"Tunggu, ini dimana? Bagaimana aku bisa disini? Kenapa ini gelap sekali?"
Nathankato mempertanyakan tentang dimana ia berada, ia mengangkat alisnya, sambil berdiri di samping obor yang menjadi satu-satunya pencahayaan di ruang hampa yang gelap.
Ia melihat siluet sesosok tubuh laki-laki yang berdiri menatapnya yang lalu berkata.
"Hai, Teman baruku, Sepertinya kau akan menjadi teman perjalananku di dunia ini ya."ucapnya dengan tersenyum tipis.
"K-k-kau siapa? Kenapa aku membawaku kesini?"
Nathankato hanya kebingungan dengan mengangkat alisnya dan bertanya kepadanya.
"Kau adalah teman baruku, kaulah yang akan menemaniku di perjalanan yang akan menjadi panjang di dunia baruku ini."
"Huh? Maksudnya?"
Dia hanya tersenyum tipis lalu Tertawa kecil dan bertanya.
"Jadiii.. Sampai kapan aku harus menunggumu?"
Nathankato membuka matanya secara cepat dan bangun dari tidurnya. Sambil menghela nafasnya dengan cepat, dari penglihatannya ia melihat pelayanannya yang sedang berdiri di samping tempat tidurnya yaitu Fionna.
"Fionna?"
"Ada apa tuan muda?"tanya Fionna sambil mengangkat alisnya.
"Tidak, tidak ada apa-apa, Aku cuma... Aku hanya mimpi buruk, Tapi entah itu mimpi buruk atau bukan, Rasanya aneh sekali bermimpi seperti itu."
Fionna hanya menatap dengan bingung pada tuannya.
"Tidak apa-apa, Tuan muda tidak perlu terlalu memikirkannya, Nah sekarang apakah tuan ingin sarapan? Ayah dan ibumu sudah menunggu tuan di bawah."ucapnya dengan tersenyum tipis, yang membuat Nathankato merasakan kehangatan dari senyuman Fionna.
"Baiklah."
"Bagus."
Nathankato duduk di sebuah yang ternyata ia sudah di meja makan, Dengan Ibu dan ayahnya yang duduk di depannya sedangkan kakaknya di samping kursi duduknya.
(Yah aku tinggal dengan ayah Isurugi Ethan, Ibuku Isurugi Mio dan Kakak perempuanku Isurugi Sayumi, Di sebuah rumah yang besar, Umurku masih Tujuh tahun, dan aku juga jarang sekali ke dunia luar. Aku lebih sering di kamar untuk bermain game atau belajar tentang dunia luar itu.)
Keluarga Nathankato yang ada di meja makan, Mereka menggunakan pakaian yang khas pakaian bangsawan, sedangkan Nathankato sendiri yang memakai semacam kimono di sana.
(Sepertinya Aku saja yang selalu menggunakan kimono kemanapun aku pergi, berbeda dengan keluarga yang memakai pakaian bangsawan yang rapih, Alasanku menggunakan kimono dibandingkan dengan pakaian bangsawan adalah Karena bahan kimono itu lebih lembut dan enak, sedangkan pakaian bangsawan itu lebih rapih tapi lebih ketat gitulah.)
(Bahkan saat tidur pun aku masih menggunakan kimono sebagai baju tidur.)
Ayah Nathankato alias Ethan menatap Nathankato dengan bingung, karena dari semenjak Nathan ke meja makan, ia makan dengan tidak semangat seperti memikirkan sesuatu hal lalu bertanya padanya.
"Nathan, Ada apa? Apakah kau sedang sakit?"
"Oh ayah, Aku cuma memikirkan tentang mimpi yang kualami tadi malam."
"Mimpi apa, Nathan?"tanya ibunya alias Mio.
"Mimpi buruk yang sebenarnya aku juga bingung, apakah itu mimpi buruk atau apa?"
"Mimpi yang kau tidak tahu ya?"ucap Kakak perempuannya/Sayumi.
"Baiklah, Terimakasih atas makanannya, Aku akan ke kamarku dulu."
"Baiklah..."
Nathankato pun bangun dari tempat duduknya lalu berjalan menuju ke kamar melalui tangga ke lantai dua.
"Yah lagi-lagi Aku tidur dengan menggunakan kimono ini, Bahan kimono ini itu apa sih? Kenapa bisa enak banget?"
Saat Nathankato mempertanyakan bahan kimono, Suara Fionna menjawab pertanyaannya.
"Itu karena bahan Kimono mu itu adalah terbuat dari bahan sutra, ia dapat menjaga suhu tubuh, menyerap keringat, sehingga nyaman di berbagai cuaca."
Fionna masuk kedalam kamar nathankato sambil membawa secangkir teh yang kelihatan masih hangat.
"Fionna?"
"Itulah sebabnya tuan muda nyaman menggunakannya. Silahkan."
Fionna menaruh secangkir teh hangat itu di meja samping.
"Terimakasih."
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Baiklah."
Fionna pun keluar dari kamar Nathankato dan menutup pintu kamarnya kembali. Nathankato menghela nafasnya lalu mengatakan.
"Life point status, open."
Memunculkan sebuah kota biru sedikit transparan dengan tulisan nyawa atau life point Nathankato.
LIFE POINT (LP): 5
"Ya, sebenarnya, Eos itu memiliki sistem kehidupannya sendiri Yaitu: Life point, Semua makhluk hidup di Eos jadi mereka itu memiliki lima Life point, jadi jika mati itu tidak akan sepenuhnya mati, mereka akan bangkit kembali atau respawn kembali di rumah mereka."kata Nathankato.
"Yah life point ku masih lima karena aku belum pernah mati, Bahkan aku tidak mau mati sama sekali."
Tiba-tiba..
"Hei kamu."
Tiba-tiba suara muncul dari dalam kepala Nathankato, itu mengejutkannya sehingga bangun dari tempat tidurnya.
"Tunggu?!"
"Ke hutanlah sekarang."kata suara di kepala Nathan dengan suara yang berat.
"Ke hutan? Untuk apa?"
"Gak usah basa-basi. Cepat."
"O—oke... Kayaknya ada sesuatu yang harus kulakukan, hutan ya, Apa maksudnya? Apakah aku harus beritahu ke ayah dan ibu bahwa aku akan ke hutan? Tidak! Jika mereka tahu aku pergi ke hutan, pasti mereka akan melarang."kata Nathankato sambil mengangkat alisnya yang lalu Nathankato menggelengkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
"Sepertinya tidak ada cara lain ya."
Nathankato pun menyiapkan bekal makanan jika ia lapar di hutan, karena ia akan pergi ke hutan sendirian tanpa di lindungi siapapun. Ia menggunakan tas yang lumayan kecil dan tas itu diselendangkan di pundaknya.
Lalu berjalan keluar dari kamarnya dengan sangat hati-hati, ia mengendap-endap menuju pintu keluar terdekat yaitu halaman belakang.
Ia sempat hampir ketahuan karena seorang pelayan yang sedang lewat. Nathan menghela nafas leganya Karena tidak ketahuan.
"Itu dia."kata Nathankato yang berbisik.
Nathan melihat kanan-kiri, Depan-belakang dan tidak menemukan siapa-siapa. Ini adalah kesempatannya untuk pergi secara diam-diam dari rumah ke hutan.
Ia pun berjalan secara perlahan ke pintu keluar halaman belakang yang pertama dan akhirnya berhasil untuk keluar, terdengar suara rintik hujan yang turun dari langit.
Nathan berada di depan pintu keluar halaman belakang yang kedua, karena dikunci Nathan menggunakan lock pick yang sudah ia bawa di Saku celananya. Lalu membuka pintunya dan keluar dari halaman belakang rumahnya.
Fionna sedang berjalan lalu melihat Nathan yang keluar dari halaman belakang rumah dari lantai dua lalu berkata.
"Nathan-sama..."ucapnya sambil mengangkat alisnya yang heran dengan apa yang dilakukan oleh Nathan.
"Sepertinya sudah cukup jauh dari rumah. Nah sekarang apa yang harus kulakukan?"ucap Nathankato yang sudah berada di hutan.
"Carilah sebuah goa."
"Okeeee... Gak ada petunjuk lain gitu? Cari goa?"
Nathankato terus berjalan untuk mencari goa ditengah hujan deras dan menemukan sebuah goa yang menurutnya benar.
"Sepertinya ini goanya, Suara misterius itu tidak berkata-kata berarti mungkin ini adalah tempatnya."
Nathankato akan masuk tapi menghentikan langkahnya.
"Tunggu sebentar."
Ia mengeluarkan smartphonenya lalu menyalakan lampu senter smartphonenya dan Nathankato pun masuk sambil menyusuri jalan di goa itu.
Dan akhirnya menemukan sebuah tempat yang asing bagi Nathan, sebuah tempat seperti Kuil yang dikelilingi oleh batu-batu panas dengan ukuran kecil di tanah.
"Apakah ini tempatnya? Yah sudah, aku akan cek."
Nathan berjalan menuju kuil itu dan melompati batu-batu panas.
"Kuil ini terasa asing, aku tidak pernah melihat kuil seperti ini."
"Masuklah kedalam kuil itu."kata suara misterius.
"Oke..."
Nathankato mulai masuk kedalam dan menyusuri setiap jalan di kuil itu, yang menuntunnya ketempat dimana sebuah manekin berdiri yang melayang diatas lava.
"Tempat apa ini? Apakah ini tempat untuk ritual atau semacamnya?"
Sebuah hunusan melayang kearah Nathan, dengan reaksi murni seketika Nathan menghindarinya yang hampir mengenai tanduk biru dikepalanya.
"Waaaa..!"
Nathan terjatuh dan tangannya menyentuh tanah karena hindarannya sendiri dan pedang besar itu menancap di tanah.
Sesosok makhluk berbaju Zirah besi turun dari atas yang lalu mencabut dan mengambil pedang besarnya kembali. Pedang besarnya itu bermata tunggal berwarna perak besar dengan bola hijau di tempat yang dekat dengan pegangannya.
"Apa?! Apakah makhluk ini penjaga kuil ini?! Aku gak melakukan apa-apa kan?! Apakah ia adalah salah satu Revolt?! Atau Diver?!"kata Nathankato dengan menggelengkan kepalanya dan mengangkat alisnya sambil panik.
"Mana aku gak bawa senjata apapun lagi! Gimana ini! Anima juga gak bawa lagi!"
Makhluk berbaju zirah itu mengayunkan pedangnya untuk menyerang Nathan, Beruntung bagi Nathan karena tebasan pedang itu ditangkis oleh pedang lain yang dibawa oleh seorang laki-laki yang memakai topeng hitam dengan tanduk putih di bagian atas topeng, dan memakai jubah hitam.
"A-apa? S-siap kamu?"kata Nathankato yang kebingungan melihat orang yang ada di depannya menangkis serangan makhluk berbaju zirah itu.
Dari hutan terdengar sebuah langkah kaki yang sedang berlari melewati bebatuan di goa tersebut yang lalu melompat, dia memakai topeng hitam dengan tanduk putih di bagian atas topeng, dan mengeluarkan sebuah senjata yaitu dua Belati, dan Menghunuskannya ke makhluk berbaju zirah.
Karena mengetahuinya, makhluk berbaju zirah itu kemudian menghempaskan orang yang memakai pedang dan lalu menggerakkan pedangnya untuk mendapatkannya, dan membuatnya menangkis serangannya dengan dua belati hingga ia terpental dan mendarat di dekat seorang laki-laki itu.
(Satu laki-laki seperti orang dewasa, satu lagi cewek seperti anak kecil, Siapa sebenarnya mereka ini? Dan untuk apa mereka kesini?)