Hari mau berganti ke malam, Delacizer Revolt, mengangkat tangan kanannya, lalu memunculkan cahaya biru di telapak tangannya, melepaskan gelombang es yang dingin kearah mereka.
Bukan hanya mereka, tetapi sekitar.
Nathan dan Samasaki mengangkat alis, tetapi kemudian terkena es yang membekukan tubuh dan area sekitar mereka dengan jarak yang jauh lebih besar sekitaran dua ratusan meter.
Tapi ini bukan hanya Elemagica Blizzard biasa, melainkan yang tingkat ketiganya yaitu Blizzaraga, Dengan efek kristal es di sekeliling yang dingin.
Nathan kedinginan di dalam akibat es itu, bukan hanya luaran, tetapi dalam tubuh Nathan dan Samasaki membuat tulang mereka menjadi dingin sekali.
(Dingin sekali... Suhunya bisa mencapai Absolute Zero...)
(Jika terus begini kita bisa mati..)
Tidak cukup dengan hanya membekukan. Delacizer Revolt mengangkat pedang besar esnya yang kemudian bercahaya biru, ia pun mengayunkan pedangnya secara melengkung membuat sebuah gelombang energi yang diarahkan pada Nathan dan Samasaki.
Gelombang energi itu mengenai mereka berdua seketika menghancurkan es di tubuh mereka, tetapi akibatnya terkena serangannya dan terpental.
"Garrrgh...!"
"Nggh...!"
Dengan serangan yang kuat seperti itu, dapat dipastikan Anima nathan itu pecah. Sedangkan Anima Samasaki tidak pecah meski hampir retak.
Batu Anima yang disimpan di saku celana nathan retak dan pecah, melepaskan semburan partikel kecil berwarna biru yang berputar liar di sekeliling tubuhnya, menyembuhkan semua luka tadi, dan itu adalah Anima terakhir Nathan.
Rezon kaget melihat mereka terkena serangan dari musuhnya.
"Nathan! Samasaki!"
Nathan dan Samasaki masih kesakitan akibat serangan Delacizer yang kuat.
"Ini masih belum selesai..."
Nathan dan Samasaki mencoba berdiri sekuat tenaga. Kemudian, Nathankato meminta pada Samasaki untuk menyerahkan sisanya pada Nathan.
"Samasaki—san, serahkan sisanya padaku. Meski yah mungkin ditengah-tengah bisa saja aku membutuhkan bantuan, lebih baik kau bersiap siaga saja."
Seketika membuat Samasaki kebingungan dan menolak.
"Apa? Tidak. Kau sudah tidak punya Anima lagi kan? Jika kau mati maka—"
Nathan tersenyum sambil memotong perkataan Samasaki.
"Tenang saja. Gua gak bakal di tempat kayak gini."
Mau tidak mau, Samasaki menuruti apa kata Nathan dengan ekspresi yang berharap tidak terjadi hal-hal tak terduga.
"....Baiklah."
"Terimakasih."
Nathan tersenyum, lalu menarik nafasnya. Alisnya sedikit menurun, matanya tajam dan mulutnya tertutup.
"Ayo!"
Nathan mendorong keras kakinya, berlari dengan kecepatan tinggi, dengan cepat berada di hadapan Revolt itu. Kemudian, ia mengayunkan Gunswordnya.
CLING!
Tetapi segera ditangkis oleh Delacizer Revolt dengan pedang esnya, menciptakan percikan api. Keduanya saling menahan diri untuk tidak kalah dari lawannya.
Tahu bahwa ini tidak akan terlalu lama, Nathan segera mengangkat Twin Lance Sword-nya keatas secara cepat, membuat gesekan dan percikan api di kedua senjata—ia menekan pelatuknya lumayan lama, kemudian dua Gunsword atau Twin lance swordnya bersinar terang warna merah.
Nathankato mengayunkan senjatanya itu kebawah.
"HUAAA!"
Dengan cepat ditangkis oleh pedang es, dan sekali lagi membuat percikan diantara keduanya.
"Serangan gua kayaknya memang bisa ditangkis. Tapi... Apakah elu bisa menangkis hal ini? Samasaki!"
Samasaki ternyata sudah berada di arah kanannya mereka, dan ternyata sudah siap untuk melakukan serangan dadakan dari samping kanan dengan menyuruh Faith yang sudah ia panggil untuk menggunakan Fira.
"Faith: Fire!"
Faith mengangkat kedua tangannya, sejajar dengan dada, memberikan cahaya merah ke pedang api Samasaki.
Samasaki mengangkat pedangnya keatas, menciptakan sebuah bola api yang menyala terang di atasnya, lalu mengayunkan pedangnya untuk menggerakkan bola api agar menyerang Revolt itu.
"HAAAA!!"
Bola api itu melesat dengan kecepatan luar biasa kearah Delacizer Revolt, Menghantam pedang es yang dimiliki oleh Revolt tersebut serta menghancurkannya.
Menciptakan asap-asap tebal disekitar yang menutupi pandangan Delacizer.
Twin lance sword bersinar terang kembali dengan warna hijau.
Delacizer menyadari akan sesuatu, segera mungkin ia mendongak keatas, seketika sebuah serangan mengenai Delacizer hingga membuat ledakan dan angin yang cukup besar.
Serangan dari Nathankato yang cukup kuat untuk dilancarkan.
Ditengah itu, Samasaki menyadari sesuatu hal, membuka matanya lebar-lebar, mulutnya terbuka sedikit.
"Itu..."
Samasaki menyadari bahwa gerakan yang dilakukan oleh Nathan itu sama dengan gerakan serangan tiba-tiba di asap yang dilakukan oleh Delacizer Revolt.
"Gerakan yang sama...."
Asap tebal itu perlahan menghilang dari pandangan.
Nampak terlihat Delacizer Revolt sudah seperti berada di ambang batasnya, beberapa bagian tubuhnya kelihatan terluka dengan dibarengi listrik- listrik kecil yang keluar di beberapa bagian.
"Waktunya mengakhiri!"
Dia Menekan pelatuknya lumayan lama kemudian mengayunkan twin lance swordnya secara vertikal di kiri dan kanan dengan berurut, lalu melaksanakan tebasan energi secara melengkung.
Delacizer Revolt pun akhirnya meledak dibarengi dengan partikel-partikel yang menyertai.
Pak polisi alias pak rukio terlempar dari ledakan tersebut dan pingsan tak sadarkan diri. Melihat itu Nathan langsung bisa menyimpulkan kenapa bentuk Revolt tadi itu seperti polisi.
"Pantas saja bentuk dan senjatanya seperti polisi, nyatanya ya emang begitu."
Twin lance swordnya menghilang, lalu Nathan duduk karena kelelahan.
"Hadeh... Lawan satu Revolt aja udah susah begini, apalagi lawan dua. Perasaan kemarin lawan Revolt gak sesusah ini dah."
Nafasnya kemudian mulai melega. Kemudian ia dihampiri oleh Rezon dan Samasaki.
"Kerja bagus, Nathan."
Nathan tersenyum mendengar itu.
"Ya."
Rezon melihat pak polisi itu yang tergeletak di tanah.
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan pak polisi itu?"
Mendengar itu, Nathan dan Samasaki menoleh kearah pak polisi.
"Tachibana Hayase-san akan mengurus hal ini. Kita tidak perlu melakukan apapun terhadapnya. Tetapi, nanti aku akan menelpon bantuan untuk membawanya ke tempat untuk ia dirawat."
"Begitu ya?"
Nathan pun berbaring telentang karena masih kelelahan sambil menutup matanya dan mulutnya terbuka sedikit.
"Hadeh... Capek banget."
Rezon menyangkal kecapean dari Nathan.
"Kayaknya lebih capek orang-orang di Kasia Tropicslands deh daripada elu."
Seketika Nathan membuka matanya, lalu bangun dari berbaring, dan kebingungan dengan perkataan Rezon.
"Maksudnya?"
Tidak hanya Nathan, Samasaki juga terkejut dengan perkataan Rezon yang menyebut bahwa Kasia Tropicslands lebih kelelahan daripada Nathan.
Melihat itu, Rezon seketika mengangkat alisnya keheranan dengan keterkejutan mereka berdua.
"Hah? Serius gak tahu?"
Berbarengan, Nathan dan Samasaki menyebut satu kata.
"Enggak."
Rezon menggaruk kepalanya dan meneruskan perkataannya.
"Event dan tradisi di Kasia Tropicslands yang dimana setiap satu tahun, akan diadakan suatu event dimana penduduk disana tidak boleh makan dan minum di siang hari. Masa lupa?"
Kemudian, Nathankato dan Samasaki berpikir sejenak, lalu mengerti apa yang dimaksud oleh Rezon.
"Ohhhh... Event Ramadhan itu ya! Gua lupa sih pengertiannya."kata Nathan.
"Nah itu lu tahu. Event Ramadhan adalah sebuah event atau tradisi yang dilakukan satu tahun sekali di wilayah Kerajaan Kasia Tropicslands.
"Yang bisa dikatakan juga sebagai bulan keemasan.
"Orang-orang disana akan melakukan sebuah ibadah yang dimana mereka tidak akan makan dan minum selama satu bulan penuh kecuali saat pagi dan malam."
"Begitu ya."
Rezon meneruskan penjelasannya tadi soal ramadhan yang menjadi bulan keemasan di Kasia Tropicslands.
"Dan juga, di bulan Ramadhan ini, orang-orang disana mendapatkan ampunan atas segala apa yang mereka lakukan pada saat sebelum bulan ramadhan. Event ini sering di rayakan pada awal-awal tahun. Karena itulah, pada saat tertentu semua orang di sana itu merayakan suatu festival untuk menyambut datangnya bulan keemasan."
Nathankato mengangguk pelan, menandakan bahwa ia mengerti. Serta Samasaki juga sudah mengerti tentang Event Ramadhan ini di Kasia Tropicslands.
Nathankato menghela nafasnya.
"Ngomongin soal makan dan minum, bisakah kita pulang? Aku sudah lapar."
"Kau kira kau doang yang lapar? Kita juga lapar..."kata Samasaki. Dengan tangan kanannya berada di pinggangnya, alisnya sedikit menurun.
"Iya. Yaudah, kita pulang dah."
Samasaki mengeluarkan smartphone miliknya, dan menelpon seseorang untuk meminta bantuan agar bisa membawa pak polisi untuk di rawat.
Pada malam hari, angin berhembus sejuk, menggoyangkan dedaunan yang tertiup lembut. Sementara itu, beberapa murid sudah berada di kamar asrama, termasuk Sarasa, Rezon, dan lainnya. Ada yang sudah terlelap, ada juga yang masih belum terlelap, beberapa juga masih ada yang sibuk mandi, sibuk bermain laptop dll.
Sedangkan satu 'anomali' masih berada di luar kamar asramanya, ia sedang berada di jembatan penyebrangan yang memang dekat dengan asmara cowok.
Anomali itu adalah Nathankato. Melihat mobil-mobil yang masih berlalu lalang di jalanan. Bahkan orang-orang saja masih ada yang berjalan di tepi jalanan.
Ia sudah berganti pakaian Seragam ke Kimono yang sering ia pakai. Memakai baju bebas setelah sekolah itu diperbolehkan karena bukan waktu bersekolah.
Nathan menggunakan Kimono hitam dengan tali pengikat warna abu-abu di perut.
"Diver Series Academy. Sekolah yang aku tinggali di kerajaan Galar. Meski begitu, akademi ini masihlah berada di sebuah pulau kecil.
"Pulau buatan yang dibangun ratusan kilometer di bagian tenggara Teluk Arc City, ibu kota Galar. Pulau ini dibangun khusus untuk Diver Series Academy, untuk akademi bisa memfasilitasi murid-muridnya di pulau kecil seperti agar pulau ini memang layak dihuni oleh para murid-murid dari masing-masing kerajaan untuk bisa memahami kemampuan mereka yang sebenarnya. Seperti yang dijelaskan oleh Bu Miyamura saat itu, akademi atau lebih tepatnya pulau ini difasilitasi dengan banyaknya fasilitas mulai dari Pusat perbelanjaan, Tempat karaoke, Bioskop dan lain-lain layaknya kota biasa.
"Faktanya, total populasi di pulau ini sekarang itu adalah satu juta.
Dan juga hampir separuhnya itu adalah pelajar.
"Sudah beberapa hari aku tinggal di pulau ini. Tidur di kamar asrama, belajar di akademi. Tapi katanya siswa yang tidak berhasil masuk kedalam akademi, dikatakan akan di kirim kembali ke kerajaan dimana mereka dikirim sebelumnya. Terdengar sedikit suram, apabila membahas mengenai tes masuk akademi yang diselenggarakan kemarin.
"Tapi yang masih menjadi pertanyaan adalah, Apa yang terjadi pada Kaminaga Orion? Apakah ia dikirim kembali ke kerajaannya? Tidak, tidak mungkin! Itu mustahil, karena ia adalah murid yang berhasil sampai ke nomer dua setelahku di tes masuk. Bahkan murid yang lain saja masuk kecuali jika kalah di menit awal tes, seperti Nakiri—san. Ini cukup aneh.
"Sial, itu cukup membuat otakku hampir konslet."
Memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, karena itu membuat pikiran menjadi amburadul dan tidak jelas apa yang dipikirkan.
Daritadi ia hanya berbicara pada dirinya sendiri berharap tidak didengar oleh orang-orang di yang berlalu lalang juga di jembatan.
Oleh karena itu — karena alasan itu — Nathankato memutuskan untuk kembali ke kamar di asmaranya, untuk mengistirahatkan tubuh, pikiran dan perasaan yang masih amburadul di otaknya.
"Yah... Kayaknya cukup untuk hari ini, Gua lebih baik istirahat di kamar."
Nathankato memegang gagang pintu kamar asramanya. Ia melangkah masuk, lalu menutup kembali pintunya untuk kembali ke posisi awal dimana kamarnya itu tertutup, melangkah ke dekat kasurnya lalu duduk.
Terpikir sesuatu di benak, Nathankato mengeluarkan smartphonenya. Menelpon ketua Diver Series Academy yaitu Tachibana Hayase.
Dan di ditengah Diver Series Academy: Ruangan Kepala sekolah.
Atau dikatakan juga sebagai kantor Tachibana Hayase.
Tachibana Hayase, duduk di kursi empuk yang megah.
Smartphonenya berdering seketika, Tachibana mengangkat telepon, yang ternyata Isurugi menelponnya.
"Ya, Halo."
"Ini, Isurugi, Tachibana—san, apa kau sedang sibuk?"
"Sebentar lagi aku akan melakukan interogasi. Emangnya ada apa?"
"Interogasi?"
"Ya. Interogasi terhadap Revolt yang kau dan Samasaki kalahkan tadi."
"Pak polisi itu ? Kenapa kau ingin menginterogasinya? Apakah ada maksud tersembunyi dibalik ini?"
"Tidak, tidak~ ku sarankan kau tidak menutup penggilan telpon ini, kau mungkin bisa tahu apa yang dirasakan oleh pak polisi itu saat menjadi Revolt tadi sore."
Nathankato memutuskan untuk tidak menutup telepon dan mendengarkan secara seksama yang terjadi di ruangan kepala sekolah atau kantor Tachibana.
TOK TOK
Ketukan pintu terdengar di luar ruangan kepala sekolah, seakan sudah tahu apa yang ada dibalik pintu.
"Masuk."
Pintu itu kemudian terbuka, pak polisi tadi yang menjadi Revolt dikawal oleh dua penjaga. Lalu salah satu penjaga itu menutup kembali pintu itu.
"Permisi."
"Silahkan duduk."
Pak polisi itu duduk di kursi yang memang sudah di ada di ruangan itu, sementara dua penjaga tersebut menjadi di kedua arah pintu, kanan dan kiri.
Pak polisi itu nampak gelisah dan tidak di dalam suasana hati yang tidak baik. Sedangkan Tachibana menyeringai.
Tachibana mulai bicara kepadanya.
"Hei, apakah kau adalah seorang Revolt?"
"A—aku tidak tahu... Aku hanya mengingat saat sore dimana aku seperti dirubah oleh seseorang menjadi sesosok monster tetapi setelah itu aku tidak ingat apapun..."
"Seseorang? Bisakah kau jelaskan lebih detail kronologi kejadiannya?"
"Saat itu aku hanya sedang berpatroli, tetapi saat berada di atap suatu gedung, aku melihat seorang polisi lagi yang sedang berdiri saja, ia berkata bahwa ia sedang berpatroli sambil melihat-lihat sekitar... Tetapi setelah aku berbalik, dia menarik pundakku... Lalu dia mengeluarkan smartphonenya ke depan sambil ada panggilan video di smartphonenya... Panggilan video itu menunjuk seorang pria yang kemudian menyebutkan Tranformation..."
"Transformation ?"
"Kemudian, dari pandanganku muncullah lingkaran seperti lingkaran sihir di bawah kaki dan diatas kepalaku... Setalah itu aku pandanganku menjadi kabur. Dan setelah itu aku melihat tanganku menjadi cukup menyeramkan, namun setelah itu, aku tidak bisa berpikir dan setelah itu aku tidak mengingat apapun, semuanya hilang seketika."
"Semuanya hilang, tetapi faktanya, kau bergerak bahkan menyerang murid yang menghalangi mu."
"...."
"Kau bergerak untuk menyerang murid yang mencoba untuk melawanmu, melukai mereka, bahkan memecahkan Anima mereka. Masalahnya bukan hanya disitu, kau menyerang murid keluarga bangsawan yang cukup berpengaruh di dua kerajaan. Untungnya, pihak sekolah sudah menangani kejadian ini."
".... !?"
Pak polisi itu terkejut bukan main mendengar perkataan dari Tachibana.
Mendengar dari smartphone, nathan hanya mendengarkan dan menyimak percakapan mereka.
(Dua murid keluarga bangsawan. Ini pasti membuat pak polisi itu cukup gemetaran karena sudah menyerang dua murid keluarga bangsawan meski tidak tahu kejadian aslinya. Faktanya memang seperti itu, Keluarga Isurugi dan Samasaki itu adalah keluarga bangsawan di setiap kerajaan. Ayahku, Isurugi Ethan, adalah ilmuwan terkemuka di kerajaan Lucis, karena itulah ia memiliki Diver bernama Understanding. Sedangkan Keluarga Samasaki dari kerajaan Galar, adalah keluarga yang mensupport pembangunan pulau dengan memberikan dana bantuan pada pemerintah untuk pulau ini. Kau terlalu membuatnya ketakutan, Tachibana—san.)
Tachibana mulai meneruskan perkataannya.
"Biar kutanya sesuatu. Apakah kau tahu kata-kata ini "Setalah senja bangkitlah malam, Didalam cahaya pasti ada kegelapan"?"
"Kata-kata itu... Tunggu, kata-kata itu muncul sesaat sebelum aku kehilangan pikiranku !?"
Nathankato berbicara pada batinnya
(Lagi-lagi korban yang sama dengan kata-kata yang sama.)
"Baiklah, terimakasih atas penjelasan mu."
"Ba—baik."
"Kemari."
Kedua penjaga itu pun membawa pak polisi keluar dari ruangan kepala sekolah. Meninggalkan Tachibana sendirian di ruangannya.
"Nah bagaimana, Isurugi? Apakah kau bisa mendapatkan kesimpulan setelah menyimak?"
"Hm... Untuk sekarang, gua belum bisa menangkap garis besarnya. Karena satu pertanyaan masih janggal yaitu, Kenapa saat pak polisi itu menjadi Revolt kehilangan ingatannya? Sedangkan laki-laki yang menjadi Revolt seperti magma itu tidak seperti pak polisi?"
"Baiklah, kalau begitu. Aku mengandalkanmu, Isurugi."
Tachibana menutup panggilan teleponnya.
Nathankato menghela nafasnya, Menyadari bahwa tugasnya sebagai orang yang dipilih menjadi seseorang yang melawan Revolt untuk sementara waktu kedepannya cukup berat untuk ditanggung seorang ataupun berdua.
Ia kemudian berbaring di tempat tidur. Tangan kanannya menyentuh kepalanya, kedua kakinya menyilang.
"Haaa.... Tugas ini cukup merepotkan. Melawan Revolt untuk sementara waktu kedepannya aja udah cukup buat gua ngos-ngosan, ditambah lagi ini... Tambah capek dah gua. Kayaknya, gua memang harus nanyain hal itu sih ke Tachibana—san.... Kenapa Tachibana hanya memilih aku dan Samasaki saja untuk melawan Revolt? Akademi ini kan dirancang khusus untuk mendidik siswa agar bisa melawan Revolt kan?, pertanyaan-pertanyaan yang bisa ku tanyakan pada Tachibana nanti, meski gua gak tahu apakah itu bakal di jawab atau tidak. Tunggu besok ajalah."
———
Di sekolah, sebuah pelajaran akan di lakukan oleh semua kelas 1—2 yaitu: Training Battle Sports. Sebuah olahraga latihan pertempuran untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan para muridnya untuk bisa mengeluarkan kekuatan yang terpendam di dalam diri mereka.
Semua murid laki-laki dan perempuan sudah berganti baju seragam menjadi baju olahraga.
Nathankato tampak kurang puas dengan baju olahraga yang dimiliki oleh sekolah ini.
"(Kenapa coba gua harus make baju kurang enak kayak gini.)"
Rezon juga yang sudah memakai baju olahraga yang sama dengan Nathan, yang berada didekatnya, kemudian mempertegas kembali bahwasanya baju olahraga ini dikhususkan untuk satu pelajaran ini saja.
"(Wajarin aja, baju ini dikhususkan untuk satu pelajaran yaitu ya Training Battle Sports.)"
"(Perasaan pas SMP gak ada olahraga kayak begini dah.)"
"(Udah gua bilang wajarin aja. Lu seharusnya udah tahu, akademi ini itu beda dari yang lain. Training battle Sport, olahraga yang dikhususkan ada di akademi ini. Katanya sih, baju ini juga dirancang untuk cadangan saat pertarungan untuk baju seragam utama. Jadi kalau sobek ya setidaknya bukan seragam utama akademi.)"
"(Iya deh, iya. Tapi Training Battle Sports itu apa sih?)"
"(Kayaknya nanti bakal dijelasin deh.)"
"(Oooh, oke.)"
Setelah percakapan mereka, Nathankato melihat ternyata kedua gadis yang pernah ia temui kemarin-kemarin berada di kelas yang sama dengannya.
Gadis berambut pirang yang ia temui di tempat saat gadis itu menimpa dirinya dan gadis berambut putih yang ia temui di perpustakaan kemarin.
(Dua gadis itu... Kalah tidak salah, nama gadis berambut putih itu Kurashina Misaki kan?, lalu yang gadis pirang... Ah sial, aku tidak mengetahui namanya. Ah bodo amat dah, ngapain juga gua mikiran hal ini!)
Semua anak murid kelas 1—2 sampai di lokasinya, lokasi yang akan menjadi tempat pelajaran akan berlangsung, lokasinya adalah Arena latihan.
Sebuah bangunan megah dengan arena luas di pusatnya, dikelilingi oleh tribun penonton yang menjulang tinggi, menciptakan suasana layaknya stadion megah tempat digelarnya final Piala Dunia.
Tetapi ini bukanlah stadion untuk menonton piala dunia, melainkan arena latihan agar Training Battle Sports bisa dijalankan.
Disana, di lapangan mereka sudah berkumpul bersama dengan Bu Miyamura. Bukan hanya anak kelas 1—2 melainkan ada juga senior mereka yaitu dari kelas 2.
"Baiklah, semuanya~ semuanya sudah berkumpul kan? Baiklah, sebelum itu Ibu akan menjelaskan tentang apa itu Training Battle Sports. Training Battle Sports, Sebuah olahraga latihan pertempuran untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan para muridnya untuk bisa mengeluarkan kekuatan yang terpendam di dalam diri masing-masing murid. Entah itu baik ataupun buruk. Baiklah, jika kalian sudah mengerti~ maka senior-senior dari kelas 2—1 kalian akan mengajarkan beberapa hal pada kalian!"
Murid-murid di kelas 1—2 saling berbisik dengan keras "Wah, serius nih kita akan diajari oleh kelas 2?" "Aku tidak sabar melihat mereka bertarung!" "Bukannya kelas 2—1 itu kelas Isurugi Sayumi—san yang terkenal akan kepintarannya saat bertarung?" "Isurugi? Oooh berarti dia kakak perempuan Isurugi—kun kan?" "Iya."
Ya, Isurugi Sayumi, Kakak perempuan Nathankato yang selama hampir tujuh tahun tidak pernah dilihat kembali oleh Nathan.
(Kak Sayumi... Sudah hampir tujuh tahun aku tidak pernah melihatnya.)
Kakak perempuan Nathankato, berambut putih seputih salju dengan warna biru di beberapa bagian rambutnya, bermata sebiru es cerah, memiliki kulit seputih salju, mengenakan pakaian Seragam Akademi yang umum untuk wanita.