Chereads / Akhir Seri: Akademi Seri Penyelam / Chapter 14 - Chapter 3 —Delacizer Revolt, lawan yang sulit untuk dihadapi

Chapter 14 - Chapter 3 —Delacizer Revolt, lawan yang sulit untuk dihadapi

Rezon kemudian menepi dan menghampiri Samasaki untuk memintanya beristirahat dan melihat kemampuan Nathan dalam bertarung.

"Samasaki—san, lebih kita menepi dulu sambil melihat kondisi sekitar."

Samasaki menyangkal hal tersebut dan ingin membantu Nathan untuk melawan Delacizer Revolt.

"Tidak! Aku akan membantu Nathan melawan Revolt itu...!"

"Kondisimu masih belum bagus untuk itu! Lebih baik kita bersembunyi sambil melihat jalannya pertarungan. Dengan memikirkan strategi berikutnya, maka kemungkinan kita memenangkan pertarungan bisa jauh lebih besar. Kau juga sudah kehilangan satu Anima mu kan? Dan sekarang kau tidak punya Anima lagi."

Samasaki terkejut dengan Rezon yang mengetahui bahwa Samasaki tidak memiliki Anima lagi.

Dengan berat hati, Samasaki mengiyakan hal yang diucapkan oleh Rezon. Melihat Nathan yang akan bertarung melawan Delacizer Revolt.

Nathankato mengarahkan Gunsword-nya ke Delacizer Revolt dan menekan pelatuk. Beberapa tembakan energi melesat dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak cahaya yang menerangi kegelapan di sekitar mereka. Namun, dalam sekejap, Delacizer Revolt mengangkat pistol plasma energinya dan menembakkan rentetan peluru bercahaya.

CLANG! CLANG! CLANG!

Semua tembakan Nathan terpental di udara, dihancurkan satu per satu oleh peluru musuh yang berpendar seperti bara api. Percikan energi meledak di antara mereka, menerangi arena pertarungan dengan kilatan cahaya biru dan merah.

Nathan terpaku. Alisnya terangkat, mulutnya sedikit terbuka karena terkejut.

"Apa...?"

Sorot matanya menangkap bayangan Delacizer Revolt yang berdiri tegap di tengah kepulan asap, ujung moncong pistolnya masih berpendar panas. Perlahan, sang Revolt memiringkan kepalanya sedikit, seakan mengejek.

Rezon dan Samasaki juga terkejut akan hal itu

Rezon bertanya pada dirinya sendiri, berharap Samasaki juga mendengar.

"Dia bisa menghancurkan semua tembakan Gunsword Nathan...?"

Delacizer Revolt mengarahkan pistolnya ke Nathan dan menekan pelatuknya, beberapa tembakan mengarah pada Nathan dengan kecepatan yang menyamai penglihatan mata. Meski begitu, Dengan melakukan beberapa gerakan ia bisa menghindari tembakan itu.

Bahkan satu tembakan itu bisa dipantulkan oleh Gunsword Nathankato. Tetapi, Delacizer Revolt menekan pelatuknya sekali lagi, menembak kearah Nathan dengan kecepatan luar biasa. Membuatnya tidak sadar, dan alhasil tembakan itu mengenai dada Nathan.

Seketika, rasa sakit menusuk dada Nathankato. Tubuhnya tersentak ke belakang, dan dalam hitungan detik, darah mengalir dari luka yang baru saja diterimanya. Tangannya refleks mencengkeram dada, jari-jarinya berlumuran cairan merah yang hangat.

"Ack...!"

Napasnya memburu, pandangannya sedikit kabur. Di belakangnya, percikan energi dari serangan lawan masih berpendar di udara, menghilang seperti bara yang tertiup angin. Lututnya sedikit melemas, namun ia segera menggertakkan gigi dan kembali berdiri tegak.

Sementara itu, Delacizer Revolt berdiri di kejauhan, mengangkat senjatanya dengan percaya diri. Seakan menyiratkan bahwa ini baru permulaan.

Nathan berbicara didalam batinnya akan rasa sakit di dadanya.

(Sial... Satu tembakan saja yang menembus dada... Itu menyakitkan.. tapi, gua gak bisa berdiam diri saja.)

Kemudian, tubuhnya melesat maju dengan kecepatan luar biasa, mengayunkan Gunsword-nya untuk menyerang.

"Haaa..!"

Musuhnya, Delacizer Revolt mengubah pistol plasma energinya menjadi pentungan.

CLANG!

Delacizer Revolt menangkis dan menahan ayunan Gunsword Nathan membuat percikan api di udara akibat gesekannya.

Menggerakkan tangannya ke kanan, Revolt itu membuat Nathan mundur beberapa langkah darinya serta menghentikan tangkisannya antara keduanya.

"Kuat sekali... Tapi..."

Nathan menekan pelatuknya lumayan lama, kemudian Gunswordnya bersinar terang warna hijau dan mengayunkan Gunswordnya—sebagai reaksi murni, Delacizer Revolt menangkisnya dengan pentungan, membuat percikan api diantara senjata mereka.

"....!"

Dengan kekuatan penuh, ayunan Gunsword Nathan membuat tangkisan Delacizer Revolt tidak berarti apa-apa, membuat tangan kanan Revolt tersebut hancur seketika.

Tidak hanya itu, bahkan ayunannya membuat sayatan pada dada Delacizer Revolt.

Gunswordnya masih bersinar, meredup seperti serangan yang baru beres di lancarkan itu sudah selesai.

Meski pertahanannya sudah hancur, tapi Revolt itu masih berdiri. Seakan masih belum ada pemenang diantara mereka.

Delacizer Revolt mengarahkan lengannya, membuat Nathan siaga akan hal yang menanti. Cahaya biru muncul di telapak tangan Revolt itu, seketika Nathan, Rezon dan Samasaki terkejut.

Mengangkat alisnya, dengan mulut yang sedikit terbuka.

"..?!"

Nathan menurunkan alisnya, menutup mulutnya menyadari akan suatu hal. Dengan refleks Nathankato memanggil Miracle.

"Miracle!"

Partikel-partikel biru indah yang berterbangan di udara, membuat tubuh makhluk alias Diver milik Nathan: Miracle.

Miracle mengenakan mantel panjang berwarna hitam dan biru keperakan dengan motif bercahaya menyerupai simbol kuno.

Sarung tangan dan sepatu berbahan metalik yang memancarkan cahaya tipis saat bergerak.

Miracle mirip sekali dengan Nathankato, seperti memiliki tanduk biru yang sama dengannya, mata bersinar dengan warna biru keperakan.

Nathan menyuruh untuk menggunakan salah satu sihir Elemagica yaitu: Blizzard.

"Miracle: Blizzard!"

Miracle mengangkat tangannya, mengeluarkan sebuah cahaya biru di telapak tangannya. Kemudian melepaskan gelombang es yang dingin ke kedepan dan sekitar.

Delacizer Revolt juga melepaskan cahaya biru yang dimana itu adalah Elemagica Blizzard yang sama.

Kedua sihir itu saling bertabrakan di udara, menciptakan pertarungan sengit antara dua sihir yang sama, lalu menciptakan angin es yang dingin ke sekitar ratusan meter dari mereka yang membekukan area sekitar.

Tubuh Delacizer Revolt menjadi beku sepenuhnya hingga tak bisa bergerak, Nathan tidak terlihat di pandangan Revolt tersebut.

Nathankato, ternyata sudah bersembunyi bersama Rezon dan Samasaki. Tangan kirinya membeku akibat telat untuk menghindar dari angin es.

"Blizzard tidak terus bertahan lama, sebentar lagi Revolt itu akan bangkit kembali."

Kemudian, Nathan bertanya kepada Rezon dan Samasaki.

"Bagaimana? Apakah kalian memiliki ide?"

Rezon menaruh tangannya di bibir, berpikir sebentar, lalu bertanya perihal Anima pada nathan.

"Nathan, apakah kau memiliki Anima?"

"Eh, Tidak. Aku tidak membawa satu Anima pun, karena kupikir tidak akan ada yang terjadi hari ini."

Rezon menatap Nathan dengan ekspresi pasrah, lalu menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.

"Haaa... Dasar dungu, seharusnya kau itu siap siaga akan hal yang akan terjadi."

Sementara itu, Nathan hanya bisa nyengir canggung, menggaruk kepalanya sambil meminta maaf pada Rezon.

"Ya maaf. Namanya juga masa depan, gak ada yang tahu kan?"

Rezon menarik nafasnya.

"Haa...."

Nathan menoleh ke arah Rezon dengan alis terangkat.

"Tunggu... Lu punya Anima nggak sih?"tanyanya, nada suaranya setengah curiga, setengah berharap.

Rezon meliriknya sebentar, lalu menyeringai.

"Gua bawa dua, Kenapa? Iri?"

"Gua boleh pinjam satu gak?" tanyanya dengan spontan, dengan berharap.

Dengan pertanyaan spontan seperti itu, membuat Rezon seketika kebingungan.

"Hah?"

"Nanti gua balikin. Dan satu lagi buat Samasaki. Tenang saja, pasti gua balikin, Kalau gak pecah."

Rezon menaruh tangannya di bibir, berpikir sebentar, dengan tatapan yang merasa ragu.

"Hm.. baiklah. Tapi emangnya lu punya rencana?"

Nathan tersenyum percaya diri.

"Sudah jelas, karena itulah aku meminjam Anima mu."

"Baiklah, aku mempercayaimu."

Es yang membekukan tubuh Delacizer Revolt akhirnya retak dan hancur, tetapi menyisakan tangan kanannya saja yang membeku. Kemudian, ia mengambil pistolnya dan menembakkan plasma ke es di tangan kanannya hingga membentuk sebuah pedang yang cukup besar yang menempel di tangannya.

Dari pandangannya Nathan dan Samasaki sudah berdiri di hadapannya sambil memegang senjata mereka masing-masing yaitu Gunswordnya Nathan dan pedang api Samasaki.

Nathan menyatukan kedua Gunswordnya, dan membuat Gunswordnya masuk ke mode <⟨Twin Lance Sword⟩>.

"Ayo, Samasaki!"

"Ya!"

Nathankato kemudian berlari ke arah Delacizer Revolt sementara Samasaki berlari ke arah kirinya agar bisa mencapai bagian belakang dari Revolt tersebut.

Delacizer Revolt mengangkat pistol plasma energinya dan menembakkan serangkaian peluru cahaya.

DOR! DOR! DOR!

Nathan merespons dengan refleks luar biasa. Dengan Twin Lance Sword di tangannya, ia memutar tubuhnya, menangkis setiap tembakan dengan presisi tinggi. Percikan energi beterbangan di udara saat bilah senjatanya membelah setiap proyektil yang mendekat. Ia kemudian menekan tombol pada gagang senjatanya, membuat bilah energi Twin Lance Sword berpendar lebih terang sebelum berakselerasi ke depan.

"HAAAAA!!"

Nathan melesat seperti kilat, meninggalkan jejak cahaya biru di udara. Ia mengayunkan Twin Lance Sword dengan gerakan berputar, menciptakan gelombang energi yang menghantam Delacizer Revolt, Musuhnya terpental ke belakang.

Samasaki sudah beberapa jarak di bekalang dari Delacizer Revolt.

"Seharusnya kau tidak melupakanku kan? Faith!"

Partikel-partikel merah indah yang berterbangan di udara, membuat tubuh makhluk alias Diver milik Nathan: Faith.

Faith, Armor ksatria modern berwarna putih perak dengan aksen emas dan merah, terlihat seperti gabungan antara teknologi Diver dan gaya fantasy.

Mantel panjang berwarna biru tua dengan lambang seperti sayap burung phoenix di bagian belakang.

Bagian bahu dan lengan dilapisi pelindung berbentuk ukiran kuno yang tampak memancarkan cahaya ketika Faith menggunakan kekuatannya.

Samasaki kemudian menyerukan nama Faith dengan dibarengi dengan kata: Fire.

"Faith: Fire!"

Faith mengangkat kedua tangannya, sejajar dengan dada, memberikan cahaya merah ke pedang api Samasaki.

Samasaki mengangkat pedangnya keatas, menciptakan sebuah bola api yang menyala terang di atasnya, lalu mengayunkan pedangnya untuk menggerakkan bola api agar menyerang Revolt itu.

"HAAAA!!"

Bola api itu melesat kearah Delacizer Revolt dari atas, Dengan reaksi murni, ia mendorong keras Nathan hingga mundur beberapa langkah.

Dengan cepat, ia menebas bola api itu dengan pedang esnya hingga meledak, meninggalkan asap-asap kecil disekitar.

Nathan tersenyum percaya diri, dan menyebut bahwa Delacizer kurang dalam menyadari.

"Nampaknya kau kurang dalam menyadari sesuatu yang akan menyerang dari belakangmu!"

Dengan combo ala-ala game fighting, Nathan menyerang bagian punggung Revolt tersebut dengan Twin lance swordnya—Ia terus melayangkan serangannya hingga membuat Delacizer tidak bisa berkutik untuk melawan.

Nathan mengayunkan Twin lance swordnya hingga membuat cahaya biru di udara dengan tebasan secara melengkung, membuat Delacizer Revolt terpental.

Mendapatkan kesempatan, Samasaki melaksanakan tebasan secara spontan pada tubuh musuhnya, membuat percikan api di udara.

Revolt itu tersungkur di lantai. Membuat Nathankato dan Samasaki yakin sudah berhasil.

"Sepertinya berhasil ya."

Tetapi, Delacizer itu masih bisa untuk berdiri dan berdiri tegak meski sudah menerima banyak serangan. Itu membuat Nathan dan Samasaki seketika terkejut, dengan ekspresi kecewa.

"Masih belum ya...."