Chereads / Akhir Seri: Akademi Seri Penyelam / Chapter 20 - Epilogue —'Dia' yang sedang merencanakan sesuatu

Chapter 20 - Epilogue —'Dia' yang sedang merencanakan sesuatu

Dengan sigap, Dandera Revolt memasang kedua cakarnya didepan untuk menangkis serangan Gunswordnya.

Kemudian, kedua senjata itu saling bergesekan menciptakan percikan api di udara. Nathan memajukan Gunswordnya, hingga membuat tangkisan Dandera tidak berarti apa-apa. Kedua cakarnya hancur di depannya.

Tidak hanya itu, bahkan sampai membuat sayatan di dada Dandera dan akhirnya ia terjatuh ke permukaan dengan cukup kencang, membuat asap-asap di sekeliling.

Nathan mendarat di permukaan dengan aman, kedua tumpuan kakinya menjalankan tugasnya dengan benar. Dan kedua efek yaitu Amplifier dan Protect yang ia dapatkan karena Supmagica oleh Salvation tadi menghilang.

Kurashina menyebut marga Nathan, dengan mendekatinya.

"Isurugi. Apakah kita berhasil?"

Nathan menurunkan alisnya dan menjawab dengan singkat.

"Tidak."

Satu kata saja memang sudah menggambarkan keadaan Dandera Revolt. Asap-asap tebal disekitar mulai menghilang, meski dalam tahap itu, Revolt itu malah terbang keluar dari asap menuju ke langit.

Dan sepertinya berusaha untuk melarikan diri.

"Tidak akan kubiarkan!"

Seakan tidak akan membiarkan itu terjadi, Nathan menekan pelatuknya lumayan lama, kemudian Gunswordnya bersinar terang warna biru, lalu ia mengayunkan Gunswordnya sebanyak dua kali kearah Revolt yang sedang terbang itu.

Menciptakan sebuah sayatan berbasis energi secara melengkung yang mengarah ke dua sayap kanan dan kiri milik Dandera. Sehingga memotong sayap dari Dandera.

Revolt itu pun jatuh secara pelan di udara ke permukaan.

Melihat itu, Nathan dan Kurashina memiliki banyak sekali kesempatan untuk menyerang.

"Kurashina."

"Baik." kata Kurashina. Dengan mengangguk.

Nathan, memberikan Gunsword ke lengan kirinya, lalu mengangkat tangan kanannya untuk sejajar dengan dada di sisi.

"Miracle: Squash!"

— Squash —

Partikel-partikel biru indah yang berterbangan di udara, membuat tubuh makhluk alias Diver milik Nathan: Miracle, dengan cepat.

Miracle mengangkat tangannya, kemudian lingkaran sihir berwarna biru muncul di atas dan di bawah Dandera Revolt. Revolt itu melayang di udara seakan tidak ada gravitasi.

Tidak beres sampai di situ, Kurashina menyerukan nama Salvation untuk menggunakan Amplifier sekali lagi.

"Salvation: Amplifier!"

Salvation muncul di belakang Kurashina lalu ia mengangkat tongkatnya kedepan, menggunakan Supmagica Amplifier.

Lingkaran sihir berwarna biru itu menjadi lebih besar dari aslinya, menjadi sekitaran delapan meteran, kemudian lingkaran sihir itu mengeluarkan banyak sekali sinar energi yang terpancar hingga menembus tubuh Dandera Revolt.

"Garrrgh...!!!"

Dandera Revolt pun meledak di udara, menciptakan asap tebal di udara akibat ledakannya dengan partikel-partikel yang menyertai.

Dari ledakan itu, terlempar seorang pria berpakaian seperti seorang polisi dari asap tersebut, dan akhirnya mendarat ke permukaan.

Setelah itu, partikel-partikel biru muncul di bawah kaki mereka.

"....?"

Nathan, Nafasnya mulai melega lalu terjatuh dan duduk di lantai.

"Huh.. Beres ya."

Partikel-partikel biru itu semakin banyak, dan menutupi seluruh badan mereka. Kurashina menutup matanya dengan kedua tangannya di wajah.

Beberapa detik kemudian, Kurashina membuka matanya kembali dan menyadari bahwa mereka sudah berada di gang kecil, tempat pertama kali ia di teleportasi ke Sanctuary Place.

"Ini... Aku kembali?"

Tetapi tidak hanya dia, Nathan dan pria polisi juga sudah di teleportasi ke gang kecil, di tempat yang sama.

Kurashina menyadari bahwa langit sudah gelap, lampu-lampu jalan sudah nyala di sisi jalan dan dengan bulan yang bersinar terang di langit malam.

Nathan kemudian bangun dari duduknya, lalu menoleh ke arah Kurashina.

"Kita lebih baik pergi dari sini."

"Eh apa? Bagaimana dengan pria ini?"

"Karena itulah kita harus meninggalkannya, gua gak mau buat masalah hanya karena melindungi gadis dari seorang pria tidak dikenal."

"Tapi..."

Ditengah keraguan itu, Nathan menghela nafasnya.

"Ha... Ayo."

"Tu—tunggu!"

Nathan berlari meninggalkan Kurashina, lalu disusul oleh Kurashina dari bekalang yang berlari mengejar. Setelah berlari dengan cukup jauh, Mereka akhirnya sampai di tempat yang cukup jauh dari gang kecil tadi.

Mereka berhenti di depan sebuah restoran. Mereka mengatur napas mereka, mata setengah tertutup, tangan di lutut, dan keringat menetes di pelipis.

"Hah..."

Nathan dan Kurashina kelelahan akibat terlalu banyak mengeluarkan stamina terlalu banyak saat berlari barusan.

Pelan-pelan, Nathan mulai mengatur napas untuk berbicara, ia mengangkat tangannya dari lutut.

"Baiklah, setidaknya kita sudah jauh dari gang kecil itu..."

"Tapi Isurugi... Bukannya akan berbahaya jika membiarkannya tergeletak begitu saja?"

"Tenang saja... Aku akan menelpon ambulan untuk membawanya kerumah sakit."

"Oh.. baiklah kalau begitu."

Nathan melihat-lihat di sekeliling mereka, mengamati, dan akhirnya memberi kesimpulan.

"Kalau gitu... Kita kayaknya harus pulang deh. Udah malam juga sih ini."

"Baiklah."

∆∆∆

Setelah berpisah dengan Kurashina untuk kembali ke kamar asrama masing-masing, Nathan berdiri di depan pintu kamar asramanya.

Nathan memegang gagang pintu kamar asramanya. Ia melangkah masuk, lalu menutup kembali pintunya untuk kembali ke posisi awal dimana kamarnya itu tertutup, melangkah ke dekat kasurnya lalu duduk.

Smartphonenya berdering seketika, Nathan mengangkat telepon, yang ternyata Tachibana menelponnya.

"Ada apa?"

Nathan mendengarkan ocehan yang terdengar seperti penting dari Tachibana. Ia terus mendengarkan, sampai akhirnya sedikit terkejut dengan sesuatu yang ia katakan.

"...Apa? Masuk ke Divisi Lucis? Kau serius?"

TOK TOK

Pintu kamar Nathan diketuk dari luar, membuat Nathan seketika bangkit dari duduknya lalu membukakan pintu.

Ternyata Rezon yang berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah kantung yang terlihat seperti kantung untuk belanjaan yang biasa dipakai ke mall untuk belanja.

"Yo Nathan."

"Rezon? Ada apa?"

"Gua diperintah oleh Tachibana Hayase untuk membawakan ini padamu."

Dengan santai, Rezon menyerahkan kantung itu pada Nathan, dan Nathan menerimanya dengan rasa penasaran. Ia melihat-lihat kantung itu, lalu matanya kembali untuk melihat Rezon.

Rezon menutup matanya, lalu membuka kembali matanya ketika ditengah jalan perkataan.

"Gua gak tahu apa isinya sih. Cuman ya, gua punya perasaan bahwa gua seharusnya tahu."

"Oh begitu ya."

"Kalau gitu, gua balik ke kamar dulu ya."

"Ya."

Rezon ingin masuk ke kamarnya, lalu Nathan pun berterimakasih kepada Rezon karena mau mengantar sesuatu yang mungkin sudah Nathan ketahui.

"Terimakasih ya, rezon."

"Ya."

Rezon pun masuk kembali kedalam kamarnya dan menutup pintunya.

Nathan melangkah masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu dengan pelan di belakangnya. Suasana kamar terasa tenang, diterangi lampu meja yang terang. Di pojok ruangan tampak tempat tidurnya yang rapi, sementara di atas meja tergeletak sebuah laptop yang masih menyala. Ia berjalan santai menuju kursi di dekat meja sambil melihat ke kantung itu, lalu menjatuhkan diri ke kursi itu, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar.

Nathan menghela nafasnya, mencoba menduga apa yang ada di dalam kantung itu.

"Apa yang ada di kantung ini? Sebuah EndPlaystation! Bukan, gua terlalu berharap. Laptop baru! Tidak, satu laptop saja sudah cukup. Ah sudahlah, buka langsung ajalah."

Kemudian, Nathan membuka kantung itu dan mengeluarkan isi dari dalamnya. Ternyata sebuah kemeja hitam dengan logo dari Divisi Lucis yang bergambar seperti logo logo mekanik yang memiliki warna putih dan pucat dengan sedikit warna biru di beberapa bagian yang terpampang di saku kecil pada bagian kiri depan.

"Serius nih....?"