudah siap.

Dan dalam hitungan detik, sang pemburu akan bertemu dengan sesuatu yang tidak terduga.

Suara kaca pecah membelah kebisingan pesta.

Dalam satu gerakan cepat, Kaelith menembus jendela, menghunuskan belati ke arah Reindhart. Semua terjadi begitu cepat para tamu menjerit, kursi-kursi terjungkal, pelayan menjatuhkan nampannya dan berlarian.

Namun sebelum belati itu mencapai tenggorokan Reindhart...

Srek!

Sebuah pedang menghentikannya.

Kaelith berbalik. Matanya menatap mata biru Elias Von Ainsworth yang menghalangi serangannya.

Dan saat itu, ia tahu bahwa dirinya telah masuk ke dalam permainan seseorang yang jauh lebih berbahaya dari yang ia bayangkan.

Seketika, dunia terasa berhenti bagi Kaelith. Napasnya masih teratur, tapi pikirannya bekerja dengan cepat. Belatinya ditahan oleh pedang panjang dengan bilah tipis yang bersinar redup di bawah cahaya lampu gantung.

Elias Von Ainsworth yang menahan serangan belati miliknya. Kaelith menatap mata biru pucat itu tidak menunjukkan kepanikan atau terkejut. Justru ada sesuatu yang lebih berbahaya di sana, rasa ingin tahu.

"Hei," Kaelith menyeringai tipis. "Kau bukan orang sembarangan sepertinya. Kan?"

Elias tidak menjawab. Sebaliknya, ia mendorong pedangnya ke depan dengan lembut, memaksa Kaelith mundur satu langkah. Sebelum pertarungan mereka di mulai suara keras menggema di seluruh ruangan.

"Pengawal! Bunuh penyusupnya!!"

Kaelith melirik ke samping Reindhart yang berteriak panik dengan wajah yang memerah akibat kemarahan dan ketakutan. Sementara itu, para bangsawan lain berlarian seperti sekumpulan ayam yang kehilangan induknya.

Tiga orang pengawal berziarah dan bersenjata lengkap menyerbu ke arahnya, pedang mereka siap menebas.

Kaelith menghela napas dalam. Lalu berkata dalam pikirannya "Ini buruk.."

Tanpa berpikir dua kali, ia melompat mundur ke atas meja, kakinya menghancurkan piring-piring yang berkilauan emas di bawahnya. Dengan satu gesit, ia menghindari tebasan pertama dari tiga pria berziarah itu. Kemudian Kaelith memutar tubuhnya, menghantam salah satu tengkuk pengawal dengan lutut nya. Pengawal itu terjatuh, tapi dua sisanya masih bertahan.

Itu bukan masalah besar bagi Kaelith yang sudah terampil dalam membunuh layaknya assassin profesional namun yang dia waspadai bukan mereka.

Melainkan Elias.

Pria itu tidak bergerak untuk menyerang, dia hanya mengamati. Seolah-olah dia sedang menunggu.

Elias Von Ainsworth tidak seperti bangsawan lain. Ada sesuatu yang menarik membuat nya terlihat berbeda dari para bajingan yang berpakaian rapi lainnya.

Mata Kaelith menyipit. Ia harus keluar dari situasi ini sebelum memburuk.

Dengan cepat, ia mengibaskan mantel hitamnya, melepaskan tabung kecil yang tersembunyi di sabuknya. Dalam satu gerakan, asap tebal menyelimuti ruangan, aroma pahit yang menusuk.

"Berhenti!" Teriak Reindhart yang bersuara di samar-samar kabut.

Tapi Kaelith sudah menghilang.

Saat asap nya menghilang secara perlahan, Elias masih berdiri di tempatnya.

Pedangnya tetap terangkat, tapi bibirnya melengkung tipis. Bukan senyum, eskpresi yang sulit di artikan.

Di sampingnya, Reindhart mengumpat sambil menendang-nendang meja di dekatnya dengan marah "Siapa?!, Siapa yang berani mengirim pembunuh ke kediaman ku?!"

Elias menurunkan pedangnya, lalu berbalik dengan tenang.

"Apa anda baik-baik saja, Lord Reindhart?"

Reindhart mengendus kasar. "Tentu saja tidak!, Kau tau dia bukan pembunuh biasa, kau lihat kan bagaimana kucing itu menerobos penjagaan dan hampir membunuhku?!"

Elias tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia melirik ke arah jendela yang pecah. Angin malam berhembus masuk, membawa aroma hujan.

Kaelith Bloodfallen.

Ia baru pertama kali bertemu dengannya, tapi ia tahu satu hal pasti.

Gadis itu bukan sekedar seorang assassin biasa.

Ada sesuatu yang lebih dalam dari sekedar pembunuhan dan pembalasan dendam.

Dan Elias ingin mengetahuinya.

Di kejauhan, di atas atap sebuah gedung tua, Kaelith mengatur napasnya.

Tangannya bergetar sedikit, bukan karena ketakutan tetapi karena sesuatu yang lain.

Ia telah gagal membunuh Reindhart.

Dan lebih buruk lagi... ia telah menarik perhatian seseorang yang sangat berbahaya.

Malam ini, perburuan yang sebenarnya baru dimulai.