Laki-laki dewasa itu maju yang lalu makhluk berbaju zirah itu mengayunkan pedangnya dan ditangkis menggunakan pedang oleh laki-laki dewasa.
Dari bawah pedang makhluk berbaju zirah itu, perempuan kecil mengeluarkan api dari tangannya yang lalu mengulurkannya hingga apinya itu mengenai tubuh dari makhluk berbaju zirah hingga membuat kaki kanannya mundur.
"Haaaaaaaa!"
Listrik keluar dari pedang yang lalu Lelaki dewasa menggerakkan pedangnya untuk menyerang beberapa kali ke tubuh makhluk berbaju zirah, membuat beberapa sayatan listrik berwarna ungu di sekitar tubuhnya dan akhirnya menyetrumnya, dan membuat ia berlutut karena kesakitan.
"Hebat..."ucap Nathan sambil terdiam melihat pemandangan itu.
Makhluk berbaju zirah itu mengerang keras, laki-laki dewasa dan gadis kecil itu bersiap siaga karena ia bisa melancarkan serangannya kapan saja. Kemudian makhluk berbaju zirah itu mengayunkan pedangnya hingga terhentak ke tanah, membuat angin kencang yang dilapisi oleh Listrik-listrik kearah mereka bertiga.
Makhluk berbaju zirah itu seperti membuat sayatan listrik yang ada di tubuhnya menjadi salah satu serangannya yang dipadukan dengan angin kencang. Ia seperti memodifikasi sayatan listrik lawannya menjadi serangan tambahan darinya yang mematikan.
Angin kencang yang dipadukan dengan Listrik itu mengarah kepada lelaki dewasa dan gadis kecil, yang lalu Lelaki dewasa itu menggerakkan tangan kanannya dan mengangkat pedangnya sejajar dengan telapak tangannya, Membuat sebuah penghalang transparan yang melindungi mereka berdua Tapi tidak untuk Nathankato.
"Huh?! Nggh.... GAAAAAAAAAAAAAH!"teriak Nathankato yang terkena serangan listrik itu.
Listrik menyerang setiap bagian tubuh dari Nathankato, membuat Nathankato mengerang kesakitan, Angin Listrik itu terus menerus menyerang Nathankato yang membuat ia tidak bisa berkutik bahkan bergerak sama sekali, karena setiap bagian tubuhnya seperti di lumpuhkan sementara oleh Listrik itu.
Lelaki dewasa dan gadis kecil itu tidak bisa berbuat apa-apa melihat Nathankato yang terus menerus, terkenal listrik itu.
"Tchh.."
Lelaki dewasa itu menggertakan giginya, seakan bahwa ia tidak bisa menahan amarahnya serta menggeram.
"Apakah tidak ada cara yang bisa menyelamatkannya?"
"Kita tidak bisa keluar dari penghalang ini, itu akan sangat beresiko."
"Tapi kita tidak bisa membiarkannya begitu saja—"
"Aku tahu, Fionna! Sebagai ayahnya, aku juga tidak bisa membiarkan anakku terkoyak-koyak oleh listrik yang kubuat sendiri!"ucap lelaki dewasa itu yang memiliki suara seperti ayah dari Nathankato, Yang kecewa dengan perbuatannya sendiri.
Begitu juga dengan gadis kecil itu yang memiliki suara persis seperti Fionna, bahkan lelaki dewasa itu menyebut namanya yaitu Fionna pada gadis kecil itu.
Angin listik itu menghilang, lalu Nathankato berhenti mengerang kesakitan dan terjatuh ketanah lalu pingsan.
"Tch.."
Gadis kecil itu pun keluar dari penghalang transparan itu lalu berlari maju kearah makhluk berbaju zirah.
"Jangan, Fionna!"
Ia menghunuskan belatinya kearahnya, tapi itu sudah jelas tidak mempan, Dengan sayatan listrik saja tidak bisa menghentikannya, apalagi hanya dengan tusukan belati biasa.
Makhluk berbaju zirah menggerakkan Pedang-nya untuk menyerangnya tapi ditangkis oleh lelaki dewasa. "Awas!" Meski tidak bisa terlalu lama untuk ditahan membuat mereka berdua terpental dan terbaring tak berdaya di tanah.
Nathankato hanya terbaring pingsan di sana lalu tiba-tiba...
"Anak yang jarang sekali kutemukan di Eos, Rela mengorbankan diri hanya demi Keinginan untuk mengetahui jawaban yang ia cari."
Suara yang memiliki nada berat, Tapi ini bukanlah suara yang membimbing Nathankato untuk sampai ke kuil.
"Keajaiban akan selalu mendampingi mu, Anak muda, Seperti tandukmu yang berbeda dengan anak kecil biasa, Cobalah untuk menjadi kuat di masa depan, Agar kau pantas untuk menggunakan seluruh kekuatanku, Miracle, Sang Diver keajaiban."
Dari dalam tanah yang Nathankato tiduri, Aura-aura biru muncul dengan partikel-partikel biru yang kecil yang mengelilingi tubuh Nathankato yang masih terbaring.
Lelaki dewasa dan gadis kecil yang melihat itu hanya menatap tak percaya akan adanya Aura-aura biru yang mengelilingi tubuh Nathankato.
"A—apa? Apa yang terjadi?"
Nathankato membuka matanya perlahan dan terkejut melihat dirinya yang dikelilingi oleh Aura-aura biru yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah.
"Apa ini? Dan kenapa aku merasa bahwa rasa sakit sehabis terkena listrik tadi seperti hilang?"
Lalu Nathankato pun berdiri, Melihat itu membuat mereka berdua semakin kebingungan. Makhluk berbaju zirah itu tidak menghiraukannya lalu mengayunkan pedangnya hingga terhentak ke tanah, membuat angin kencang yang dilapisi oleh Listrik-listrik kearah mereka bertiga sekali lagi.
Gadis kecil itu berlindung kembali di penghalang transparan buatan lelaki dewasa. Lalu Angin Listrik itu mengarah kepada Nathankato tapi Aura-aura biru yang mengelilingi tubuh Nathankato itu seperti melindungi tubuhnya dari angin Listrik itu bahkan menghilangkan angin listrik itu.
"Huh? Aura-aura biru ini seperti melindungi ku."ucap Nathankato sambil kebingungan dari wajahnya.
Lalu dari tangan kirinya muncul sebuah lingkaran energi biru yang membentuk sebuah Busur.
"Busur...?"
Nathankato pun mengarahkan busurnya itu pada makhluk berbaju zirah, lalu menarik tali energi busur itu yang membuat sebuah anak panah biru.
"Aku mengerti sekarang, Bersiaplah!"
Lelaki dewasa itu pun berlari menuju ke Nathankato beserta gadis kecil itu, Yang lalu memegang bahu Nathankato—Nathankato kebingungan melihat itu tapi tidak terlalu menghiraukannya—Nathankato menarik anak panah itu sekuat tenaga membuat ujung anak panah itu mengeluarkan cahaya yang seperti siap untuk diluncurkan.
"Haaaaaaaa!"
Nathankato melepaskan tembakan anak panah itu ke arah makhluk berbaju zirah, Lelaki dewasa dan gadis kecil itu menahan agar tubuh Nathankato tetap bertahan tetapi itu tidak terlalu berhasil, mereka terjatuh karena lepasan energi dari tembakan anak panah itu sangatlah besar—Makhluk berbaju zirah itu mengayunkan pedangnya tapi dengan cepat berhenti karena anak panah itu mengenai badannya, membuat sebuah cahaya yang keluar dari tubuhnya beserta partikel-partikel kecil yang berterbangan tak santai di udara, membuat angin kencang.
Yang lalu makhluk berbaju zirah itu meledak diikuti dengan partikel-partikel kecil yang perlahan hilang, Nathankato menutupi matanya dengan tangannya karena angin kencangnya itu.
"A—apakah sudah selesai?"
Nathankato pun berdiri lalu melihat kesekitar, Ternyata dua orang tadi itu sudah menghilang dari tempat kuil itu.
"Mereka sudah menghilang..."
Beserta sebuah bola yang melayang di tempat makhluk berbaju zirah itu meledak, Nathankato pun mendekatinya lalu berdiri depan bola tersebut yang bercahaya, Dia mengambil bola itu.
"Lemparkan lah bola itu ke dalam kolam lava, jika kau ingin mengetahui siapa yang ada di mimpimu."ucap suara misterius itu.
"Aku harus melemparkan bola ini ke kolam lava itu? Baiklah, ini demi Keinginanku untuk mengetahui siapa yang ada di mimpiku itu."
Nathankato melemparkan bola itu kedalam lava, lalu dikagetkan dengan Sambaran petir yang mengelilingi tempat kuil itu, Hingga Nathankato terjatuh.
"Huh?! Ada apa ini???"
Di atas kolam lava itu memunculkan sebuah tubuh anak kecil laki-laki dan membuka matanya sekaligus membuat Nathankato kebingungan dan terdiam menatapnya.
Dia memiliki rambut hitam yang pendek dengan mata coklat dan memakai kaos putih dan celana pendek berwarna hitam. Ia seperti mirip dengan anak yang ada di mimpi Nathankato.
"Kamu... Kamu yang membangunkan ku?"
"Huh? Apa maksudmu?"
"Kamu yang membangunkan ku dari tidurku yang panjang?"
"Tunggu, Jadi maksudmu kau itu tertidur panjang di tempat seperti ini? Emangnya apa yang terjadi padamu?"
"Aku tidak ingat apapun, Aku hanya mengingat kamulah yang membangunkan ku itu saja, Jadi aku akan ikut denganmu."
"Oke... Ini mulai membingungkan. Apakah kamu memiliki nama?"
"Kamu boleh memanggilku nama apa saja. Ngomong-ngomong bagaimana kamu bisa kesini?"
"Aku hanya di bimbing oleh suara misterius di pikiranku, yang menyuruhku untuk mencari goa di hutan dan akhirnya sampai kesini. Kamu serius tidak ingat apapun tentang itu?"
"Aku tidak mengingat apapun, Bahkan aku tidak pernah dengar suara misterius apa itu, yang membimbing mu untuk kesini, Aku hanya mengingat kamulah yang membangunkan ku, itu aja."
"Oke...."
Dia pun turun dan berdiri depan Nathankato.
"Baiklah, Sekarang sepertinya kita harus keluar dari sini terlebih dahulu."
"Baiklah, Aku akan mengikutimu."
Nathankato dan dia pun berlari keluar dari Kuil dan goa itu, Hujan diluar kuil masih belum berhenti bahkan sekarang disertai angin kencang, Kemudian Mereka sampai di hutan dekat rumah Nathankato, Saat Dia ingin melangkah dia dihentikan oleh Nathan.
"Tunggu dulu."
"Kenapa?"
"Sepertinya akan beresiko Jika gua membawa orang asing masuk kedalam rumah tanpa izin, Ayah dan ibu akan memarahiku jika kamu masuk kedalam."
"Terus gimana?"
Nathankato memalingkan wajahnya untuk berpikir kemana ia harus membawa.
"Aha. Gua punya ide."
"Huh? Ide apa?"
"Ikutin gua."
"Kemana?"
"Udah, Ikutin aja."
Nathankato pun melangkah tapi tiba-tiba ada yang menyebut namanya.
"Nathan-sama!"
Langkahnya terhenti ketika mendengarnya, Ia mengenali suara perempuan itu. Didalam hatinya, Nathankato berkata, "Mampus dah gua." Nathankato menoleh kebelakang dan melihat Seorang perempuan berpakaian maid, berambut ungu seperti bunga lavender, mata abu-abu, Ya, Ialah Fionna.
"I—iya? Apa apa ya, Fionna?"
"... .."
Nathankato mengeluarkan suara idiot setelah namanya diteriaki seperti itu. Dari pandangannya, Nathan melihat Fionna yang matanya menyipit, Sedangkan Dia alias anak laki-laki itu hanya diam dengan wajah polos yang tidak tahu apa-apa.
Beberapa menit kemudian, Mereka masih berada di hutan dekat rumah Nathankato, Nathan sudah menjelaskan apa yang terjadi sekarang, Seperti Ia yang mendengar suara misterius di kepalanya, Ke goa yang kemudian menemukan sebuah kuil, Melawan makhluk berbaju zirah, Bertemu dengan Dua orang misterius yang membantunya Dan lain-lain, intinya yang dialami Nathan sekarang lah.