Chereads / berkultivasi untuk menjadi yang terkuat dan tidak tertandingi / Chapter 2 - Langkah Pertama Menuju Kekuatan

Chapter 2 - Langkah Pertama Menuju Kekuatan

Xiao Shao berjalan keluar dari gang sempit itu dengan langkah mantap. Udara malam terasa sejuk, tetapi di dalam dirinya, darahnya mendidih. Pertarungan singkat tadi membuktikan sesuatu yang selama ini ia yakini—meskipun tanpa qi atau teknik mistis, ia tetap bisa menjadi kuat.

Ia mengingat sensasi saat bertarung. Gerakan tubuhnya terasa alami, refleksnya cepat, dan pikirannya jernih. Itu bukan hanya kebetulan. Mungkin tubuh barunya ini memiliki potensi yang jauh lebih besar dari tubuh lamanya. Atau mungkin, ini adalah hasil dari latihan yang selama ini ia jalani.

Bagaimanapun juga, ini baru permulaan.

---

Keesokan paginya, Xiao Shao bangun lebih awal dan segera memulai rutinitas barunya. Ia pergi ke taman kota, mencari tempat yang agak sepi, lalu mulai melakukan latihan dasar.

Push-up, sit-up, squat, lari—semua ia lakukan tanpa henti. Setiap tetes keringat yang mengalir di tubuhnya adalah bukti bahwa ia semakin kuat. Tidak ada qi, tidak ada teknik khusus, hanya tubuhnya sendiri yang perlahan berkembang.

Setelah satu jam latihan intens, ia duduk di bangku taman dan menutup matanya, mencoba memahami tubuhnya lebih dalam. Ia mengatur napas, merasakan setiap aliran darah, setiap detak jantung, setiap kontraksi otot.

"Ada sesuatu di sini…" pikirnya.

Ia tidak tahu apa itu, tetapi ada perasaan bahwa ia bisa mendorong tubuhnya lebih jauh, melampaui batas normal manusia. Jika dunia ini tidak memiliki qi, maka ia harus menemukan kekuatan lain yang tersembunyi dalam dirinya.

---

Setelah beberapa hari menjalani rutinitas latihan, Xiao Shao mulai mencari cara untuk meningkatkan kemampuannya lebih cepat. Ia membaca buku tentang anatomi tubuh manusia, seni bela diri, dan strategi bertarung.

Di dunia tanpa kultivasi, seni bela diri adalah cara terbaik untuk bertahan dan berkembang.

Ia menemukan sebuah dojo kecil di sudut kota, tempat latihan bela diri tradisional yang masih bertahan di tengah kemajuan zaman. Tanpa ragu, ia masuk dan mendaftar.

Dojo itu dipimpin oleh seorang pria paruh baya bernama Master Wu, seorang mantan petarung yang kini mengajar bela diri bagi mereka yang ingin belajar. Master Wu menatap Xiao Shao dengan mata tajam saat pemuda itu memperkenalkan diri.

"Kau ingin belajar bela diri? Apa alasanmu?" tanya Master Wu.

Xiao Shao tidak ragu-ragu menjawab, "Aku ingin menjadi kuat."

Master Wu tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Baik. Tapi ingat, bela diri bukan sekadar tentang kekuatan. Ini tentang pengendalian diri, disiplin, dan kehormatan. Jika kau hanya ingin bertarung demi ego, lebih baik kau pergi."

Xiao Shao menatap langsung ke mata Master Wu dan berkata, "Aku ingin menguasai tubuhku sepenuhnya. Aku ingin menemukan batas tertinggi yang bisa dicapai manusia."

Master Wu menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas. "Baiklah. Kau bisa mulai latihan besok."

---

Hari pertama di dojo tidak mudah. Xiao Shao harus memulai dari dasar—kuda-kuda, pukulan, tendangan, dan keseimbangan. Tidak ada teknik spektakuler atau gerakan yang terlihat keren, hanya dasar yang harus dikuasai dengan sempurna.

Namun, Xiao Shao tidak mengeluh. Ia menyerap setiap pelajaran seperti spons, memahami setiap gerakan dan menerapkannya dengan disiplin tinggi.

Latihan demi latihan, tubuhnya mulai beradaptasi. Pukulannya semakin kuat, gerakannya semakin cepat, dan refleksnya semakin tajam.

Master Wu memperhatikannya dari kejauhan, matanya menunjukkan sedikit kekaguman. "Bocah ini… dia berbeda," gumamnya.

Sementara itu, Xiao Shao terus melangkah maju. Ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan panjangnya. Ia tidak tahu seberapa jauh ia bisa pergi, tetapi satu hal yang pasti—ia tidak akan berhenti sampai mencapai puncak.

Dan di dunia ini, ia akan membuktikan bahwa manusia bisa menjadi lebih dari sekadar manusia.