Chereads / Akhir Seri: Akademi Seri Penyelam / Chapter 16 - Chapter 5 —Latihan yang cukup menyusahkan

Chapter 16 - Chapter 5 —Latihan yang cukup menyusahkan

Seorang laki-laki berambut abu-abu, bermata biru yang sebiru lautan, mengenakan pakaian seragam khas Akademi.

Dia memperkenalkan namanya, namanya adalah Haimura Edward.

"Baik, Perkenalkan namaku adalah Haimura Edward, aku berasal dari kerajaan Galar ini, dan dari kelas 2—1 Baiklah, Kalau begitu akan kujelaskan terlebih dahulu sistematis battle yang ada di Training Battle Sports.

"Pertama, Pertarungan akan dilakukan satu lawan satu, tidak boleh adanya bantuan dari luar pertarungan. Kedua. Kalian lihat layar besar atas tribun itu."

Haimura melirik ke sebuah monitor atau layar besar di atas tribun tempat duduk penonton, Sambil menunjuk dengan tangannya. Bersamaan dengan itu, semua orang menoleh ke monitor atau layar besar tersebut.

Menunjukkan sifat kepemimpinan dari seorang Haimura dalam mengajar pemula, meski dia masihlah seorang pelajar.

Di layar monitor besar itu menunjukkan sebuah garis besar berwarna hijau cerah, dengan bar biru muda di bawahnya — itu disebut dengan Health Point.

"Itu adalah monitor yang akan menunjukkan Health Point atau 'HP' kalian saat bertarung, semakin banyak kalian kena serangan lawan, maka semakin mengurang juga 'HP'. Jadi bisa dikatakan seperti sedang bermain game VR."

Seseorang kemudian bertanya pada Haimura dengan mengacungkan tangannya keatas.

"Eh, aku memiliki pertanyaan. Jika kita menyerang fisik bukannya bisa saja akan memecahkan Anima jika terlalu banyak luka?"

"Pertanyaan bagus, sistematis yang ketiga, orang yang bertarung di arena akan memakai sebuah alat khusus berupa sabuk. Jika diaktifkan, maka sebuah partikel-partikel akan mengelilingi seluruh tubuh dan menghubungkannya dengan Health Point diatas. Baiklah, yang keempat, adanya juga sistem Ronde pertarungan. Ronde pertarungan dapat diatur sesuai keinginan orang yang menantang, dan disepakati oleh lawan. Jika lawan tidak menyepakati maka gurulah yang akan mengatur ronde pertarungan. Yah... Sepertinya sudah cukup basa basinya ya. Mari kita mulai pertarungan pertamanya. Sebagai pertarungan pertama, aku akan menjadi musuhnya. Dan juga, disini aku akan memilih salah satu dari kalian untuk maju dan melawanku. Bersiaplah, karena aku akan memilih secara acak..."

Ia kemudian menunjuk dengan jari telunjuk ke murid yang tak disangka-sangka — Yaitu Nathankato.

"....Kau."

"Huh? Aku?" kata Nathankato. Dengan jari telunjuknya yang mengarah ke wajahnya.

"Ya."

"....."

———

Semua murid termasuk Bu Miyamura yang tidak mengikuti pertarungan berada di tempat duduk penonton untuk menyaksikan pertandingan Isurugi Nathankato melawan Haimura Edward. Rezon, Samasaki dan yang lainnya juga menunggu momen pertarungan epic diantara keduanya.

Nathan, serta Haimura, berdiri ditengah lapangan dengan saling berhadap-hadapan.

"Baiklah, ku ajarkan dulu cara kerja alat khusus ini. Simpel saja, kau tekan tombol biru di tengah alat ini."

"Simpel banget kalau gitu mah."

Haimura, melakukan beberapa gerakan, gerakan yang dimana tangan kiri Haimura berada di samping kiri sabuk, tangan kanannya yang berada di depan sabuk — Dengan cepat tangan kanannya menekan tombol biru di alat khusus.

Partikel-partikel biru tranparans mulai menutupi seluruh tubuhnya, menciptakan sebuah pelindung atau Medan gaya.

"....?!"

Semuanya terkejut, membuka mata mereka lebar-lebar dengan mulutnya terbuka.

Kemudian mereka, kelas 1—2, saling berbisik dengan keras "Apa!?" "Wah keren sekali!" "Sungguh teknologi yang dahsyat!"

"Nah sekarang giliranmu, Isurugi."

"Hm."

Nathan menekan tombol biru di alat khusus itu, sama seperti tadi. Partikel-partikel biru tranparans mulai menutupi seluruh tubuhnya, menciptakan sebuah pelindung atau Medan gaya yang melindungi pemakai dari serangan fisik yang membahayakan tubuh asli.

Nathan kagum akan pemandangan yang ia lihat, tetapi ia seperti harus membuang kekagumannya untuk sementara, karena lawannya seperti lawan yang cukup berat daripada Revolt kemarin.

(Teknologi yang keren abis! Tetapi kayaknya aku harus membuang kekaguman ku dulu deh. Gua perlu serius dalam pertarungan kali ini meski ini hanya latihan.)

"Baiklah, sistematis ronde pertama ini biar ku atur. Di ronde pertama, aku ingin kedua belah pihak bertanding dengan adil dengan menggunakan tangan kosong. Dan tidak ada ronde kedua."

"Baiklah, kalau begitu ayo kita segera selesaikan ini."

"Wah, wah, sepertinya kau tidak sabaran ya. Oh iya, aku lupa memberikan satu hal lagi."

"Huh?"

"Bar biru yang ada di bawah HP itu adalah energi point. Energi point adalah suatu energi yang dapat membuat mengeluarkan suatu jurus dalam pertarungan, dan bisa digunakan juga untuk nge Dash atau berlari cepat, tapi juga bisa digunakan untuk melakukan gerakan menghindar dari serangan musuh. Baiklah, ayo kita mulai!"

Haimura Edward menghentakkan kakinya ke tanah, menciptakan ledakan debu kecil di sekitarnya. Dalam sekejap, tubuhnya melesat bagaikan kilat biru menuju Nathankato, bar energi di tubuhnya berpendar saat ia mengaktifkan bar biru untuk nge dash untuk mempercepat jarak serangannya.

WHAM!

Tinju pertama menghantam pertahanan Nathan, membuatnya terdorong ke belakang. Serangan berikutnya menyusul tanpa jeda, kombinasi pukulan cepat yang menghantam tubuh Nathan berkali-kali. Layar monitor holografis di sekitar arena menampilkan indikator HP Nathan yang terus berkurang, angka merah berkedip seiring tiap serangan yang mendarat.

ZWOOSH!

Nathan, tak ingin terus terdesak, dengan cepat mengaktifkan bar biru miliknya—melesat mundur dalam sekejap mata. Kakinya menjejak lantai, ia meluncur kembali ke arah Haimura!

Tinju Nathan berpendar dengan energi dan menghantam punggung Haimura dengan kekuatan penuh. Serangkaian pukulan cepat dilancarkan tanpa memberi celah, setiap serangan menciptakan jejak cahaya yang berkedip di udara. Haimura mulai kehilangan keseimbangan, tetapi dengan refleks tinggi, ia mengaktifkan bar biru miliknya untuk menghindar ke sisi kanan, membuat serangan terakhir Nathan meleset hanya beberapa inci dari wajahnya.

"...!"

Mereka saling menatap, napas berat terdengar di antara mereka. Energi bertabrakan di udara, menciptakan percikan kecil di sekitar tubuh mereka — Haimura mengepalkan tangannya, mengarahkan tinjunya, tepat ke perut Nathan hingga membuatnya terlempar cukup jauh, dan berhenti di tanah karena menahan sekuat tenaga.

Tak memberikan waktu, Dalam sekejap, Haimura melesat bagaikan kilat biru menuju Nathankato, Tinju pertama menghantam pertahanan Nathan, membuatnya terdorong ke belakang.

Tetapi, dikala itu — Disaat yang bersamaan —Nathan menyimpangkan kedua tangannya di depan, membuat tinjuan Haimura menghantam tangannya.

Nathan, kemudian mengepalkan tangannya, mengarahkan tinjunya dan berhasil menghantam perut Haimura. Tidak berhenti, ia melayangkan tinju kedua dan ketiganya di bagian perut, menyebabkan Haimura terdorong bahkan terlempar cukup jauh darinya.

Layar monitor holografis di sekitar arena menampilkan indikator HP Haimura yang berkurang, angka merah berkedip seiring tiap serangan yang mendarat. Kedua HP, HP Nathan dan HP Haimura sama-sama di warna kuning yang menunjukkan hampir ke merah.

Semua orang disana hanya menonton pertarungan epic disana.

"Pertarungan yang intens."

"Tapi, jika begini apakah Isurugi akan kalah?" tanya Samasaki.

"Tidak, Nathan masih bisa untuk melawan kakak kelas itu."

"Maksudmu dia bisa saja menang?"

"Aku tidak berkata dia akan menang. Dilihat dari gerak gerik kakak kelas itu, ia masih memiliki segudang jurus yang bisa ia keluarkan."

Nafas mereka terdengar berat, pertarungan masihlah belum berakhir diantara mereka.

"Kau cukup kuat juga, Isurugi. Tetapi satu kesalahanmu dalam menyerang bisa berakibat fatal loh."

Tubuh Haimura dikelilingi oleh partikel-partikel biru tranparans, Dalam sekejap, Haimura melesat bagaikan kilat biru menuju Nathankato, dengan kecepatan luar biasa yang melebihi mata.

ZWOOSH!

Seketika membuat, semua orang termasuk Nathan (kecuali teman kelas di kelas 2—1) kaget bukan main melihat kecepatan luar biasa cepat yang melebihi pandangan mata.

"....?! Cepat sekali!?"

Dengan kecepatan luar biasa itu, Haimura berada di belakang Nathan. Nathan menoleh secara cepat, tapi terlambat, sebuah tendangan dilayangkan ke perutnya hingga ia terpental jauh.

"Ack... Nggh!"

Tidak hanya disitu, Haimura melesat kembali ke hadapan Nathan, menghantam Nathan dengan beberapa tinjunya. Membuat HP Nathan terus berkurang hingga mencapai merah.

"Kuakhiri ini!"

Haimura mengepalkan tangannya dengan sekuat tenaga, menghantam Nathan dengan pukulannya yang hebat. Akhirnya membuat Nathan tumbang seketika dihadapannya.

Layar monitor holografis di sekitar arena menampilkan indikator HP Nathan yang berkurang menjadi nol. Nathan pun dinyatakan kalah dalam pertarungan.

Nathan kelelahan akibat pertandingan tadi. Haimura mengulurkan tangannya untuk membantu Nathan berdiri.

"Setidaknya, kau sudah berusaha sebaik mungkin, Isurugi."kata Haimura. Dengan tersenyum respek pada Nathan.

"Baik."

Setelah itu, pelajaran terus di lakukan, murid-murid kelas 1—2 tampak senang dengan latihan melawan kelas 2—1 ini.

Setelah Sekolah, Nathankato, berjalan keluar dari akademi. Tapi di gerbang, ia melihat sesosok perempuan berambut putih yang sangat ia kenali. Perempuan berambut putih dengan warna biru di beberapa bagian rambutnya, bermata sebiru es cerah, memiliki kulit seputih salju, mengenakan pakaian Seragam Akademi yang umum untuk wanita.

Dia adalah.... Isurugi Sayumi.

Nathankato menghentikan langkahnya sambil melihat kakak perempuannya.

(Kak Sayumi? Apa yang ia lakukan digerbang?)

Dia nampak memang menunggu kedatangan seseorang, berdiri di dekat gerbang dengan cantik, beberapa siswa laki-laki meliriknya sekilas dengan tatapan kagum, ada juga yang seperti mesum melihat kecantikannya.

Beberapa gadis juga menyapanya, dan dia menjawab dengan hangat.

"Hai, Isurugi—san!"

"Hai~"

"Sampai nanti!"

Dia melambaikan tangannya, layaknya mengucapkan salam kepada para gadis yang menyapanya.

Menyadari akan kehadiran Nathankato, ia menoleh ke arah Nathan dan tersenyum lega.

"Aku senang kamu masih belum kembali pulang."

"Ada apa, Kak Sayumi?"

Dia tersenyum ke arah Nathankato.

———

Di dalam gereja tua yang gelap, di ruang tengah gereja. Kanuzaki, berjalan di lorong gereja, melangkah melewati dinding-dinding yang dihiasi pahatan dan ukiran-ukiran kuno, ukiran-ukiran kuno dengan cerita mengerikan dibaliknya, lampu kelap-kelip di sepanjang jalan, dengan cahaya remang-remang yang hampir redup.

Ukiran-ukiran kuno itu seperti memiliki cerita dibaliknya, Pertempuran Yog dan Aza, Diver melawan Revolt, dan Manusia melawan manusia.

Kanuzaki, memasuki ruang utama gereja, tempat altar besar berdiri dikelilingi oleh simbol-simbol Revolt. Atmosfer terasa berat, seolah setiap sudut ruangan menyimpan rahasia kelam. Di depan kursi, Orion dan Rin, beserta beberapa orang berjubah hitam berdiri.

Mereka menyadari kedatangan pemimpin mereka. Rin tersenyum menyeringai, beserta Orion yang tersenyum percaya diri.

"Kanuzaki, kita bisa menjalankan rencana selanjutnya."

"Oh begitu ya, baiklah."

Kemudian, Kanuzaki, Orion dan Rin berjalan ke altar, dan berdiri di altar tersebut.

"Rin."

"Baiklah."

Rin, mengangkat tangan kanannya, menjentikkan jarinya, lalu mengucapkan nama Revoltnya.

"Kemari lah... Nightmare!"

Partikel-partikel ungu gelap beterbangan tak beraturan, menciptakan sesosok makhluk atau Revolt: Nightmare.

Nightmare, Memakai jubah seperti wanita penyihir berwarna hitam ungu, dengan aura-aura ungu gelap beterbangan di sekitarnya.

Kulitnya berwarna hitam keunguan, seperti kabut yang bergerak terus-menerus.

Kemudian, Nightmare, memberikan sebuah tongkat sihir gelap kepada Rin. Setelahnya, Rin menghentakkan ujung tongkat sihir ke lantai dengan keras.

DUGH!

Lalu muncullah lingkaran sihir berbentuk Octagon di lantai bawah kaki mereka. Dengan cahaya berwarna ungu yang melengkapi lingkaran sihir itu — Kemudian menteleportasi mereka bertiga.

———

Sore hari, Seorang pria berpakaian seperti seorang polisi atau penjaga di akademi berwarna biru dan bertopi biru yang sedang berjalan di jalan.

Mungkin, semua orang mengira dia hanya sedang melakukan patroli biasa, layaknya polisi pada umumnya.

Dia sampai di tempat sepi, sebuah hutan dekat akademi disana. Ia kemudian melihat-lihat ke sekitar, kemudian seperti berkata: "Bagus, tidak ada orang."

Ia mengeluarkan ponsel, di tampilan layarnya, sudah terlihat adanya maps pulau Diver Series Academy. Menekan lokasinya sekarang, kemudian menekan tombol biru bertuliskan, 'Send now'.

Setelah menekan, layar aplikasinya menunjukkan koordinasi tempat ia berada.

"Bagus, sekarang tinggal menunggu momen itu."

Ia melihat-lihat kembali ke sekitar, melirik setiap sudut di hutan tersebut. Ia seperti mendapatkan tempat yang pas untuk sesuatu yang akan ia lakukan selanjutnya.

Kemudian, menaruh ponselnya di depan sebuah pohon, lalu ia tutupi dengan daun-daun di sekitar untuk menyamakan penyamaran sebagai daun. Raut wajahnya nampak kurang yakin, lalu agar terlihat lebih seperti 'daun', ia memasang foto daun di layar ponselnya.

Lalu mematikan suara notifikasi, dan mengaktifkan mode terus aktif.

Setalah itu, pria itu segera berbalik dan kemudian pergi meninggalkan hutan itu tanpa ada yang tahu.