Chereads / Kehidupanku sebagai Dungeon Master / Chapter 7 - [Bab 1: Akademi] berlatih dan menjadi petualang

Chapter 7 - [Bab 1: Akademi] berlatih dan menjadi petualang

Setelah sampai di akademi, kami dipimpin oleh wanita dewasa yang memiliki penampilan cukup menarik ke asrama akademi.

Bangunan asrama memiliki empat tingkat, bangunan itu terbuat dari kayu.

Itu terlihat sangat estetik jika diperhatikan lebih baik.

Wanita itu membawa kami masuk ke dalam asrama sembari menjelaskan.

"Kalian akan tinggal di gedung ini saat kalian belajar di akademi" tuturnya.

"Kalian akan memiliki kamar dengan empat orang di dalamnya" lanjutnya dan kami mendengarkan.

"Tempat ini hanya di tempati oleh murid yang datang dari kalangan rakyat jelata" lanjutnya sambil tersenyum.

Kemudian dia membawa kami menuju kamar kami dan memberikan kunci kamar kepada kami.

Saat aku masuk kamar, sudah ada orang di dalamnya.

Rambut berwarna emas dan retina mata berwarna coklat keemasan, memiliki pakaian yang cukup mewah.

Mungkin dia adalah anak dari seorang pedagang kaya.

Lagi pula tidak ada anak yang memiliki pakaian seperti itu yang datang dari desa.

Mungkin datang dari kota ini sendiri.

Dan tidak ada yang lain kecuali dia.

Jadi kurasa aku adalah anak kedua yang datang ke kamar ini.

Aku hanya melihat dan menyapanya singkat sembari aku memilih tempat tidurku.

Dan kemudian aku meletakkan barang bawaanku ke lemari yang ada di samping tempat tidur.

Aku memilih tempat tidur yang berada di dekat jendela. Aku bisa melihat halaman asrama dari jendela.

Kamar kami berada di tingkat dua. Itu tidak akan membuat lelah saat naik dan turun.

Setelah membereskan barang bawaan, aku juga membersihkan tempat tidurku, meski itu sudah bersih. Mungkin pengurus asrama yang melakukannya. Dan kemudian aku berbaring di atasnya.

Aku pun tertidur.

Aku tidak tahu berapa lama, tiba-tiba aku dibangunkan.

Dan saat aku membuka mataku, aku melihat siapa yang telah membangunkan aku.

Itu adalah anak yang tinggal di kamar ini bersamaku yang tadi aku lihat saat aku memasuki kamar ini.

" ada apa?" tanyaku ringan dan masih dalam keadaan mengantuk.

" Cepat bangun, sekarang waktunya untuk makan malam" jawab anak itu atas pertanyaan yang kulontarkan.

Aku pun terbangun mendengar itu, dan kemudian aku bersiap dengan cepat.

"Apakah kamu sudah makan malam?" tanyaku padanya.

" belum, kita akan pergi bersama. Kamu kan belum tahu tempat makannya di mana" kata dia.

"ayo pergi" lanjutnya.

Kami pun pergi bersama.

"kita belum saling berkenalan, namaku Tony , Tony Redchopper, bagaimana dengan mu?.

" namaku Glenn Rockbelt, senang berkenalan denganmu, dan mohon bantuannya untuk kedepannya" jawabku padanya dengan sedikit sopan.

Lagi pula dia akan menjadi teman sekamar.

Waktu berlalu dan akhirnya selesai dari makan di kantin.

Aku tidak akan menjelaskannya, kantin itu lebar dan penuh dengan meja dan kursi untuk kami duduk dan makan.

Kami mengambil sendiri makanannya, seperti sedang prasmanan.

...

Pagi hari ke dua.

Setelah menyelesaikan sarapan aku berkeliling di sekitar asrama dan kemudian menjelajah lebih jauh.

Dan tempat yang tidak jauh dari asrama, ada tempat latihan yang dipenuhi dengan alat peraga target serangan.

Tempat itu terlihat seperti tempat latihan untuk pekerjaan yang berbasis serangan fisik.

Tapi di tempat yang luas itu aku hanya melihat satu orang saja yang sedang berlatih.

Dia mengayunkan pedang panjang latihannya dengan menggunakan gaya memotong dari atas ke bawah berulang kali.

Dia adalah seorang gadis yang sedikit lebih tua dariku, mungkin berusia tiga belas atau empat belas tahun.

Aku mendekati gadis itu, dan kemudian hanya melihat dia berlatih.

Bukanya aku terpesona dengan kecantikan dirinya. Aku hanya penasaran kenapa dia berlatih begitu keras.

Dilihat dari kosongnya tempat latihan, kita tahu bahwa hari pasti bukanlah hari wajib untuk berlatih.

Aku hanya melihatnya dengan tenang dan tidak menggangu latihannya.

Setelah beberapa saat dia berhenti melakukan latihannya dan dia menoleh padaku setelahnya.

Mungkin dia menyadari bahwa aku sedang mengawasi dirinya yang membuat dirinya menghentikan latihannya.

Mungkin aku mengganggunya.

Sebelum dia mengatakan apa-apa, aku memulai percakapan dengan dia.

"Maaf jika aku mengganggu latihanmu, sebenarnya aku ingin tanya apakah aku boleh menggunakan peralatan di sini untuk latihan?, aku tidak merasa nyaman untuk menghentikan latihanmu, jadi aku hanya menunggu kamu untuk mengakhiri latihanmu untuk bertanya" kataku pada gadis itu.

"oh, benarkah ?" jawab gadis itu dengan nada yang sedikit tak percaya dan menanyakan kebenaran dariku.

"iya, tentu saja" jawabku dengan nada yang sedikit tegas.

"apakah kamu anak baru yang akan masuk akademi tahun ini? Kamu boleh menggunakannya, lagi pula peralatan di tempat ini adalah milik akademi, kamu bisa menggunakannya dengan bebas" jawab gadis itu.

"Iya aku adalah anak baru, terima kasih telah menjelaskan, maaf mengganggu waktumu" jawabku dengan nada terima kasih.

"Tidak apa-apa" jawab dia sembari tersenyum.

Kemudian aku berbalik dan pergi ke tempat senjata pelatihan berjejer rapi dan siap untuk dipilih.

Setelah mencari pedang pendek yang kurasa cocok denganku, aku pergi ke sudut tempat latihan dan aku mulai mengayunkan pedangku seperti yang dilakukan oleh gadis tadi.

Aku tidak memiliki dasar dan pengetahuan dalam berpedang, tapi aku sudah sering melihat bentuk dari latihan pedang.

Yaitu mengayunkan pedang dengan kuat dan posisi kuda-kuda yang baik. Dan itu dilakukan dengan berulang ulang sampai lelah.

Jadi aku hanya melakukan itu.

Dan saat berlatih tanpa sadar matahari telah meninggi di puncak.

Tubuhku yang penuh dengan keringat membasahi pakaianku.

Mengembalikan pedang kayu yang aku gunakan untuk latihan.

Aku melihat bahwa gadis itu masih ada di sana, sepertinya dia juga telah selesai berlatih.

Selain gadis itu ada juga orang lain yang sedang istirahat dari latihan mereka.

Setelah latihan aku pergi ke asrama. Membersihkan diriku dengan cepat aku kemudian datang ke kantin untuk makan siang.

Setelah makan siang, aku kembali ke kamarku dan mengambil pedangku.

Aku pergi ke gerbang akademi dan meninggalkan akademi, seperti yang diberitahukan kepada kami oleh pengurus akademi.

Bahwa pelajaran akan dimulainya dalam satu bulan lagi, masih banyak waktu luang sebelum kegiatan belajar mengajar dimiliki.

Jadi, karena aku tidak memiliki kegiatan, aku pergi ke kota untuk menjadi petualang.

Sebelum menjadi petualang, kita harus mendaftar terlebih dahulu di serikat petualang, yang biasanya disebut guild petualang dalam cerita fantasi dunia lain.

Yahh, meskipun sekarang aku ada di dunia lain atau.

Aku menyusuri jalan yang kemarin kami lalui menggunakannya kereta kuda.

Dan setelah itu, aku bertanya singkat kepada orang yang berjualan di tepi jalan di mana letak serikat petualang.

Aku berjalan jauh ke dalam jika dihitung dari arah gerbang kota.

Setelah berjalan kira-kira lima belas menit, akhirnya aku melihat bangunan dengan tiga lantai yang bertuliskan serikat petualang pada plakat yang menempel di atas pintunya.

Aku melangkah maju dengan tenang, itu yang aku katakan tapi hatiku terasa gugup sekali.

Berpergian ke tempat yang ramai akan orang-orang membuatku merasa gugup dan tidak nyaman.

Aku datang mengantri pada barisan yang terlihat sedikit orangnya.

Banyak tatapan mata mengarah padaku, tapi dengan cepat menghilangkan kecuali beberapa pasang mata.

Butuh sekitar satu menit untuk menghilang. Perasaan gugupku perlahan mereda meski tak hilang sepenuhnya.

Giliranku datang saat aku memikirkannya.

"Ada perlu apa, adik kecil?" tanya resepsionis dengan rambut berponi dan bagian belakang digulung.

Dia terharu dewasa namun tidak terlalu tua, dia bertanya dengan senyum di bibirnya.

"aku ingin menjadi petualang"

"baiklah kalau begitu, letakkan tanganmu di atas bola kristal ini untuk melihat informasimu adik kecil" kata resepsionis itu dengan lembut dan menunjuk bola kristal yang ada di meja.

Aku melakukan apa yang ia katakan, dan sesuatu seperti lingkaran sihir muncul darinya dan mengenai tanganku.

Perasaan hangat seperti saat aku melakukan penilaian pekerjaan.

Setelah beberapa saat lingkaran sihir itu surut dan kembali ke dalam bola kristal.

Kemudian gadis resepsionis itu mengeluarkan kartu kosong seukuran kartu kredit atau ATM di kehidupanku yang sebelumnya.

"silakan berikan setetes darah pada kartu ini, adik kecil" kata resepsionis sembari menyulurkan kartu kosong itu.

"baik" jawabku singkat, dan mengambil jarum yang di berikan oleh resepsionis.

Tetes.

Saat darah milikku jatuh pada kartu yang kosong itu, kartu itu mulai berubah, dengan warna hitam sebagai dasar dan banyak tulisan yang menyertainya.

Bahkan potret diriku terlihat di dalam kartu itu. Aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Tapi itu sungguh hebat. Teknologi sihir memang mengagumkan.

Dan dalam sekejap itu berubah dan kemudian berhenti.

Gadis resepsionis itu mengambil kartu itu dan mulai menerangkan peraturan dan pengetahuan umum tentang petualang dan serikat petualang.

Akan aku singkat penjelasan yang panjang dan lebar dari gadis dewasa resepsionis.

Pertama, peringkat petualang, petualang di bagi dalam beberapa peringkat tergantung pada penyelesaian misi dan juga kemampuan bertarung.

Peringkat petualang dimulai dari peringkat F yang paling rendah dan peringkat S yang tertinggi.

Secara berurutan itu dimulai dari F, E, D, C, B, A, dan S sebanyak tujuh tingkat.

Dan bagi seorang pemula sepertiku yang baru mendaftar adalah peringkat terendah yaitu tingkat F.

Kedua, peringkat petualang menentukan berapa banyak misi dan peringkat misi yang dapat diambil oleh petualang.

Petualang hanya bisa mengambil misi dengan tingkat yang sama dengannya atau satu tingkat lebih tinggi dari tingkat petualangnya.

Tapi jika gagal, tingkat petualangnya mungkin akan diturunkan, kecuali dalam keadaan khusus dimana ada kesalahan pada informasi misi.

Ketiga, para petualang dilarang saling menyerang.

Keempat, peningkatan tingkat petualang membutuhkan penyelesaian misi minimal sebanyak tiga kali dan melalui ujian dari pihak serikat.

Mungkin segitu saja, yang lainnya tidak terlalu penting.

"Bisakah kamu memberikan rekomendasi misi untukku?" aku meminta saran dari sang resepsionis.

"baiklah tunggu sebentar, aku akan mencarikannya untukmu" lalu dia pergi dengan sibuk membolak-balikkan kertas misi yang ada di mejanya.

"Bagaimana dengan ini, yang satu adalah membasmi sekelompok slime yang menyerang perkebunan, yang satu lagi adalah membunuh slime yang ada di tempat pembuangan sampah bagian selatan kota" dia berhenti sejenak sembari melihat ke arahku.

"Yang ketiga adalah misi untuk mengumpulkan tanaman obat yang bernama 'Bunga penyembuh' yang sering digunakan untuk membuat ramuan penyembuh oleh ahli obat, itu berada di hutan berkabut dekat kota, tidak ada monster yang kuat di sana, jadi ini adalah misi yang mudah dan cocok untuk pemula" gadis resepsionis itu merekomendasikan dan menerangkan misi kepadaku.

Aku berpikir sejenak, karena ini sudah sore dan ini adalah misi pertamaku, maka aku akan mengambil misi yang mudah dan dekat.

Misi pertama membutuhkan aku untuk membasmi slime, karena istilahnya membasmi maka itu berarti aku diharuskan untuk membunuh semua slime yang ada, dan itu pasti membutuhkan banyak waktu, jadi lewati saja.

Yang kedua mungkin adalah pilihan yang baik, karena aku hanya perlu membunuh beberapa slime saja agar slime di sana tidak menjadi hama yang menggangu kota.

Dan yang ketiga, lokasinya berada di luar kota dan berjalan kesan butuh waktu dan banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencari tanaman obat, jadi lewatkan saja misi ini.

Jadi pilihan yang tersisa adalah misi yang kedua.

"aku akan mengambil misi yang kedua" kataku pada resepsionis.

"baiklah ini dia surat misinya dan berhati-hatilah" kata si mbak resepsionis padaku.

"iya" aku berangkat pergi setelah menjawab dan memberikan uang pendaftaran.

Dan dalam waktu yang singkat aku menyelesaikan misinya.

Tapi itu butuh waktu sekitar satu jam.

Dan itu sebagian besar waktunya aku habiskan dalam perjalanan.

Aku hanya menerima beberapa koin tembaga sebagai hasilnya.

Aku tidak merasa banyak tentang itu, karena bagiku yang utama adalah mendapatkan nilai pembangunan.

Dan setelah itu aku kembali ke akademi.