Chereads / Akhir Seri: Akademi Seri Penyelam / Chapter 18 - Chapter 7 —'Dia' melakukan serangan dadakan kepada seorang gadis

Chapter 18 - Chapter 7 —'Dia' melakukan serangan dadakan kepada seorang gadis

Sore harinya, Nathan mampir ke perpustakaan megah di Diver Series Academy.

Sebuah bangunan luas dengan rak-rak tinggi yang dipenuhi ribuan buku. Langit-langitnya menjulang dengan lampu yang berpendar hangat, sementara aroma khas kertas dan tinta memenuhi udara, menciptakan suasana tenang yang cocok untuk tenggelam dalam lautan pengetahuan. Lalu tambahan jendela besar yang bisa menemani ketenangan seseorang saat membaca di meja dan kursi yang rapi didekatnya.

Murid-murid lain juga ada yang sedang melihat-lihat buku, ada yang sedang membaca, ada yang sedang belajar dan lain-lainya.

Saat mendekati suatu meja, pandangannya teralihkan pada seorang gadis yang pernah ia jumpai di perpustakaan ini sebelumnya.

Warna rambutnya yang putih, bermata biru cerah yang indah, memiliki payudara yang cukup besar tetapi tidak terlalu besar, dan mengenakan pakaian Seragam sekolah wanita Diver Series Academy.

Tidak salah lagi, itu pasti gadis yang sama.

(Gadis itu... Namanya Kurashina Misaki kan?)

Secara sadar, gadis itu menoleh kearah Nathankato yang ada di belakangnya.

"Hm?"

"...."

Nathankato membeku di tempat layaknya sebuah es yang beku.

"Wah! Isurugi kah~"

Nathankato kemudian melangkah kembali ke meja dan kursi yang ada di hadapannya, lalu ia pun duduk di kursi depan gadis itu.

Ia pun melihat-lihat, gadis itu masih membaca buku The Terminology of Magic.

"Kau... Masih membaca buku The Terminology of Magic itu?"

Gadis itu memutar bola matanya, lalu menjawab pertanyaan dari Nathankato yang cukup spontan.

Dengan mulus, dia, Kurashina Misaki, menutup kembali buku yang berjudul The Terminology of Magic itu. Buku yang pernah dibaca oleh Nathankato kemarin yang kemudian dipinjam Kurashina Misaki.

Dengan anggunnya dan dengan senyuman tipisnya, ia membuka mulutnya untuk berbicara.

"Ah iya. Aku hanya ingin mengetahui lebih lengkap soal sihir yang bisa digunakan oleh Diver aja sih."

"Begitu ya. Kalau begitu, jika kau sudah selesai membacanya, bisakah aku pinjam? Aku ingin membacanya juga."

"O—oh baiklah."

Setelah mendengar perkataan dari Nathankato, Kurashina cepat-cepat untuk membereskan bacaannya.

Nathankato melihat Kurashina yang cepat-cepat ingin membereskan bacaannya. Ia pun berbicara dalam batinnya.

(Gadis ini...)

Kemudian Nathankato mengingat kembali kejadian kemarin, pada saat ia tahu nama Nathankato.

Ia terdiam tanpa ekspresi, tatapannya seperti penuh dengan kedengkian. Entah itu kedengkian atau bukan, yang jelas Nathankato melihatnya seperti ia memiliki maksud dan obsesi tertentu pada sesuatu.

Tetapi setelah dipanggil oleh Nathan... ia kembali seperti beberapa waktu sebelumnya.

(Apa... Coba gua tanyain ya ke dia?)

Ditengah Nathankato yang masih berbicara pada diri sendiri tanpa didengar oleh siapapun, Kurashina akhirnya membereskan bacaannya yang kemudian membuka mulutnya untuk berbicara pada Nathan.

Ia melihat wajah Nathankato yang tampak ragu-ragu.

"Anu... Isurugi?"

Secara spontan, Nathankato tersadarkan dari pikirannya.

"Ah.."

Wajah Kurashina nampak kebingungan melihat Nathankato.

"Ada apa?"

"Ah tidak apa-apa."

Pipinya memerah kembali, ia pun berbicara pada Nathan dengan perasaan yang malu.

"Anu, Isurugi..."

"Ya?"

"Sebenarnya... Aku masih belum beres semua untuk membaca buku ini sih.. tapi.."

Ia masih gugup untuk berbicara, mungkin karena apa yang ingin ia sampaikan sebenarnya cukup membuat pipinya memerah kembali memang cukup memalukan.

"Em.."

Nathan hanya melihatnya yang mencoba untuk berbicara.

"..."

Kemudian, secara mendadak, dengan suara yang cukup keras, yang cukup menggema di sana.

"Aku ingin kita membacanya bersama!"

Membuat orang-orang disekitarnya menatap kearah mereka akibat suara yang cukup keras barusan.

"...? Kurashina, sepertinya kau tidak boleh berbicara terlalu keras di perpustakaan."

"Oh. Ma—maaf."

"Yasudah tidak apa-apa, dan untuk perkataan mu tadi... Baiklah."

Jawaban Nathan cukup membuat Kurashina tercengang.

"Eh tidak apa-apa?"

"Iya, Lagipula hanya membaca bersama kan? Kurasa itu alasan yang bagus."

"Wah, baik!"

Kurashina bangkit dari kursinya, lalu berjalan menuju kursi yang ada disamping Nathan.

Ia duduk di situ, mendekat lalu membaca buku itu bersama-sama.

Sebuah sentuhan hangat tiba-tiba muncul di lengan kanan Nathan sesaat setelah Kurashina mendekat, ternyata kehangatan itu muncul karena payudara Kurashina menempel ke lengannya.

Nathan melihat ke arah payudaranya yang menempel di lengannya.

(Ceroboh sekali... Gua harus tetap tenang di waktu ini. Jika gua secara spontan bilang ke dia, itu pasti awkward.)

Tapi nampaknya Kurashina tidak sadar akan hal yang ia lakukan sekarang. Wajahnya nampak senang, senyumannya kembali, meski tetap dengan pipi yang masih memerah.

(Bilang aja kali ya.)

"Kurashina."

Kurashina menjawab, dengan menoleh ke wajah Nathan.

"Ya?"

"Kau tidak menyadarinya?"

"Hm? Menyadari apa?"

"Lenganku."

"....?"

Kurashina kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Nathan, 'Menyadari apa? Emangnya apa yang ada di lengannya?' kata-kata yang tergambar dari wajahnya.

Ia kemudian menoleh sedikit ke bawah, Akhirnya tersadar bahwa payudara yang cukup besar miliknya menempel pada lengan kanan Nathan. Wajahnya kemudian merah merona akibat terlalu malu.

Secara spontan, ia bergerak untuk melepaskan payudaranya yang menempel. Ia meminta maaf sambil menundukkan kepalanya ke bawah.

"Ma—maafkan aku, Isurugi!"

Menyadari mungkin orang-orang akan terus memperhatikan, Nathan memaafkannya dan menyuruhnya untuk tidak terlalu memikirkan hal itu.

"Tidak apa-apa, tenang saja. Kalau gitu, Mau lanjutin bacanya."

Wajahnya tidak berhenti memerah, terus mengalami malu di seluruh tubuhnya.

"Ah ma—maaf, aku lupa kalau ada urusan. Bacanya nanti aja yah. Sampai jumpa."

Kurashina pun pergi dengan berjalan secara cepat meninggalkan Nathan dan menuju pintu keluar.

Nathan menghela nafasnya.

"Haa..."

Setelah itu, Diluar perpustakaan, Kurashina nampak berjalan dengan santai tapi raut wajahnya masih belum dalam keadaan santai.

Ia masih memikirkan kejadian barusan. Saat nathan dan dirinya membaca buku bersama, saling berdekatan, bahkan payudaranya secara tidak sadar menyentuh bagian lengan kanannya Nathan.

Memikirkannya terus, wajah Kurashina secara tiba-tiba menjadi memerah. Kurashina mengeraskan suaranya, berharap tidak ada yang mendengar ucapannya

"Kenapa aku melakukan hal yang cukup memalukan seperti itu!? Deket banget lagi tadi..."

Tiba-tiba...

Lengan kirinya ditarik secara kuat ke sebuah gang kecil, spontan membuatnya kaget seketika.

"Aah!?"

∆∆∆

Di perpustakaan, Nathan masihlah membaca buku The Terminology of Magic.

NGEGH NGEGH

Ponsel atau smartphone Nathan berdering secara tiba-tiba, membuatnya terkejut. Ternyata itu adalah panggilan telepon dari Tachibana Hayase.

Nathan mengangkat teleponnya.

"Halo."

"Ini Tachibana, Revolt terdeteksi tidak jauh dari tempatmu sekarang. Pergilah, Samasaki sedang tidak bisa membantumu."

"Baiklah."

Nathan kembali menutup teleponnya.

Kemudian bangkit dari kursinya, lalu berjalan menuju pintu keluar perpustakaan.

Di gang sempit yang diselimuti bayangan, Kurashina berdiri terpaku. Nafasnya memburu, matanya membelalak penuh ketakutan saat sosok Revolt perlahan melangkah mendekat.

Revolt itu adalah... Dandera Revolt.

Tubuhnya ramping namun kokoh, seperti campuran antara burung elang raksasa dan manusia. Bahu dan dadanya agak lebar untuk menopang sayap besar.

Bentuk kepala menyerupai tengkorak burung dengan rahang tajam.

Memiliki paruh metalik berwarna hitam keperakan dengan kilauan merah di ujungnya.

Mata kecil menyala merah menyipit seperti predator.

Sayap besar & tajam seperti pedang yang membentang. Sayap ini memiliki tekstur seperti baja berwarna hitam dengan garis-garis merah menyala di setiap tulangnya. Ujung sayapnya berbentuk seperti bilah tajam, bisa digunakan untuk menebas lawan saat terbang rendah.

Kedua lengan besar, dengan cakar logam panjang sekitar 1,5 meter. Cakarnya berbentuk seperti sabit, hitam keunguan. Lengan dilapisi armor bersisik seperti naga, warna dominan hitam dengan aksen ungu di sela-sela sendi.

Tubuh bersisik, seperti lapisan zirah dengan tekstur seperti naga, dominan hitam-ungu.

Dandera Revolt mengarahkan cakar logam panjangnya kearah Kurashina. Namun tiba-tiba terhenti akibat munculnya sebuah Lingkaran sihir di bawah kaki mereka.

Kilatan cahaya menutupi seluruh pandangan Kurashina.

∆∆∆

Kurashina, membuka matanya perlahan-lahan tapi pasti.

"Dimana ini?"

Mereka, Kurashina dan Dandera Revolt, berada di sebuah tempat yang tidak asing di ingatan mereka.

Kota tak berpenghuni dengan suasana sunyi, awan terlihat mendung disana, gedung-gedung yang cukup tinggi hanyalah sebuah gedung yang kosong.

Tempat ini adalah... Sanctuary Place.

Kota tak berpenghuni yang diciptakan oleh 'Sanctuary', Diver milik Tachibana Hayase. Karena itulah tempat ini disebut 'Sanctuary Place'.

Kurashina, berpikir sejenak, mengingat-ingat kembali tempat ini. Dan akhirnya menemukan apa yang ia cari.

"Tempat ini... Sanctuary Place?!"

Kurashina berpikir bahwa ada tes masuk tahap kedua sekarang, tapi jika dipikir-pikir kembali, itu tidaklah masuk akal. Kenapa diadakan sebuah tes masuk jika kau sudah masuk?

(Apakah ini adalah tes masuk tahap kedua? Tidak! Itu tidak masuk akal.)

Tidak hanya Kurashina, tetapi terlihat Dandera juga nampak kebingungan dengan tempat ini.

"Kenapa aku bisa ada disini?"

Suara angin terdengar di kuping mereka.

Sebuah batu yang lumayan besar, sebesar genggaman tangan, terlempar mengenai kepala Dandera Revolt. Membuatnya terkejut sekaligus keheranan akan siapa yang melempar.

"...."

Suara langkah kaki terdengar di seluruh tempat didekat mereka, mereka berdua pun melihat kearah kiri.

Langkah kaki perlahan mendekat. Alangkah terkejutnya Kurashina akan kedatangan Nathan di tempat ini.

"Isurugi...?!"

"Mundur lah, Kurashina. Miracle: Creations!"

Partikel-partikel biru indah yang berterbangan di udara, membuat tubuh makhluk alias Diver milik Nathan: Miracle.

Miracle menggunakan skill Creations, menciptakan sebuah senjata yaitu dua Gunsword Semi Burst kepada Nathan, Nathan menggenggam erat Gunswordnya.

Kemudian, tubuhnya melesat maju, mengayunkan Gunsword-nya untuk menyerang.

"Haaa..!"

CLANG!

Dandera Revolt menangkis dengan cakar panjangnya dan menahan ayunan Gunsword Nathan yang membuat percikan api di udara akibat gesekannya.

Nathan menjejakkan kakinya kuat-kuat ke tanah, tubuhnya maju satu langkah mantap, bersamaan dengan Gunsword di tangannya yang ikut terdorong ke depan. Gesekan antara bilah Gunsword dan senjata lawan menghasilkan percikan api yang menari di udara, sebelum akhirnya keduanya terhenti dalam posisi saling mengunci.

Tak memberi celah, Nathan memutar pergelangan tangannya dengan cepat, mengayunkan Gunsword ke arah kanan. Gerakannya begitu tajam dan penuh tekanan, menciptakan jejak kilatan hijau membelah udara.

"Haaaah!"

Suaranya menggema, diiringi efek partikel yang terpental dari tiap ayunan, mempertegas momentum serangan yang tak bisa diremehkan.

CLANG!

Dengan reaksi murni, Dandera Revolt menangkis serangan Gunswordnya dengan presisi menggunakan cakar logam panjang di tangan kanannya.

Dandera Revolt kemudian menggerakkan tangan kanannya keatas, hingga membuat Gunsword Nathan ikut keatas.

Memiliki kesempatan dalam menyerang, Dandera menghunuskan cakar logam panjangnya yang ada di tangan kiri kearah perut Nathan.

Nathan membuka matanya lebar-lebar, terkejut akan serangan selanjutnya dari Dandera.

"....!"

Tangan kirinya ingin mencoba untuk bergerak ke perut hingga ingin membentuk posisi memegang perut, Tapi Nathan berpikir itu tidak akan berguna sama sekali.