Chereads / Akhir Seri: Akademi Seri Penyelam / Chapter 5 - Chapter 4 —Mencoba Melawan Sang Kemarahan

Chapter 5 - Chapter 4 —Mencoba Melawan Sang Kemarahan

Untungnya Nathankato berhasil menghindarinya, dengan wajah serius, Nathankato pun mengayunkan Gunswordnya keatas yang melukai dada Shunichi hingga mengeluarkan darah dari dadanya.

"Aaaaaaah!"

Shunichi yang kaget karena ia mengeluarkan darah dari dadanya dan berteriak kesakitan. Darahnya jatuh ke lantai satu persatu, ia melindungi dadanya menggunakan tangan kirinya agar tidak keluar semua darahnya.

"Sepertinya sudah terlanjur ya. Kalau begitu biar aku ku bantu pecahkan Animamu!"

"Ja-jangan!"

Shunichi seperti ketakutan, Lalu Nathankato pun bergerak maju dan mengayunkan Gunswordnya beberapa kali ke tubuh Shunichi, Hingga membuat banyak sekali bekas sabetan di tubuhnya yang mengeluarkan banyak sekali darah.

Darah itu memenuhi tubuh Shunichi, Ia menaruh Gunswordnya di depan, sejajar dengan kepala, Lalu menekan pelatuk yang akhirnya menembakan sebuah sinar energi dari lubang di sisi kiri dan kanan Gunswordnya, Hingga Sinar energi itu menembus dada dari Shunichi.

Dan Batu Anima Yang ia bawa di saku celananya pun pecah yang dimana tubuh Shunichi mengeluarkan partikel-partikel kecil biru yang tidak santai. Lalu Semua Luka yang ada di tubuh Shunichi langsung sembuh, itu karena efek dari Anima yang jika pecah akan menyembuhkan kembali orang yang memakai Anima tersebut.

"Pecah satu."

"Eng.. sialan kau, Aku sudah pecah satu, Kalau begitu sekarang kau juga harus pecah satu!"

Nathankato bersiap tapi ia melihat bahwa Shunichi tidak bergerak sama sekali kearahnya, Itu membuatnya heran lalu Shunichi menyeringai licik. Lalu tiba-tiba dari gedung lain-lain dua orang lagi yang memakai senjata api yaitu sniper.

"Apa?!"

Nathankato melihat sekeliling secara cepat dan terkejut melihat kedua orang itu yang seperti mengarahkan snipernya ke arah dia.

"Hahahahaha. Sepertinya kau kebingungan ya, Apakah kita bisa melanjutkan?"

"Hei, apa yang terjadi? Apakah kalian itu bersekongkol?"

"Kalau iya kenapa? Kau ingin mengatakan bahwa itu melanggar aturan? Tidak ada yang mengatakan kalau "tidak boleh bersekongkol" kan, Jadi ini adil."

"Adil bagaimana? Satu lawan tiga itu bukanlah adil, kecuali jika memang dibuat seperti itu."

"Ini adil! Tembak dia, Semuanya!"

Shunichi pun bergerak maju, Sedangkan dua teman dia lainnya menembakkan peluru dari belakang Nathankato. Nathankato pun bergerak kekiri lalu memegang tangan kanan Shunichi lalu mendorongnya hingga melindunginya dari tembakan peluru kedua temannya.

Yang membuat dua peluru itu mengenai tubuh Shunichi yang terkejut dan berkata, "A— apa?" lalu Nathankato pun menendangnya hingga tersungkur, Nathan pun menembak dengan gunsword kedua orang yang memakai sniper itu. Mereka pikir tembakannya itu akan mengenai kepala mereka, tapi ternyata tembakannya itu mengenai senjata mereka hingga meledak.

"Brengsek kau!"

Shunichi bangun kembali lalu mengarahkan pedangnya kearah Nathankato, dengan reaksi yang murni, Gunswordnya diarahkan ke pedang Shunichi untuk ditangkis. Suara gesekan dari kedua senjata ini terdengar oleh mereka sendiri. Mereka pun berbicara sambil mengadu senjata mereka, Kedua tangan mereka getar karena menahan serangan dari masing-masing pihak.

"Hei, Kenapa kau tidak menggunakan gunsword mu yang satunya?"

"Gua berpikir bahwa melawan satu siswa yang bersekongkol itu takut jika sendirian, Karena itulah menggunakan satu gunsword Sepertinya lebih baik ketimbang menggunakan dua gunsword!"

Nathan mendorong keras tangan kanannya yang memegang pedang, Membuat Shunichi mundur satu langkah dan menjatuhkan pedangnya ke kanan, dan tidak di posisi sempurna. Kemudian Nathankato mengarahkan hunusan pedangnya kearah dada beberapa kali, Sehingga membuat luka tebasan banyak yang banyak sekali di tubuh Shunichi. Di tubuhnya pun juga mengeluarkan banyak sekali darah.

Darah itu memenuhi tubuh Shunichi sekali lagi, membuat ia ketakutan dengan nada suaranya yang menegang. Tiba-tiba dari belakang Nathankato suara dari seseorang yang menyalakan lightsaber pun terdengar di telinganya.

"... ..!"

"Rasakan ini!"

Ternyata itu adalah dua orang tadi yang memakai sniper yang ingin menyerangnya, Dengan cepat Nathankato menghindar kemudian menendang kedua orang itu di perut hingga terpental.

Meski begitu, Mereka berdua tetap saja masih berdiri dan tidak menyerah lalu mereka pun kembali bergerak kearah Nathankato dan mengayunkan Pedang mereka.

Nathankato Lalu menekan pelatuk yang akhirnya membuat bilah Gunswordnya bersinar hijau. Ia pun mendorong keras kakinya untuk berladi kearah mereka.

"Haaaaaaaa!"

Dia mengayunkan beberapa kali ke tubuh mereka berdua, Hingga Anima mereka pecah tiga kali yang lalu tiba-tiba mereka seperti menghilang secara tiba-tiba, Lebih tepatnya seperti di teleportasi ke tempat lain.

"Apa?"

Itu membuat Nathankato dan Shunichi seketika Terkejut dan membuka matanya lebar-lebar.

"Mereka ... menghilang? Tidak, Itu lebih seperti di teleportasi oleh orang lain, Tapi kenapa?"

Nathankato pun menaruh Gunswordnya di depan, yang sejajar dengan kepala, Lalu menekan pelatuk yang akhirnya menembakan sebuah sinar energi dari lubang di sisi kiri dan kanan Gunswordnya, Hingga Sinar energi itu menembus kepala dari Shunichi.

Dan sama seperti kedua temannya, mereka menghilang meski itu seperti di teleportasi.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Halo semuanya, Apakah semuanya masih baik-baik saja? Aku harap begitu ya."

Muncul sebuah kotak hologram besar yang menampilkan Tachibana Hayase yang sedang berada di Tempat upacara masuk. Kotak hologram itu muncul secara tiba-tiba di seluruh penjuru map Sanctuary Place.

Rezon yang baru saja menang pertarungan melawan beberapa siswa laki-laki dan perempuan melihat itu, Gadis berambut merah yang sedang bertarung melawan siswa laki-laki lain juga melihat itu, laki-laki berseragam dengan berambut hitam yang sedang dikeroyok juga melihat itu.

"Aku lupa memberi tahu aturannya nih, Aturannya adalah Jika siswa yang pecah satu sampai tiga Anima sesiapapun itu akan langsung di teleportasi ke tempat semula, Dan juga Kalian diperbolehkan untuk bekerjasama, asalkan Diakhir kalian harus bertarung satu sama lain. .... .Tapi Sepertinya aku terlambat memberi tahu ya, Udah ada beberapa siswa laki-laki dan perempuan yang sudah terteleportasi kesini nih, Kalau begitu Berjuanglah ya!"

"Oh jadi itu memang peraturannya ya, Kukira gua sudah membunuh orang secara brutal. Ternyata memang dibolehin. Haduh haduh."

Nathankato menggelengkan kepalanya dengan pelan lalu menghela nafas.

"Baiklah, Kita ke bawah dulu kali ya."

Nathankato pun berjalan ke arah pintu yang menuju lantai bawah.

laki-laki berseragam dengan berambut hitam yang sedang dikeroyok terpental dan mengerang kesakitan karena tubuhnya terhentak ke tembok.

Murid-murid yang mengeroyok laki-laki berambut hitam itu menyeringai kepadanya, Sehingga ia merasa Terintimidasi oleh tatapan mereka.

"Ack!"

"Hei hei, Segitu saja kah Kemampuanmu, Kukira nama Orion itu adalah Nama yang tangguh, Ternyata Lemah."

Dia dikeroyok oleh beberapa siswa yang memakai senjata seperti pedang, Tombak, dan Panah. Siswa yang memakai panah mengarahkan panahnya ke siswa laki-laki yang mereka sebut "Orion". Yah meski itu adalah namanya.

"Kita habisi saja ini orang, Udah mah lemah, dan berkata mau Masuk Diver Series Academy yang notabenenya akan melawan musuh yang kuat? Jangan mimpi kau ya."

Tiba-tiba suara pria yang berat muncul di kupingnya, Dia berbisik dengan suara berat, seolah-olah hanya Orion yang bisa dengar, Meski Siswa yang dihadapi oleh Orion itu memang tidak mendengar apa-apa selain suara dari mereka sendiri.

"(Apakah kau menginginkan kekuatan lebih untuk melawan mereka?)"

"(Tunggu, Siapa kau?)"

"(Sebutkan kata-kata ini, Bangkitlah, Ambition of Wrath, Ambition Hahahahaha!)"

"Bangkitlah, Ambition of Wrath, Ambition!"

"Huh?"

Orion mengucapkan kata-kata yang diucapkan oleh suara di kepalanya, Membuat murid yang mengeroyoknya kebingungan. Tiba-tiba hawa Orion meningkat di sekitar mereka, hingga membuat mereka merasa ketakutan.

Sebuah kapak dengan warna merah hitam muncul yang membuat murid itu menjadi ketakutan tanpa sebab, Padahal tadi mereka itu begitu sombong, Orion berdiri secara perlahan sambil menunduk.

Orion mendongak menatap mereka semua dengan menyeringai.

"Waktunya pembalasan..."

Orion memegang pegangan kapak itu.

"K— kau jangan sombong ya, Mentang-mentang dapat kapal entah darimana, kau jadi kuat huh?"

"Kalau iya kenapa? Ku bantai kalian semua!"

Orion Mendorong keras kakinya untuk berlari ke arah mereka semua, sambil mengayunkan kapaknya dan Dia menyerang tanpa henti, kapaknya menghantam apa pun yang ada di jalurnya dengan kemarahan yang tak terbendung.

Ayunan kapaknya begitu brutal hingga menimbulkan suara retakan keras pada udara di sekitarnya. Hingga membuat beberapa Anima mereka pecah dan mengeluarkan partikel-partikel kecil biru yang tidak santai. Dan beberapa dari mereka juga di teleportasi ke tempat upacara masuk oleh Sanctuary.

"Ack!'

Dengan tawa Orion yang seperti kejam, dia memutar kapaknya dalam gerakan yang tampak acak tetapi mematikan. Lalu menghantamnya ke salah satu orang yang masih hidup hingga Animanya pecah tiga kali dan dia terteleportasi.

Meski tubuh mereka sudah di teleportasi, tapi tidak dengan darah yang sudah melumuri tanah yang Orion pijak.

"Hei kalian yang melihat! Kalian puas kan dengan pembalasan ini? Kalian puas kan karena aku sudah membantu penderitaan kalian... Hahahahahahaha!"

Ia pun tertawa kejam sambil melihat ke langit, dan merentangkan kedua tangannya.

"Hmm... Sudah ya."

Seseorang yang sedang duduk, ia menggunakan sebuah jubah seperti sebuah sekte, ia pun berdiri dari tempat duduknya.

"Berdirinya semuanya!"

Ia berkata pada semua orang di tempat itu yang ada di hadapannya, Yang lalu berdiri karena menanggapinya.

"Orion sudah membangkitkan Divernya, Dan juga yang kulihat adalah, Dia seperti tertawa dengan tanah yang dilumuri oleh darah. Bagaikan orang yang sudah membantai bukan?"

"Ya, Kanuzaki, Apa yang dilakukan Orion adalah hal yang Benar."kata gadis cantik berambut panjang dengan merah-merah di beberapa bagian yang menyeringai licik.

"Biarkan aku selesai bicara dulu, Rin."[ Kanuzaki Shinjiro, Pemimpin Kultus Azi dahaka ]

"Oooh maafkan aku, Kanuzaki."[ Shinosuke Rin, Wakil pemimpin Kultus Azi dahaka ]

"Mari kita sebagai manusia dan Revolt lihat seberapa tangguh kekuatan dari senjatanya itu. Setelah Senja bangkitlah malam..."

"Setelah Senja bangkitlah malam!"

Para pengikutnya mengikuti kata-kata darinya dengan berkata dengan keras.

"Di dalam cahaya pasti ada kegelapan."

"Di dalam cahaya pasti ada kegelapan!"

Itu adalah moto dari Kultus Azi dahaka, Merekalah yang bangkit setelah senja, Dan didalam cahaya ada yang namanya kegelapan.