2 hari kemudian setelah pertemuan di menara jam. Malam kembali turun, membawa hawa dingin yang menusuk. Di sebuah rumah mewah di distrik para saudagar, Morgath Velstein duduk di belakang meja kayu mahoni, tangannya sibuk menghitung tumpukan koin emas.
Wajahnya yang gemuk dan berkeringat menunjukkan keserakahannya yang tak terbendung. Ia adalah salah satu pedagang budak paling berpengaruh di kerajaan Bahamut, dia juga salah satu penyokong keuangan Reindhart von Draken.
Namun, malam ini, tanpa ia sadari, ia sedang menjadi buruan.
Di atas atap..
Di atas salah satu atap, Kaelith Bloodfallen berjongkok, matanya menatap jendela besar yang mengarah ke ruang kerja Velstein.
Di sampingnya, Elias Von Ainsworth berdiri dengan tenang, menyilangkan tangan.
"Sasaran kita ada di dalam," kata Elias dengan suara rendah. "Kita hanya punya satu kesempatan sebelum para penjaga berdatangan."
Kaelith menyeringai. "Jadi, apa rencanamu? Atau kau ingin aku menyelesaikan ini dengan caraku yang profesional?" Dengan nada sombong.
Elias tersenyum samar. "Dasar kau. Aku ingin kau yang mengalihkan perhatian penjaga, pertama kau harus melumpuhkan kedua penjaga di depan pintu lalu aku akan masuk lewat jendela yang terbuka dan di saat itu kau sudah harus melumpuhkan semua penjaga yang ada di kediaman nya."
Kaelith mengangkat alis."Tidak masalah mereka hanya serangga yang di beri akal itu akan mudah bagiku. Jadi kau yang akan membunuhnya?"
Elias tidak langsung menjawab. Tatapannya tajam, penuh perhitungan. "Aku ingin mencoba satu hal jadi lakukan saja tugasmu."
Kaelith mendecak, lalu melompat turun dari atap dengan kelincahan seekor kucing. Ia mendarat di halaman belakang, lalu bergerak di antara bayangan.
Dua penjaga berjubah hitam berdiri di depan pintu belakang. Mereka tampak santai, tidak menyadari bahaya yang mengintai.
Tanpa suara, Kaelith meluncur dari bayangan, dua belatinya berkelebat. Dalam sekejap, kedua penjaga itu belum sempat menarik pedang tapi sudah tersungkur tidak bernyawa.
Kaelith lalu melambaikan tangannya ke atas untuk memberikan sinyal kepada Elias bahwa sudah saatnya giliran Elias.
Elias pun melihat dari atas atap dan langsung masuk lewat jendela yang terbuka. Di sisi lain Kaelith langsung masuk ke dalam kediaman Morgath dan langsung di sambut para penjaga yang sudah memegang pedang.
Kaelith tersenyum sedikit dan tanpa basa basi dia langsung menari dengan belatinya menggorok dan menusuk setiap penjaga dengan mudah.
Kembali pada Elias yang sudah masuk di dalam kediaman Morgath.
Morgath Velstein masih sibuk menghitung emasnya ketika suara langkah kaki terdengar di belakangnya.
Ia menoleh dengan cepat, wajahnya memerah karena kaget. "S-Sia-."
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Elias sudah berdiri di hadapannya.
"Malam yang indah, bukan?" ujar Elias dengan tenang.
Velstein menggapai belati kecil di meja kerjanya, tetapi sebelum tangannya bisa meraih belati kecil itu, Elias sudah mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya.
Tiba-tiba, mata Velstein melebar. Nafasnya tercekat.
"A-Apa yang kau lakukan...?!" Ia berusaha meronta, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak.
Elias berbisik di telinga Morgath. "Tenanglah. Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu kepada mu..."
Elias melanjutkan dengan mengucapkan sesuatu.
"Ertrinke in Wunden, gefangen in ewiger Reue – in deinem Namen, erblicke all deine SÜNDEN!"
(Tenggelamlah dalam luka, terperangkap dalam penyesalan abadi – atas namamu, saksikanlah DOSAMU!)
Lingkaran sihir kompleks yang berwarna hitam dan bersinar merah di setiap garis lingkaran sihir yang muncul di mata kiri Elias, Velstein yang melihatnya mulai kacau matanya mengeluarkan darah dan memerah akibat darah yang keluar. Morgath hanya melihat dosa-dosanya. Ia hanya berteriak "TIDAK!, HENTIKAN!, AKU MOHON!!" sebelum akhirnya mengambil belati kecil yang ada di mejanya dan menusukkan ke lehernya sendiri.
Darah Velstein menyembur. Ia terjatuh ke lantai dengan darah dimana-mana menggelepar seperti ikan yang kehabisan air.
Beberapa detik kemudian, ia sudah tidak bergerak.
Elias pun membiarkannya lalu mengambil sebuah kantung di mantelnya dan mulai memasukkan koin emas yang ada di meja Velstein ke kantung. Ketika Elias sudah memasukkan semua koin emas kepalanya terasa berat.
Pusing ekstrem. Tangannya memegang pelipis nya sambil menahan rasa pusingnya yang semakin menjadi-jadi.
Kaelith yang sudah selesai dengan tugasnya pun menemui Elias yang sedang memegang pelipisnya.
"Elias...?" Ucap Kaelith dengan nada rendah.
Elias akhirnya melepaskan jari-jari dari pelipisnya dan berkata. "Tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing."
Kaelith tidak banyak bertanya apa yang sudah terjadi di sini tapi dia hanya memberitahu Elias untuk segera pergi dari tempat ini.
Kaelith menghela napas pendek. "Baiklah Elias aku tidak akan banyak bertanya, tapi aku sedikit lalai kehilangan satu mangsa jadi sebaiknya kita harus segera pergi." Ucap Kaelith dengan nada santai.
Elias tertawa kecil.
Kaelith terdiam.
Elias lalu berkata. "Ternyata seorang profesional bisa lalai seperti itu."
Kaelith pun sedikit kesal dan kemudian berjalan ke arah jendela lalu berdiri di dekat jendela dan berkata kepada Elias dengan nada kesal. "Aku akan pergi duluan, hmph." Kaelith pun langsung terjun ke bawah dan Elias pun merapikan mantelnya dan mulai menyusul Kaelith.
Di Markas Ordo Cahaya Ilahi
Di dalam ruangan remang-remang, seorang ksatria berlutut di depan pemimpinnya. "Tuan, Morgath Velstein ditemukan tewas malam ini."
Pria berjubah putih keemasan itu mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran tangan. "Menarik... Apakah itu perbuatan Elias?"
Ksatria itu menjawab. "Kami hanya memiliki asumsi Elias adalah pelaku di balik pembunuhan ini dan juga di laporan yang saya terima, Elias terlihat bersama seorang pembunuh yang bisa di duga dia adalah Kaelith Bloodfallen karena terlihat dari banyaknya mayat penjaga di kediaman Morgath dan luka-luka sayatan dan tusukan bisa di pastikan cara membunuhnya sama seperti Bloodfallen."
Senyum tipis muncul di wajah pemimpin Ordo. "Kalau begitu, sudah saatnya kita bergerak tidak perlu mengawasi mereka lebih lama lagi..."
Ia berdiri, membalikkan tubuhnya ke arah jendela besar yang memperlihatkan langit malam.
Sebelum berkata. "Kirim para Inkuisitor. Penyucian harus di lakukan."
Ksatria itu mengangkat kepala nya. "Apakah anda yakin untuk mengirim 'dia'.?"
Pria itu berbalik lagi dan kali ini menghadap ksatria tersebut. "Lakukan, lacak dan temukan mereka."
Ksatria itu mengangguk dan langsung berdiri dari posisi berlutut lalu pergi meninggalkan ruangan.
Perselisihan antara Gereja Cahaya Ilahi antara Elias dan Kaelith mulai terjadi kira-kira bahaya apa yang menunggu mereka?.