Keesokan harinya, Xiao Shao mulai mempelajari gulungan tua yang diberikan oleh pria misterius itu. Gulungan itu mengandung informasi yang sangat kompleks dan mendalam mengenai teknik bertarung yang sangat berbeda dari apa yang pernah ia pelajari sebelumnya. Teknik ini bukan hanya tentang gerakan fisik, tetapi tentang pemahaman yang lebih dalam mengenai aliran energi dalam tubuh—lebih jauh dari sekadar pernapasan dan gerakan, tetapi tentang memanipulasi alam semesta untuk bekerja dengan kita.
Prinsip dasar dari teknik ini adalah tentang "Aliran Qi Melalui Gerakan". Xiao Shao belajar bahwa aliran energi tubuh tidak hanya mengikuti jalur yang sudah diketahui, seperti yang ia pelajari sebelumnya, tetapi bisa diarahkan dan dipengaruhi dengan cara yang jauh lebih rumit. Dengan memusatkan perhatian pada titik-titik energi dalam tubuh, ia bisa mengubah arah aliran tersebut, meningkatkan atau menurunkan kekuatan serangannya, atau bahkan melindungi dirinya dari serangan yang datang.
Malam itu, setelah berjam-jam mempelajari dan memahami teori yang ada, Xiao Shao memutuskan untuk mempraktikkannya dalam latihan. Ia berdiri di tengah dojo, mata terpejam, mencoba untuk menenangkan pikirannya dan merasakan setiap titik energi dalam tubuhnya. Ia berfokus pada Dantian, pusat energi yang terletak di bawah pusar, seperti yang dijelaskan dalam gulungan itu.
Pelan-pelan, dengan setiap tarikan napas, Xiao Shao mulai merasakan kehangatan di sekitar Dantian-nya. Sesuatu yang baru, energi yang terasa berbeda dari perasaan sebelumnya. Bukan hanya kekuatan fisik, tetapi sesuatu yang lebih dalam, lebih kuat. Setelah beberapa saat, ia merasa energi itu mulai bergerak di seluruh tubuhnya, memenuhi setiap otot, setiap sendi, setiap urat darahnya. Ia mulai merasakan aliran energi yang lebih kuat dan lebih terkendali.
Namun, proses ini tidak mudah. Xiao Shao merasa tubuhnya tegang, seakan-akan energi itu ingin meledak, tetapi ia tetap tenang, mengalihkan perhatian pada gerakan-gerakan yang ia pelajari. Ia mulai bergerak perlahan, mengikuti pola yang telah ia pahami, dan untuk pertama kalinya, ia bisa merasakan kekuatan yang lebih dari sekadar kekuatan fisik semata. Gerakannya menjadi lebih lancar, lebih halus, dan lebih presisi.
---
Esok harinya, pertandingan berikutnya dimulai. Xiao Shao merasa tubuhnya lebih ringan, lebih terkontrol. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan lain untuk menguji teknik baru yang ia pelajari. Setelah pertandingan sebelumnya, ia mendapat banyak perhatian dari para penonton dan lawan-lawan lainnya. Namun, kali ini ia merasa lebih siap—bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental.
Di arena, lawan berikutnya adalah seorang pria tua bernama Lei Zhong, yang terkenal dengan kemampuannya dalam bertarung jarak dekat. Lei Zhong adalah petarung yang sudah berpengalaman, bahkan lebih tua dari Master Wu, namun ia dikenal memiliki kekuatan dan ketepatan yang luar biasa.
Xiao Shao berdiri di hadapannya, merasakan ketegangan yang mulai mengisi udara. Lei Zhong hanya tersenyum tipis, seolah sudah bisa membaca gerakan-gerakan yang akan dilakukan Xiao Shao. "Anak muda, kau sudah jauh lebih baik dari yang pertama kali aku lihat," kata Lei Zhong dengan suara berat. "Namun, kekuatanmu masih terlalu mentah. Hari ini, kau akan belajar sesuatu yang berbeda."
Wasit meniup peluit, dan pertandingan dimulai.
Lei Zhong bergerak dengan kecepatan yang sangat luar biasa untuk usianya. Dalam sekejap, ia sudah berada di hadapan Xiao Shao, melancarkan serangan dengan tangan terbuka yang mengarah ke lehernya. Xiao Shao hanya bisa menghindar dengan cepat, berputar dan melangkah mundur, namun Lei Zhong terus menekan, serangannya semakin cepat dan presisi.
Xiao Shao tahu bahwa melawan Lei Zhong akan sangat berbeda dari melawan Zhen Kai. Kali ini, ia tidak bisa hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan fisik. Ia harus memanfaatkan teknik baru yang telah dipelajarinya. Dengan cepat, ia menenangkan pikirannya, memusatkan perhatian pada aliran Qi yang kini mengalir lancar di tubuhnya. Dalam sekejap, ia bergerak dengan lebih presisi, menggunakan serangan balik dengan sangat halus, memanfaatkan kelemahan-kelemahan kecil dalam gerakan Lei Zhong.
Lei Zhong terkejut dengan kecepatan dan ketepatan gerakan Xiao Shao, namun ia tidak menyerah. Dengan cepat, ia mengubah arah serangannya, memanfaatkan teknik bertarung yang lebih berbahaya. Ia melancarkan serangan dari berbagai sudut, mencoba untuk mengejutkan Xiao Shao dan memaksanya keluar dari keseimbangan.
Namun, Xiao Shao kali ini tidak tergesa-gesa. Ia merasakan energi dalam tubuhnya berputar dengan sempurna. Setiap gerakan Lei Zhong, meskipun cepat dan berbahaya, bisa diprediksi dengan sangat jelas. Xiao Shao melangkah mundur, menghindari serangan dengan lebih tenang, lalu bergerak dengan cepat untuk menghadapinya. Dalam sekejap, ia mengalirkan energi ke tangannya dan melancarkan pukulan yang sangat kuat, tepat mengenai dada Lei Zhong.
Serangan itu tidak hanya mengarah ke fisik, tetapi juga memanfaatkan energi dalam tubuhnya untuk menambah kekuatan serangan. Lei Zhong terhuyung mundur, terkejut dengan kekuatan yang tiba-tiba muncul dari serangan tersebut. Dia meringis, merasakan rasa sakit yang tajam.
Xiao Shao tidak memberikan kesempatan untuk istirahat. Dengan kecepatan luar biasa, ia bergerak maju, menghantamkan lututnya ke perut Lei Zhong dan memutar tubuhnya untuk menyelesaikan serangan dengan tendangan kuat ke punggungnya. Lei Zhong terjatuh ke tanah dengan keras, tak mampu melawan kekuatan yang datang begitu cepat.
Wasit segera menghentikan pertandingan, mengangkat tangan Xiao Shao sebagai pemenang. Penonton bersorak, namun Xiao Shao hanya berdiri diam, wajahnya tidak menunjukkan kegembiraan, hanya ketenangan yang mendalam. Ia tahu, meskipun ia menang kali ini, perjalanan untuk menjadi yang terkuat masih jauh.
---
Di malam hari, setelah pertandingan, Xiao Shao kembali ke dojo, merasa tubuhnya kelelahan namun puas. Dia mengulang kembali setiap gerakan dalam pikirannya, memeriksa kesalahan yang mungkin ada, dan berusaha memahaminya lebih dalam. Meskipun teknik yang baru ia pelajari sudah membantunya menang, ia tahu bahwa itu hanyalah langkah awal.
Pada saat itulah, Master Wu muncul di depan dojo, dengan tatapan serius. "Xiao Shao," katanya dengan suara rendah, "kau telah mencapai banyak hal dalam waktu singkat. Namun, ingatlah, perjalanan ini tidak hanya soal menang atau kalah. Ini adalah tentang menemukan dirimu sendiri. Kemenangan hanyalah sementara, tapi pencarian untuk menjadi yang terkuat adalah jalan yang tidak pernah berakhir."
Xiao Shao menundukkan kepala. "Aku mengerti, Master."
Master Wu tersenyum. "Bagus. Karena jalanmu baru saja dimulai."
Dengan kata-kata itu, Xiao Shao merasa tekadnya semakin kuat. Pertempuran kali ini hanyalah langkah kecil, dan dunia ini masih penuh dengan lawan yang lebih kuat. Namun, ia yakin—selama ia terus berlatih, terus mencari, tidak ada yang bisa menghentikannya untuk menjadi yang terkuat dan tak tertandingi.