"Sudah sekitar dua puluh menit sejak tes ini dimulai, dan masih belum ada yang menjadi yang terakhir. Sepertinya pertarungan di sana itu intens sekali ya."kata Tachibana Hayase.
Setelah mengatakan itu, ia mendengar pertanyaan dari salah satu murid laki-laki.
"Tachibana Hayase-san. Kapan tes ini akan berakhir?"ujarnya.
"Tes ini akan berakhir setelah ada yang menjadi yang terakhir atau mungkin setelah waktu yang ditentukan itu habis."
Sudah banyak sekali siswa-siswi yang berada di Tempat upacara masuk alias bisa dibilang aula, Karena mereka itu kehilangan tiga Anima dan terteleportasi kesini.
Ditengah Siswa-siswi yang seperti khawatir dan cemas, Tachibana Hayase berkata.
"Sekarang hanya bisa menunggu kelima siswa-siswi itu bertarung dan kehilangan tiga Anima."katanya, dengan matanya yang melihat hologram yang menampilkan beberapa nama.
Seperti Isurugi Nathankato, Rezon, Orion dan lain-lain.
Di tengah itu, Yaitu di Sanctuary Place, Nathankato sedang berjalan di pinggiran jalan kota yang ia harus jelajahi ini.
"Sekitar dua puluh menitan sejak pertarungan gua melawan Siswa bernama lengkap Ishihara Shunichi itu. Hanya berjalan dan jalan tanpa arah tujuan lah yang sedang ku kerjakan sekarang, tanpa adanya pertemuan dengan yang lain."kata Nathan.
Suasana di tempatnya sama seperti ia pertama kali datang ke Sanctuary Place, Sunyi dan seperti tak ada kehidupan sama sekali.
"Apa yang harus kulakukan Sekarang? Mencoba bertarung dengan yang lain pun tidak ada orang. Kalau tidak salah tadi ada suara yang mengumumkan bahwa siswa-siswi di sini itu tersisa lima. Berarti aku salah satunya ya."
Setelah mengatakan itu, Nathankato melanjutkan jalannya yang tanpa arah tujuan itu.
Di Tempat lain Sanctuary Place, Rezon menggeram, tubuhnya melesat maju dengan kecepatan luar biasa, mengayunkan Pedang yang lumayan besar-nya dengan ledakan kekuatan. Setiap tebasan menciptakan percikan api yang menyambar udara, seakan menyuarakan Keseriusannya. Serangan demi serangan bertubi-tubi menghujam, sementara Seorang Gadis berambut merah itu dengan gesit menangkis dengan Pedang-nya, menghasilkan benturan keras yang menggema di sekitarnya. Asap tipis mengepul di sekitar mereka, menyelimuti arena pertempuran dalam aura tegang, layaknya pertarungan antara dua kekuatan yang tak terhentikan.
Rezon dan Gadis berambut merah mundur dari pertarungan itu. Dan berdiri berhadap-hadapan.
"Pertarungan kita sudah menghabiskan dua Anima, nona."
"Ya, Jika pecah satu lagi maka pertarungan ini akan berakhir dan salah satu dari kita akan terteleportasi ke tempat upacara masuk."
"Kalau begitu, Kita selesaikan ini!"
"Saga!"kata Rezon, Mengangkat tangan kanannya keatas.
Tubuh -nya ditutupi oleh Aura-aura dan partikel-partikel kecil yang berterbangan tak santai yang lalu membuat sebuah tubuh dari Makhluk Alias Diver: Saga. Diver milik Rezon yang mengarahkan sebuah Aura-aura ke Pedang yang lumayan besar-nya Rezon. Sehingga senjatanya itu bersinar hijau yang terang.
Gadis berambut merah tidak akan tinggal diam kan? Sudah jelas iya. Ia dengan serius mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dada.
"... .Faith!"kata Gadis berambut merah.
Secara cepat, Tubuh -nya ditutupi oleh Aura-aura dan partikel-partikel kecil yang berterbangan tak santai yang lalu membuat sebuah tubuh dari Makhluk Alias Diver: Faith. Seketika memberikan pedangnya itu untuk Bersinar dengan api yang membara di setiap ujung pedangnya.
Rezon dan Gadis berambut merahnya menggeram, tubuhnya melesat maju dengan kecepatan luar biasa, mengayunkan Pedang mereka dengan ledakan kekuatan.
Di sekitar mereka, Seolah-olah waktu berhenti sejenak, Layaknya mereka menebas waktu.
Seketika terjadi ledakan yang dikelilingi oleh asap yang tercipta dari Ledakan tersebut. Batu Anima Yang mereka bawa di saku celananya pun pecah secara bersamaan, yang dimana tubuh mereka berdua mengeluarkan partikel-partikel kecil biru yang tidak santai. Lalu Semua Luka yang ada di tubuh Rezon dan Gadis berambut itu seperti luka sayatan langsung sembuh seketika. Bahkan baju mereka yang sudah robek pun langsung utuh kembali.
Mereka berdua bernafas berat, Serta Pecahnya Anima mereka yang ketiga menyebabkan mereka berdua terteleportasi ke tempat yang sama dengan siswa-siswi yang lainnya.
"Selamat datang, dan kuucapkan selamat kepada kalian berdua karena sudah masuk lima besar."sambutan dari Tachibana Hayase.
"Tunggu, jika kami lima besar, maka masih ada tiga lagi?"tanya gadis berambut merah.
"Ya, Sekarang hanya tersisa tiga murid ini. Yaitu tiga nama, Isurugi, Yasuhiro dan orion."
"Nathan?! Jadi dia belum hancur tiga Anima ya."
Rezon hanya kaget bahwa Nathan masih belum hancur tiga Anima, Nathan juga akan memiliki lawan yang bisa saja menghilangkan nyawanya jika di Medan perang yang sesungguhnya.
Namun, ini hanyalah sebuah tes, Yang hancur tiga Anima duluan, dia yang akan kalah— Sesimpel itu.
Di Sanctuary Place, Nathankato hanya terus berjalan, melihat-lihat ke sekeliling, Bisa saja Orion menyerangnya dengan tiba-tiba dari arah manapun itu.
"Haduh, Dimana sih ini?? Jadi bingung kan gua harus ngapain.."
Nathankato hanya mempertanyakan keberadaan ia sekarang, Tiba-tiba terdengar di kuping Nathan secara jelas, Suara tertawa dari seorang laki-laki yang dekat dari Nathan.
Tawa jahat yang mengerikan itu masih terdengar di kuping Nathan hingga Nathan saja sedikit merinding mendengarnya.
Muncul notifikasi pop up biru yang bertuliskan bahwa "Satu tereliminasi-- Tersisa dua".
Seketika Nathan bergerak untuk mencari asal suara tertawa, Dia mengecek ke sana-sini, dan akhirnya berhasil menemukannya. Di tengah jalan. Nathan segera bersembunyi sambil melihatnya dari sudut bangunan gedung yang ada di jalan itu.
Orion berdiri dengan banyak darah di sekitar kakinya, Lantai dipenuhi oleh darah merah pekat, serta tubuh seorang murid laki-laki yang tergeletak tak berdaya.
Murid laki-laki itu kehilangan tiga Anima nya karena ulah dari Orion, Dan akhirnya ia di teleportasi ke tempat upacara masuk dengan keadaan baik-baik saja, tempat dimana Tachibana Hayase dan murid lainnya berada.
"Hahahahahahaha! Aahahahahahaha!
Tawanya yang lumayan menyeramkan membuat Nathankato secepatnya ingin menyelesaikan ini.
Kapak besarnya itu tertancap di tanah. Ia tertawa sambil merentangkan kedua tangannya dan menghadap ke atas.
(Tawa yang mengerikan. Ini layaknya seperti di sebuah film saja, dimana Villains nya tertawa begitu puas setelah kekalahan karakter utamanya... Tapi tujuan gua disini cuman satu, Menyelesaikan tes ini lalu beristirahat!)
Nathan meneguhkan hatinya kembali untuk menyelesaikan semua ini, Lalu Nathan segara mengarahkan Gunswordnya ke Orion. Lalu melepaskan tembakan sinar ke kapak besar itu, menyebabkan benturan keras yang terdengar di kuping mereka berdua.
Tapi itu tidak membuat kapak besarnya itu jatuh, Namun, memang itulah yang diinginkan Nathan.
Segera setelah itu, Orion yang menyadari bahwa kapaknya ditembak dari arah belakangnya. Ia pun menggerakkan lehernya dan menoleh ke belakang.
"Siapa itu?"
Suaranya layaknya mengintimidasi. Menghentikan tertawanya.
Nathankato keluar dari tempat bersembunyinya.
"Oh jadi kau ya yang menjadi lawanku, Bisa kita mulai dengan perkenalan sebelum pertarungan?"kata Orion sambil menyeringai.
"Tentu saja boleh, Namaku Isurugi Nathankato. Kau?"
"Orion, Kaminaga Orion. Kalau begitu mari kita bertarung, Ku bantai kau!"
Orion Mendorong keras kakinya untuk berlari ke arah Nathankato, sambil mengayunkan kapaknya dan Dia menyerang tanpa henti, Setiap serangan menciptakan percikan api yang menyambar udara. Serangan demi serangan bertubi-tubi menghujam, sementara Nathankato itu dengan gesit menangkis dengan Gunsword-nya, menghasilkan benturan keras yang menggema di sekitarnya.
Nathan dengan refleks bergerak mundur kebelakang, Lalu mengarahkan Gunswordnya ke Orion. Lalu melepaskan tembakan sinar ke Arah Orion untuk mengenainya, Namun Orion mengayunkan kapaknya untuk menangkis semua sinar tembakannya.
Nathan maju dan mengayunkan Gunswordnya, Menghujani Orion dengan serangannya, Dia menyerang tanpa henti, begitu juga dengan Orion yang terus menangkisnya dengan kapaknya—Dia mengayunkan Gunswordnya, tapi Serangannya itu ditahan lalu dibalikan oleh Orion hingga satu Gunswordnya itu melayang dan menancap di lantai.
Mendapatkan sebuah celah, Orion ingin menyerangnya tapi Nathan masih punya satu Gunswordnya, Ia mengambil Gunsword keduanya di kiri sabuknya menangkis serangan Orion.
Tapi dengan reaksi murni, Orion memegang tangan kanan Nathan, hingga nathan terkejut, lalu menendangnya hingga menjatuhkan Gunswordnya.
Orion hendak mengayunkan kapaknya untuk menyerang Nathan, Ia berpikir bahwa Nathan akan mudah untuk menyerang dan membuat pecah animanya. Namun, Nathankato menghindarinya lalu meninju wajah Orion hingga terdiam—lalu menendang bagian kiri perutnya, tapi itu membuat Nathan terjatuh.
"Argh!"
Nathan menendang tangan kanannya yang memegang kapak besarnya hingga Orion menjatuhkan kapaknya. Dia memegang senjata kapak itu, dan merasakan keberatan dari kapak besar milik Orion.
"Haaaaaa!!"
Tapi itu tidak membuatnya berhenti, Nathan mengayunkan kapaknya tanpa henti ke tubuh Orion, Hingga tubuhnya mengeluarkan banyak sekali darah yang muncrat. Anima Orion pun pecah. Batu Anima Yang orion bawa di saku celananya pun pecah secara bersamaan, yang dimana tubuhnya mengeluarkan partikel-partikel kecil biru yang tidak santai.
"Sial!"
"Nampaknya kau sudah pecah Anima ya."
"Ya begitulah, Omong-omong sudah pecah berapa kau?"
"Kira-kira sudah satu."
"Sial, berarti aku sudah pecah dua ya."
"Namun, aku tidak bisa sombong, Menggunakan kapak ini... Rasanya tidak enak..."
Wajah serius pun ada di wajah mereka berdua. Nathan menggerakkan kakinya untuk berlari ke Orion sambil melayangkan kapak besarnya....