Hari-hari berlalu, dan Xiao Shao semakin tenggelam dalam rutinitas latihannya. Seiring berjalannya waktu, ia mulai mengerti bahwa untuk menjadi lebih kuat, ia tidak hanya perlu melatih tubuhnya, tetapi juga melatih ketekunan dan kesabaran. Semua teknik yang ia pelajari dalam buku itu membutuhkan waktu, pemahaman, dan kerja keras yang konsisten.
Pagi itu, seperti biasa, Xiao Shao bangun lebih awal dari matahari terbit. Tubuhnya masih terasa lelah setelah latihan fisik yang intens semalam, tetapi ia tahu bahwa rasa lelah itu bukan alasan untuk berhenti. Ia membuka jendela apartemennya dan menghirup udara pagi yang segar, membiarkan rasa dingin menyapu wajahnya. Untuk sesaat, ia merenung, memusatkan perhatian pada teknik pernapasan yang ia pelajari dalam buku.
Pernapasan Dalam, yang disebutkan dalam buku itu, ternyata lebih dari sekadar cara mengatur napas. Setiap tarikan napas membawa ketenangan dan keseimbangan, sementara setiap hembusan napas melepaskan ketegangan. Seiring waktu, Xiao Shao semakin menguasai teknik ini, merasakan bahwa napas yang dalam dan teratur bisa meredakan kecemasan dan menggantinya dengan energi yang lebih besar.
Ia duduk bersila di lantai, mata terpejam. Ia mencoba merasakan tubuhnya, memperhatikan setiap gerakan energi yang mengalir di dalamnya. Meskipun ia tidak merasakan aliran qi seperti yang ia harapkan, ia mulai merasa adanya kekuatan yang lebih alami, yang datang dari dalam dirinya.
"Bernafas dalam, dan biarkan tubuh ini bergerak dengan alami," pikir Xiao Shao, merasakan napasnya semakin teratur. Setiap napas yang diambil seakan menghubungkannya dengan dunia yang lebih besar, memberi rasa kedamaian yang menyelimuti dirinya.
Beberapa saat kemudian, Xiao Shao mulai melakukan latihan fisiknya. Kali ini, ia menggabungkan teknik pernapasan dengan gerakan tubuh. Ia bergerak dengan lambat, namun setiap gerakan terasa lebih terkontrol, lebih efektif. Pukulan dan tendangannya semakin presisi, seolah-olah seluruh tubuhnya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kekuatan yang ia rasakan dalam setiap gerakan bukan berasal dari otot semata, melainkan dari kedalaman tubuh dan pikiran yang kini ia kendalikan dengan penuh kesadaran.
Latihan kali ini berfokus pada pergerakan dasar. Tendangan, pukulan, dan serangan menggunakan siku dan lutut yang dilakukan dengan ritme yang lebih halus. Xiao Shao menyadari bahwa untuk melangkah lebih jauh, ia tidak hanya harus mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga ketepatan, timing, dan keseimbangan yang sempurna.
---
Hari berganti hari, dan Xiao Shao semakin terbiasa dengan rutinitasnya. Suatu sore, saat ia selesai berlatih di luar dojo, ia duduk di bangku taman, memandangi langit senja yang mulai menggelap. Keringat membasahi tubuhnya, namun hatinya terasa ringan, seolah semua kekhawatiran telah sirna. Dalam perjalanan latihan ini, ia mulai mengerti satu hal penting—setiap pencapaian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi sebuah titik untuk menuju langkah berikutnya.
Beberapa hari kemudian, saat ia kembali berlatih di dojo, Master Wu yang telah mengamatinya dengan seksama mendekatinya. Wajah sang guru terlihat serius, namun ada senyum tipis di bibirnya.
"Xiao Shao, aku telah melihat perkembanganmu," kata Master Wu, suaranya dalam dan penuh makna. "Tapi ingat, latihan itu tidak hanya tentang kekuatan. Itu juga tentang kesadaran—kesadaran akan dirimu, kesadaran akan lawanmu, dan kesadaran akan dunia di sekitarmu."
Xiao Shao menundukkan kepala, mendengarkan dengan seksama. Ia tahu bahwa Master Wu memiliki kebijaksanaan yang dalam, sesuatu yang tidak bisa diperoleh hanya dengan latihan fisik.
"Apa yang kau pelajari dalam buku itu?" tanya Master Wu, merujuk pada teknik kultivasi yang Xiao Shao temukan beberapa waktu lalu.
Xiao Shao menjelaskan dengan hati-hati, menceritakan tentang teknik pernapasan dan meditasi yang ia pelajari. Ia menyebutkan bahwa meskipun ia tidak bisa merasakan qi, teknik itu memberinya kontrol yang lebih besar atas tubuh dan pikirannya.
Master Wu terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Xiao Shao. Lalu, dengan tenang ia berkata, "Mungkin yang kau rasakan bukanlah qi seperti yang kita ketahui, tetapi itu adalah bentuk lain dari kekuatan yang ada dalam dirimu. Energi itu tidak selalu harus tampak jelas di luar, tetapi bisa saja terkandung dalam cara kita mengontrol tubuh dan pikiran."
Kata-kata Master Wu membuka wawasan baru dalam diri Xiao Shao. Ia menyadari bahwa setiap jalan menuju kekuatan tidak harus mengikuti satu pola yang sama. Kekuatannya mungkin tidak datang dalam bentuk yang ia harapkan, tetapi ia dapat mencapainya dengan cara yang sesuai dengan dirinya.
---
Selama beberapa minggu berikutnya, Xiao Shao mulai mengembangkan teknik yang lebih maju, berdasarkan prinsip yang ia pelajari. Ia semakin mendalami konsep meditasi, menyadari bahwa untuk menguasai tubuh, ia harus terlebih dahulu menguasai pikirannya.
Salah satu latihan yang lebih intens adalah "Latihan Statis." Ini adalah latihan yang mengharuskan Xiao Shao untuk tetap dalam satu posisi tertentu selama berjam-jam, baik itu posisi berdiri, duduk, atau bahkan bertumpu pada satu kaki. Latihan ini membantu menambah kekuatan fisik sekaligus mental, karena tubuh harus menahan rasa sakit dan ketegangan dalam waktu yang lama.
Pada suatu hari, setelah menyelesaikan latihan tersebut, Xiao Shao merasa ada yang berbeda. Rasa sakit yang ia rasakan sebelumnya mulai menghilang, dan tubuhnya terasa ringan, seolah-olah tidak ada batasan lagi. Keputusan-keputusan yang selama ini ia anggap sulit kini terasa lebih mudah. Bahkan ketegangan yang sering menghantui pikirannya mulai memudar.
"Aku mulai mengerti," bisik Xiao Shao dalam hati. "Kekuatan sejati tidak datang hanya dari tubuh, tetapi dari bagaimana kita mengendalikannya. Tubuh yang kuat lahir dari pikiran yang kuat."
---
Setiap hari, Xiao Shao semakin merasakan peningkatan yang nyata. Teknik-teknik baru mulai terintegrasi dalam dirinya, dan ia merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar. Namun, meskipun ia sudah mencapai kemajuan yang luar biasa, Xiao Shao tahu bahwa ini masih jauh dari titik akhirnya. Dunia ini penuh dengan rahasia dan kekuatan yang lebih besar, dan ia belum siap untuk menghadapi semuanya.
Namun, dengan tekad yang semakin membara, Xiao Shao tahu satu hal—perjalanan ini baru saja dimulai. Ada banyak lagi yang harus ia pelajari, dan ia akan terus berlatih, tanpa henti, sampai akhirnya ia benar-benar menjadi yang terkuat dan tak tertandingi.