Chapter 7 - Pengujian Kekuatan

Waktu terus berjalan, dan Xiao Shao merasa perubahan besar dalam dirinya. Setiap hari, ia berlatih lebih keras, semakin mendalami setiap aspek tubuh dan pikirannya. Namun, meskipun latihannya semakin intensif, ia merasa ada hal yang harus ia buktikan. Dunia ini tidak akan memberi penghargaan hanya karena usaha keras. Ia harus membuktikan bahwa kekuatannya bukan hanya sekedar omong kosong.

Suatu hari, di dojo, sebuah pengumuman menarik perhatian Xiao Shao. Kompetisi antar dojo akan segera diadakan. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk menguji sejauh mana kemampuannya berkembang. Tidak hanya itu, tetapi ini juga akan memberi kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia tidak bisa dianggap remeh.

Setelah mendaftar, Xiao Shao mempersiapkan diri untuk pertandingan besar itu. Ia tahu ini bukan hanya soal menang atau kalah. Ini adalah ujian sejati bagi dirinya—apakah teknik yang ia pelajari benar-benar efektif? Apakah ia mampu mengalahkan lawan-lawan yang mungkin lebih berpengalaman?

---

Hari pertandingan pun tiba. Arena pertandingan penuh sesak dengan penonton yang antusias. Di sana, Xiao Shao berdiri di tengah gelanggang, mengenakan pakaian latihan sederhana, namun matanya penuh dengan tekad. Ia tahu bahwa lawan pertama yang akan dihadapinya adalah petarung muda dari dojo terkenal, seseorang yang memiliki pengalaman bertarung yang luas.

Petarung itu, seorang pria muda bernama Zhen Kai, melangkah dengan percaya diri ke tengah arena. Tubuhnya tinggi dan berotot, dengan tatapan tajam yang memperlihatkan kekuatan mental yang tak diragukan. Dia adalah lawan yang sulit, bahkan untuk petarung yang lebih berpengalaman sekalipun.

Xiao Shao dan Zhen Kai saling berhadapan di tengah arena. Penonton bersorak keras, memberi semangat kepada masing-masing petarung.

"Siap?" tanya wasit, memastikan bahwa keduanya siap untuk bertarung.

Zhen Kai mengangguk, matanya tidak pernah lepas dari Xiao Shao. "Aku tidak akan memberimu kesempatan," katanya dengan senyum tipis.

Xiao Shao hanya tersenyum tipis. "Cobalah."

Wasit meniup peluit, dan pertandingan dimulai.

---

Zhen Kai segera melancarkan serangan pertama, mengarahkan pukulan kuat ke wajah Xiao Shao. Xiao Shao menghindar dengan cepat, tubuhnya bergerak lincah seperti angin, sebuah kecepatan yang baru ia temui setelah berbulan-bulan berlatih. Zhen Kai tidak menyerah, melancarkan serangan bertubi-tubi, setiap pukulannya sangat terkoordinasi dan penuh kekuatan. Namun, Xiao Shao tetap tenang, menghindar dan menghalau dengan gerakan minimal namun efektif.

Xiao Shao tahu, jika ia berusaha mengimbangi kekuatan Zhen Kai secara langsung, ia akan kehabisan tenaga lebih cepat. Sebagai gantinya, ia mengandalkan ketepatan, kecepatan, dan teknik yang telah ia pelajari dalam latihan selama ini.

Zhen Kai tidak lama kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda frustrasi. Setiap pukulannya terlewat, dan ia mulai merasa bahwa lawannya terlalu sulit untuk ditebak. Tiba-tiba, Xiao Shao mengangkat kakinya dan menendang perut Zhen Kai dengan kekuatan yang luar biasa. Serangan itu mengirim Zhen Kai terhuyung mundur, hampir jatuh.

Penonton terdiam sejenak, tak percaya melihat betapa cepatnya Zhen Kai terdesak. Namun, Zhen Kai segera kembali ke posisinya, napasnya sedikit terengah, namun wajahnya tetap penuh tekad. "Kau cukup kuat," katanya sambil mengusap mulutnya yang berdarah. "Tapi ini baru permulaan."

Zhen Kai beralih ke teknik yang lebih cepat dan lebih brutal. Ia melancarkan serangan dengan kombinasi pukulan dan tendangan yang sangat cepat, memaksa Xiao Shao untuk bergerak lebih cepat untuk menghindar. Setiap serangan terasa seperti badai, seolah-olah Zhen Kai berusaha menghancurkan segalanya dalam jangkauan pukulannya.

Namun, Xiao Shao kali ini tidak hanya menghindar. Dengan gerakan yang halus, ia mulai menyesuaikan timing dan gerakannya, membuka celah dalam serangan lawan. Saat Zhen Kai melancarkan tendangan yang keras, Xiao Shao memanfaatkan momentum tersebut untuk melompat ke samping dan menghantamkan siku ke bagian rusuk Zhen Kai.

Zhen Kai terhuyung mundur, merasakan rasa sakit yang tajam. Xiao Shao tidak memberinya kesempatan untuk bangkit. Dengan kelincahan luar biasa, ia bergerak ke depan, menghantamkan lututnya ke dada Zhen Kai, membuat lawannya terjatuh ke lantai. Zhen Kai terengah, tidak bisa bergerak.

Wasit mendekat dan menghentikan pertandingan, mengangkat tangan Xiao Shao sebagai pemenang. Penonton bersorak, tetapi Xiao Shao tetap tenang, hanya mengangguk sedikit sebagai penghormatan kepada lawannya.

---

Setelah pertandingan pertama, Xiao Shao merasa ada yang berbeda dalam dirinya. Walaupun ia menang, ia tahu bahwa kekuatan fisik saja tidak cukup. Ia harus terus berkembang. Laga-laga berikutnya di turnamen ini akan semakin berat, dan ia harus terus menggali kekuatan dalam dirinya.

Malam itu, setelah pertandingan, Xiao Shao kembali ke dojo dan berlatih lebih keras lagi. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya tetap terjaga. Ia memusatkan perhatian pada teknik-teknik yang baru saja digunakan. Kecepatan, ketepatan, dan pengendalian diri—semua itu adalah hal yang harus terus diasah.

Namun, saat ia merenung, tiba-tiba terdengar suara dari pintu dojo yang terbuka. Seorang pria tua yang tampaknya sangat berpengalaman memasuki dojo. Pria itu mengenakan jubah hitam dan berjalan dengan tenang menuju Xiao Shao.

"Anak muda, kau menunjukkan keterampilan yang luar biasa dalam pertandingan tadi," kata pria itu dengan suara berat. "Tapi itu masih belum cukup."

Xiao Shao menatap pria itu, penasaran. "Apa maksud Anda?"

Pria itu tersenyum. "Aku melihat potensi besar dalam dirimu. Namun, dalam pertempuran sejati, kau harus belajar lebih dari sekadar menghindar dan menyerang. Ada hal yang lebih penting yang belum kau kuasai."

Pria itu kemudian mengulurkan tangannya, memberikan sebuah gulungan tua yang tampak sangat berharga. "Ini adalah teknik yang sudah lama hilang, yang hanya sedikit orang yang tahu. Jika kau benar-benar ingin menjadi yang terkuat, kau harus mempelajarinya."

Xiao Shao menerima gulungan itu dengan hati-hati, matanya berbinar. "Terima kasih," katanya, tanpa bisa menyembunyikan rasa penasaran dan semangat yang menyala dalam dirinya.

---

Begitu pria itu pergi, Xiao Shao membuka gulungan tersebut. Di dalamnya, terdapat teknik bertarung yang berbeda dari yang pernah ia pelajari. Teknik ini melibatkan pengendalian tubuh yang lebih dalam, dan lebih dari sekadar menyerang—ini adalah seni untuk memanipulasi energi tubuh sehingga setiap gerakan dapat menjadi serangan yang mematikan.

Xiao Shao tahu, perjalanan untuk menguasai teknik ini tidak akan mudah. Namun, ia sudah siap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Dalam dirinya, api tekad semakin membara. Ia akan berlatih dengan keras, karena ia tahu bahwa kekuatan sejati datang hanya dari mereka yang tidak pernah berhenti berusaha.

---

Dengan teknik baru ini, Xiao Shao siap untuk menghadapi ujian berikutnya dalam turnamen—dan dunia yang lebih luas yang menantinya.