Di Koridor sekolah Diver Series Academy, Beberapa murid cowok dan cewek itu sedang berdiri. Seperti Gadis berambut kuning yang mengobrol, ada yang hanya diam melihat suasana sekolah, dan lain sebagainya.
Dengan demikian maka sama juga dengan Nathan yang berjalan sambil mengelus-elus lehernya, Ia tampak masih merasakan sakit dari terputusnya lehernya akibat serangan dari Orion dengan ayunan kapak besarnya.
"Yo, Nathan."
Suara terdengar dari mulut seseorang yang memanggil nama Nathan dengan tenang. Saat menoleh kebelakang, Nathan melihat Rezon yang berdiri. Reflek mengatakan "Rezon!".
"Kau masih merasakan sakit di bagian lehermu?"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ya, Nebak aja. Kebetulan lu elus-elus lehermu terus."
Mereka berdua mulai berjalan untuk menuju suatu tempat, Yaitu: Kelas.
"Begitu kah?"
"Iya."
"Oh, Sepertinya Kelas kita ada di sana. Ayo cepat, Rezon."
"Sejak kapan kau menjadi terburu-buru?"
Jalan Nathan menjadi lebih dipercepat dengan disusul oleh Rezon yang menyeimbanginya.
"(Kelas ya, Kosakata yang sering sekali terdengar dan hal wajib di suatu sekolah, Dimana ini adalah tempat para murid-murid belajar yang dibimbing oleh guru sekaligus wali kelasnya.)"
Di suatu kelas, Murid-murid cowok dan cewek itu mengobrol sekaligus membuat ikatan baru yaitu pertemanan. "Senang berkenalan denganmu." ucap salah satu murid cewek pada murid cewek lainnya.
Ada yang membaca buku, ada yang diam sambil menikmati suasana dan lain sebagainya.
Nathan juga bagian dari suasana ini, Ia duduk di kursi yang dekat dengan jendela di belakang, tapi masih ada satu kursi lagi yang menjadi seperti penghalangnya untuk melihat ke jendela, Dengan Rezon yang duduk di kursi depan Nathan.
Nathan menguap, Melihat itu Rezon mengkomentarinya.
"Biar ku tebak, kau tidak tidur kemalaman lagi Kan, Nathan?"
"Aku emang tidur kemalaman."
"Kau ini! Disuruh tidur malah main sama Pacar Vtuber mu itu."
"Apaan, Gua gak pacaran sama Nakiri-san, Omong-omong, kenapa lu bisa tahu gua main sama Nakiri-san?"
"Aku hanya mendengar suaramu yang sedikit ricuh di kamarmu."
"Begitu ya."
Pintu tergeser secara pelan, Seorang gadis cantik berambut merah masuk kedalam kelas lalu menutup kembali pintu kelas. Ia pun berjalan menuju tempat duduknya.
"Itu bukannya Samasaki Sarasa? Wah sungguh keberuntungan dia bisa sekelas ama kita!"
"Lihatlah rambut merah yang indah itu, terlihat menawan sekali ya."
Murid-murid laki-laki dan perempuan melihat keindahan dan kecantikan dari Samasaki Sarasa. Ia hanya berjalan dengan senyuman yang manis.
(Dia kan...)
Nathan sedikit terkejut melihat Samasaki Sarasa adalah gadis yang menegurnya dengan halus di mobil bus saat bersama Rezon.
(Gadis berambut merah yang membaca buku di bus.)
Tapi Nathan segera menghilangkan rasa terkejutnya karena ia tidak peduli dengan persoalan ini, Saat Nathan ingin menutup matanya tapi tidak jadi karena...
Pintu dengan keras tergeser, Membuat semua murid terkejut bukan main. "Yo Halo semuanya!!!" sapaannya yang begitu besar dan ceria, Ialah guru di kelas ini. Berambut Ungu, berkacamata bundar, memakai pakaian jas pink pudar dan memakai rok yang panjang sampai kaki ala-ala seorang maid lengkap dengan bando kucing di kepalanya.
"Halo semuanya, Namaku Miyamura Sana! Aku yang akan menjadi wali kelas kalian selama tiga tahun kedepan!"
Murid-murid hanya bisa membeku di tempat dan menganga melihat gurunya. Nathan dan Rezon juga mengalami hal yang, Membeku di tempat dan menganga.
(Ini serius nih, Huh?)
Nathan hanya berbicara di batinnya.
"Baik, Saya pengen kalian memperkenalkan diri dulu, Dan Jelaskan apa hobi kalian."
Satu persatu siswa di kelas memperkenalkan diri mereka masing-masing, sebelum gilirannya, Nathan hanya menyimak mereka memperkenalkan diri ke semua siswa di kelas.
"Namaku Samasaki Sarasa,Hobiku adalah belajar, Senang berkenalan dengan kalian~"
Senyuman manis Sarasa membuat semua mata laki-laki tertuju padanya (Kecuali Nathankato).
"Namaku Shirokawa Mai, Hobiku itu simpel sih Yaitu Membaca buku, Salam kenal!"
Gadis berambut putih yang cukup cantik di kelas, Tubuhnya yang lumayan pendek itu memberikan kesan imut di kelas, Seseorang yang ceria dan penuh energik.
Tapi bukannya biasanya gadis ceria seperti ini itu selalu memiliki masa kelam di kehidupan terdahulunya? Nathankato hanya berpendapat seperti karena ia memang sudah pernah melihat ini di film-film dan anime.
Salah satu Laki-laki pun maju dan memperkenalkan dirinya.
"Oke, kenalin namaku Masayoshi Hanaya. Dan Hobiku bermain game, Salam kenal."
"Ya, salam kenal, Masayoshi."
(Tidur dulu kali ya, Ngantuk juga nih.)
Nathan pun tidur di mejanya dengan tangannya sebagai bantal.
Setelah semua dari mereka memperkenalkan dirinya, Rezon maju untuk memperkenalkan diri.
"Hai, Perkenalkan Aku Adalah Tsurugi Rezon, serta Hobiku itu sepak bola, Salam kenal ya."
"Ya, Salam kenal."
"Selanjutnya kamu yang dekat dengan Rezon."
Rezon ke sebelah kirinya lalu "He— Hei, Nathan? Ayo bangun~", memangilnya dengan tenang, Nathan pun membuka matanya, Menyadari bahwa semua siswa melihat kearahnya.
Sadar akan menarik perhatian terlalu lama, Nathan segera berdiri dari kursinya, Memperkenalkan namanya.
"Namaku Isurugi Nathankato, Eeeh... Aku tidak memiliki bakat apapun maupun, jadi tidak perlu kujelaskan apa Hobiku, walau begitu Senang bertemu kalian."
Nathan ingin Duduk kembali tapi ibu Miyamura Sana berbicara padanya.
"Oh kamu si Nomer satu di ujian tes masuk itu ya, Yang mengalahkan Kaminaga Orion kan! Para guru di ruangan guru membicarakan kamu loh~"
Nathan pun Duduk kembali di kursinya.
"Baiklah, Pertama-pertama, Bagikan kertas penjelasan peraturan sekolah ini, dari depan ke belakang."
(Hai, Kertas peraturan, Kita bertemu lagi di kelas ya.)
Nathankato mendapatkan kertas peraturan sekolah untuk kedua kalinya yang membuat ia sedikit kesal.
"Jika sudah maka sekarang ibu akan menjelaskan peraturan di sekolah ini~, Pertama kalian sudah memiliki kamar Asrama sendiri kan? Hak kalian untuk berhubungan dengan dunia luar dibatasi, tapi tenang saja, semua fasilitas sudah disiapkan sekolah untuk para murid."
Semua fasilitas sudah disiapkan pihak sekolah untuk keperluan para siswa, Seperti Toko-toko, Restoran, Tempat karaoke yang sering sekali dipakai siswa untuk bersenang-senang, Mall juga ada.
"Intinya semua fasilitas sudah lengkap di Diver Series Academy, Tentu saja itu disiapkan oleh pemerintah setiap kerajaan~ dan Kalian bisa membeli sesuatu menggunakan uang digital, tanpa adanya tunai disini ya, Besar uangnya tergantung saat pertama kali kalian mendaftar kesini berapa, Tapi jangan khawatir, karena setiap awal bulan, kalian akan diberikan uang sebanyak 100.000 PPT."
"Apa?"
"Serius nih?"
"Bukankah ini terlalu banyak untuk siswa?"tanya Samasaki Sarasa.
Semua siswa terkejut, mau itu siswa laki-laki dan perempuan.
"Kalian berhak mendapatkan uang itu karena usaha kalian untuk masuk ke sekolah ini~"
Di dalam gereja tua yang gelap, pilar-pilar tinggi menjulang, dihiasi oleh ukiran-ukiran kuno yang seolah menceritakan kisah kehancuran. Cahaya lilin yang redup berkelap-kelip, memancarkan bayangan menyeramkan di sepanjang lorong. Dari kegelapan, langkah kaki bergema, mengiringi kemunculan seorang pria berwibawa—Kanuzaki Shinjiro, Pemimpin Kultus Azi Dahaka. Mantelnya yang panjang berayun pelan, setiap langkahnya penuh keangkuhan. Di sisinya, Shinosuke Rin, sang Wakil Pemimpin, berjalan dengan senyum dingin yang menyeringai, matanya memantulkan kilatan licik.
Mereka memasuki ruang utama gereja, tempat altar besar berdiri dikelilingi oleh simbol-simbol Revolt. Atmosfer terasa berat, seolah setiap sudut ruangan menyimpan rahasia kelam. Di kursi, Orion duduk sambil bersandar pada pembatas di kursinya bagian belakangnya.
"Woi Lama sekali kalian berdua."
Orion memutar Bola matanya, melihat ke kiri. Lalu berdiri dari tempat duduknya.
"Heh, Mentang-mentang kau sudah membangkitkan Divermu, Kau langsung menjadi angkuh, Orion."
Mata Orion menyipit sedangkan Rin yang masih menyeringai licik.
"Sudah, Hentikan omong kosong kalian. Rin, kau sudah siapkan orang yang akan menjadi perwujudan dari Revolt."
"Sudah tentu."
"Bawa dia kesini, mari kita lakukan uji cobanya."
"Baik, Kanuzaki."
Rin dengan senyuman yang menyeringai, keluar dari ruang utama.
"Kanuzaki, Aku ingin bertanya padamu."
"Bertanya apa?"
"Kenapa kau membawaku kesini kembali? Bukannya akan lebih mudah jika aku masih berada disana sebagai mata-mata?"
"Satu mata-mata saja sudah cukup, asalkan dia tidak diketahui, maka kita sukses menyusup."
"Itulah yang menyebabkan rencana bisa gagal, kau terlalu bergantung pada satu orang, tanpa bisa melihat potensi orang lain."
"Ini adalah jalan pikiranku, jika waktunya memang sudah tiba, aku tidak akan segan-segan mengorbankan semua anggota sekte sebagai rencana. Demi membangkitkan Azi dahaka, akan kulakukan apapun."
Suara pintu berdecit, Kanuzaki dan Orion menoleh kearah pintu, Rin berjalan mendekati mereka berdua sambil ditemani oleh seorang laki-laki berkacamata, memakai seragam Diver Series Academy.
Mereka berhenti beberapa langkah darinya.
"Aku sudah membawanya, kanuzaki."
"Apa alasanmu untuk menjadi seorang Revolt?"
"Aku sudah berjuang keras untuk masuk ke akademi, Semua tantangan sudah ku lewati, tapi semua itu gagal hanya dengan satu tes, Dan entah kenapa, perasaan marah muncul didalam diriku secara tiba-tiba."
"Alasan yang simpel, baiklah, mari kita mulai uji cobanya. ...Bangkit diatas kekosongan."
Aura kegelapan menyelimuti tubuh Kanuzaki, partikel-partikel kecil yang tak terhitung jumlahnya berterbangan.
Orion dan Rin menjauh beberapa langkah dari mereka.
"Bangunlah Oblivion."
Lalu membuat sebuah tubuh dari Makhluk Alias Revolt: Oblivion. Revolt Humanoid yang memiliki corak-corak ungu dan partikel-partikel kecil gelap yang menyelimutinya.
"Oblivion, Transformation."
Dibawah kaki laki-laki itu muncul lingkaran sihir berwarna ungu yang terkesan cukup indah untuk dilihat, beserta lingkaran sihir berwarna ungu itu juga muncul diatasnya.
Dari lingkaran sihir itu menembakan sinar ungu yang menutupi seluruh tubuh laki-laki itu. "Huh? Gngh.. AAAAAAAH!" teriaknya, ditutupi Listrik-listrik ungu yang keluar dari lingkaran sihir.
Setelah menyebabkan angin yang lumayan, Tubuh laki-laki itu sudah berubah menjadi Revolt, monster humanoid yang ditubuhnya dikelilingi oleh magma dan lava.
"Lava Revolt."
Di akademi, lebih tepatnya di minimarket, Nathankato menaruh handphonenya disebuah alat yang bisa bayar otomatis.
"Benar-benar bisa menggunakan poin ya."
⟨ 10.000 ppt ⟩ ——> ⟨ 9.720 ⟩
Nathankato sudah menggunakan poin sepuluh ribunya sebesar 280 poin untuk membeli beberapa kebutuhan pribadi.
"Poinku hanya 10.000, mungkin yang lain sekitaran dua sampai lima puluh ribu poin, tergantung siswanya juga sih. Mereka membayar berapa dulu saat mendaftar ke akademi."
Pandangan Nathankato tiba-tiba tertuju pada Samasaki Sarasa yang ternyata sedang berbelanja juga.
"Wah kebetulan ya, kita bisa ketemu lagi."
"Yah begitulah kehidupan, kejadian tak terduga bisa terjadi kapan saja. Omong-omong kenapa kamu membeli yang murah? Ini kan ada yang mahal—"
Perkataannya tiba-tiba dipotong oleh Sarasa.
"Aku tidak perlu yang mahal kok, yang murah aja udah cukup hehe."
Tapi mata mereka langsung tertuju pada keranjang bertuliskan gratis.
"Gratis? Bukannya semua siswa sudah memiliki poin untuk belanja?"
"Mungkin itu untuk murid yang kehabisan poin.."
"Padahal sudah punya poin... Pembajakan sekali—...!?"
Mereka seketika terkejut dengan adanya suara ricuh di luar minimarket.