Chereads / Kehidupanku sebagai Dengeon Master / Chapter 5 - [Bab 1: Akademi] keberangkatan

Chapter 5 - [Bab 1: Akademi] keberangkatan

Tiga hari berlalu dalam sekejap, dan dalam kurun waktu itu aku berburu slime tiap harinya.

Tapi tidak banyak yang berubah, hanya saja nilai pembangunan milikku sedikit meningkat dari yang tadinya hanya 27 menjadi 106.

Tidak banyak yang bisa aku bunuh dalam waktu tiga hari, dan aku berburu bersama dengan Luna, jadi memang tidak sebanyak itu.

Aku harus berbagi mangsa dengannya untuk meningkatkan level miliknya.

Dia sudah berada di level 5, bagaimana aku tahu? Dia memberitahukan itu padaku.

Sepertinya level bukanlah sesuatu yang dianggap rahasia oleh individu di dunia ini.

Mungkin itu untuk pencegahan, jika memiliki level yang tinggi orang-orang tidak akan mencari masalah denganmu.

Tapi bukankah sebaliknya, jika level kita rendah dari orang lain. Kita akan mendapatkan masalah oleh orang yang memiliki level lebih tinggi dari kita.

Jadi aku memberitahunya untuk tidak memberi tahu level nya kepada orang lain dengan mudah.

Dan hari ini adalah hari dimana aku berangkat menuju kota Vault untuk menghadiri akademi di sana.

Aku tidak memiliki banyak persiapan tentang itu. Dan juga kereta kuda yang menjemput kami adalah kereta kuda suruhan penguasa kota.

Jadi kami tidak perlu membayar untuk biaya perjalan ini.

Selain diriku ada juga dua orang yang akan pergi bersama. Yaitu adalah anak yang memiliki rambut berwarna coklat yang telah membangkitkan pekerjaan 'master pedang' dan yang lainnya adalah seorang gadis yang terlihat cukup cantik dan akan menjadi gadis cantik dalam beberapa tahun kedepan.

Rambut berwarna hijau muda dan begitu juga dengan matanya.

Dia membawa busur dan anak panah di punggungnya.

Dia adalah anak yang membangkitkan pekerjaan 'master panahan'.

Aku tidak terlalu tahu tentang mereka. Meski desa ini kecil tapi aku jarang bermain dengan anak-anak di desa.

Jadi aku tidak terlalu tahu tentang mereka.

"baiklah, silakan naik kereta jika sudah berpamitan dengan keluarga kalian, kita akan segera berangkat" kata pengemudi kereta kepada kami bertiga.

Dan begitulah aku berpamitan dengan ibu dan ayahku, Luna juga ada di sana.

Tanpa banyak basa-basi aku langsung naik ke dalam kereta setelah aku berpamitan.

Aku tidak memiliki banyak barang bawaan, selain sedikit pasang baju ganti.

Dan tentu saja pedang pendek yang telah aku gunakan beberapa hari terakhir untuk berburu.

Meski dibilang kereta kuda, itu bukanlah kereta yang mewah melainkan kereta yang bisanya digunakan oleh pedagang untuk menjajakan dagangannya dari kota ke desa-desa.

Saat aku naik kereta sudah ada orang yang duduk di dalamnya.

Mereka adalah tiga orang dewasa dua perempuan dan satu laki-laki, dari pakaian mereka aku yakin mereka adalah petualang yang disewa untuk mengawal perjalanan kereta ini.

Selain mereka sudah ada anak seusia ku yang duduk di sana.

Mereka ada dua.

Mungkin mereka adalah anak yang membangkitkan pekerjaan tingkat master dari desa lain.

Aku melihat sekeliling sejenak dan kemudian duduk di bagian belakang yang masih kosong.

Beberapa saat kemudian kedua anak dari desaku juga naik.

Kereta juga mulai bergerak saat mereka sudah sepenuhnya naik.

Aku melambaikan tanganku ke arah kedua orang tuaku yang masih melihat kepergianku.

Saat mereka sudah tak terlihat lagi olehku, aku menurunkan tanganku dan kemudian tidak melakukan apa pun.

Hanya melihat sekeliling jalan, melihat pemandangan yang terlihat sepanjang jalan.

Tanpa terasa matahari telah tinggi di langit. Langit itu cerah dan matahari bersinar terang.

Cahaya matahari menyinari kereta yang berjalan melalui celah-celah dedaunan.

Perutku terasa sedikit lapar dan aku membuka sedikit perbekalan yang telah disiapkan oleh ibuku.

Aku memakannya tanpa memperdulikan yang lainnya.

Sepertinya tidak ada tanda kereta kuda akan berhenti, mungkin ini untuk mengejar waktu.

Atau mungkin kuda yang digunakan untuk menarik gerbong bukanlah kuda biasa dan tidak memerlukan istirahat yang terlalu sering.

Saat matahari mulai lewat dan kira-kira pukul tiga sore.

Salah satu dari dua gadis yang terlihat sebagai petualang memberikan tanda kepada pengemudi kereta untuk berhenti.

Dengan cepat pengemudi itu menghentikan kereta kuda.

Anak-anak yang ada dalam kereta terlihat sedikit bingung dan penasaran begitu juga denganku.

"Kalian berdiam diri saja di dalam kereta, ada beberapa monster yang datang" kata salah satu petualang kepada kami.

Kemudian mereka bertiga turun dari kereta dan mempersiapkan senjata mereka.

Mereka menatap kearah depan dari kereta dengan tatapan waspada.

Dan tidak butuh waktu yang lama beberapa ekor monster datang dari depan, atau lebih tepatnya samping jalan di depan.

Memiliki kulit berwarna hijau dan gigi seperti gigi hiu, telinga lebar dan sedikit runcing. Hidung mancung tapi bengkok.

Itu adalah gambaran goblin yang sering aku lihat dalam karya fantasi dunia lain atau permainan.

"Itu adalah goblin, dan mereka ada lebih dari lima ekor, habisi dulu empat yang ada di depan sebelum yang di belakang juga datang" perintah gadis dengan atribut pakaian seperti penyihir.

"baik" x2

Jawab dua rekanya.

Perempuan yang satu lagi adalah perempuan yang memberi isyarat kepada pengemudi tadi, dia memegang belati di kedua tangannya.

Pria yang satunya mengacungkan pedang panjangnya, dan dengan gerakan yang cepat dia sudah berada di depan para goblin itu.

Goblin-goblin itu berteriak mengacungkan tongkat yang ada di tangan mereka.

Gadis petualang dengan belati itu menghilang sejenak dan kemudian kepala salah satu goblin itu melayang dan berputar di udara.

Semua itu terjadi dalam sekejap, mataku tidak bisa mengimbangi gerakannya.

Dan anak-anak yang lain menatap dengan luar biasa.

Perempuan yang menggunakan pakaian seperti penyihir itu menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, kemudian cahaya merah berkumpul di depan orang itu. Segumpal api muncul dan kemudian membentuk bola.

"bola api", teriak perempuan itu ringan dan dengan itu bola api itu melesat dan menyerang goblin yang ada di depan.

Pria itu juga mengayunkan pedang panjangnya dengan cepat dan menebas dua goblin sekaligus.

Goblin yang muncul dihadapan mereka terbunuh dalam sekejap, tapi mereka tidak berhenti waspada meski mereka telah membunuh goblin-goblin itu dengan mudah.

Masih ada goblin yang datang dari belakang.

Tapi sepertinya itu bukanlah sesuatu yang akan menjadi masalah.

Dan dengan cepat mereka bertiga membunuh semua goblin yang datang.

Setelah membersihkan medan perang dan mengambil telinga kiri goblin kami pun berangkat setelah penyihir itu membakar semua mayat goblin yang terbunuh.

Perjalanan kami terus berlanjut hingga sore hari dimana kita harus berhenti dan istirahat, kita akan bermalam di luar.

Ini adalah pertama kalinya bagi kami anak-anak untuk bermalam di luar.

Dalam dua kehidupan aku juga belum pernah mengalami sesuatu berkemah di alam liar.

Tapi tidak ada masalah dengan itu, karena kami masihlah anak-anak dan kami tidak akan berjaga malam dengan mereka.