---
Lila, yang kini berubah menjadi harimau, melompat ke arah Mira, mengejutkannya. "Sekarang, lihat kekuatanku!" Lila menggeram, mencakar udara dengan cakar tajamnya. Dengan kecepatan luar biasa, dia menerjang tanaman-tanaman yang diciptakan Mira, menghancurkan pertahanannya.
"Tidak!" Mira berteriak, mencoba merentangkan tanaman-tanaman yang tersisa untuk menghalau serangan Lila, tetapi serangan itu terlalu cepat. "Kael! Kita butuh bantuan!" Mira memohon.
Kael berusaha mempercepat waktu di sekeliling mereka. "Aku akan memperlambat pergerakannya!" Dia fokus pada Lila, mengulurkan tangannya. Energi waktu mulai bergetar di sekeliling Lila, dan ia merasakan perlambatan gerakan. Namun, kekuatan Lila ternyata lebih kuat dari yang dia kira.
"Percuma! Aku akan menerobos!" Lila mengaum, melompati tanaman yang melambat. Ketika dia mendarat di depan Mira, dia mengayunkan cakarnya, dan tanaman itu hancur lebur.
Sementara itu, Dimas dan Shoko berhadapan langsung dengan Quadraxis. Dimas telah menguasai kekuatan apinya, tetapi makhluk itu tidak menyerah. Quadraxis menghantamkan kepalanya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang membuat Dimas terhuyung.
"Shoko! Gunakan perisai pelindung!" Dimas berteriak, berusaha bangkit dari posisi terjatuh. Shoko segera menciptakan perisai energi di sekeliling mereka.
"Perisai aktif!" Shoko mengumandangkan, dan energi berwarna biru cerah melindungi mereka dari serangan lanjutan Quadraxis. Namun, Dimas tahu bahwa perisai itu tidak akan bertahan selamanya.
"Lakukan serangan gabungan!" seru Dimas, berusaha untuk merencanakan strategi. "Aku akan mengalihkan perhatian, dan kau serang dari samping!"
Shoko mengangguk, mempersiapkan diri. Dimas mengarahkan gelombang api ke arah Quadraxis, sementara Shoko bersiap meluncurkan serangan pelindung. "Sekarang!" Dimas berteriak, melontarkan api dengan semangat.
Api melesat ke arah Quadraxis, tetapi makhluk itu dengan cepat menghindar dan berbalik, menyerang Shoko dengan cakar tajamnya. "Hati-hati!" Dimas berteriak, tetapi terlambat; Quadraxis sudah meluncur ke arah Shoko.
Dengan kekuatan pelindungnya, Shoko berhasil menangkis sebagian serangan, tetapi tetap terlempar mundur. "Aarrghh!" teriak Shoko, merasakan dampak serangan itu.
Di sisi lain, Tim B tidak membiarkan peluang terlewatkan. "Sekarang, kita gabung serangan!" teriak Reno. Dia mengarahkan Quadraxis untuk menyerang Dimas dan Shoko dengan segenap kekuatan. "Serang mereka bersamaan!" serunya, menambahkan semangat.
"Lila, gunakan serangan akhir!" perintah Reno dengan bersemangat.
Lila, masih dalam wujud harimau, melompat ke arah Dimas. "Aku akan memburu kalian!" teriaknya, mencakar udara dengan cakar-cakar yang bersinar. Ketika dia mendekat, Dimas berusaha membalas dengan serangan api, tetapi Lila terlalu cepat.
Lila berhasil melompat lebih tinggi dan menjatuhkan diri ke arah Dimas, mendarat di depannya dan melancarkan serangan. Dimas terpaksa melangkah mundur. "Shoko! Kita harus—"
Namun, sebelum Dimas dapat menyelesaikan kalimatnya, Quadraxis mengalihkan perhatian dengan menghantamkan tangan besarnya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang lebih kuat lagi.
"Bersatu! Kita tidak boleh menyerah!" Dimas berteriak, mencoba memberi semangat pada timnya, tetapi energi di sekitarnya terasa semakin menipis.
"Tim B, ayo!" Reno berteriak, melihat kekuatan Tim A mulai melemah. "Ini kesempatan kita! Gunakan serangan kombo!"
Riko, yang sebelumnya melihat sekeliling dengan cermat, akhirnya mendapatkan ide. "Aku akan menciptakan ilusi dari api dan tanaman! Kita bisa membingungkan mereka!"
Dia segera melancarkan ilusi yang menyerupai gelombang api dan tanaman, menciptakan seolah-olah banyak makhluk menyerang dari berbagai arah. "Serang, tim!" teriak Riko, mengarahkan serangan ke Dimas dan Shoko.
"Tidak! Itu hanya ilusi!" Dimas berteriak, tetapi saat dia mengalihkan pandangannya, Lila sudah menyerang lagi, dan dia tidak sempat menangkis.
Lila mendarat di dekat Dimas dan menyerang dengan cakar tajamnya. "Kau tidak akan bisa menghindar!" teriaknya, menyerang dengan penuh semangat.
Dimas berusaha menghindar, tetapi cakar Lila mengenai lengannya. "Aarrghh!" teriaknya, merasakan sakitnya. Sekarang, dia mulai merasa lemah. "Shoko, kita perlu mundur!"
Tetapi saat mereka mundur, Reno melancarkan serangan terakhir. "Sekarang! Gabungkan kekuatan kita!" Dia mengarahkan Quadraxis untuk menyerang kembali dengan serangan pamungkas.
Quadraxis, dengan semua energi yang tersisa, menyerang Dimas dan Shoko dengan kekuatan yang lebih kuat. "Hancurkan mereka!" Reno berteriak, dan serangan itu meluncur ke arah Dimas.
"Tidak!" Dimas berteriak, berusaha mengeluarkan energi terakhirnya, tetapi tidak bisa lagi. Gelombang energi menghantam mereka, dan serangan itu mengeluarkan suara gemuruh yang menghancurkan.
"Tim A, bersiap!" Shoko berteriak, tetapi perisai pelindung mereka sudah tidak bisa bertahan. Dimas dan Shoko terhempas oleh serangan itu, terjatuh ke tanah dengan keras.
Setelah beberapa saat, ketika debu menghilang, Dimas dan Shoko terbaring tak berdaya di tanah, tidak bisa bergerak. Di sisi lain, Reno dan Tim B bersorak gembira, merayakan kemenangan mereka.
"Ya! Kami menang!" teriak Reno, bangga akan timnya. "Ini adalah pelajaran bagi kalian! Kita harus lebih kuat dan bekerja sama!"
Tim A, meskipun kalah, merasa bangga pada diri mereka sendiri. Dimas, terbaring di tanah, menghela napas dalam-dalam. "Kita masih bisa belajar dari ini," katanya pelan, merasakan semangat di dalamnya. "Kita akan kembali lebih kuat!"
Shoko menepuk pundaknya. "Kita pasti bisa melakukannya, Dimas. Kita hanya perlu belajar dari kekalahan ini."
Setelah beristirahat sejenak, Aruna datang menghampiri mereka. "Kalian telah bertarung dengan hebat. Ini adalah pelajaran berharga. Kemenangan bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah bagaimana kalian bersatu dan bekerja sama sebagai tim."
"Terima kasih, Aruna," Dimas menjawab, meskipun merasa letih, ada harapan baru dalam hatinya. "Kita akan berlatih lebih keras!"
Reno, dengan semangat yang berkobar, melangkah maju ke arah Aruna dan memberikan batu holy kepada aruna
Aruna tersenyum. "Ini baru permulaan. Misi kita masih panjang. Pelajari kekuatan masing-masing dan bagaimana cara menggabungkannya. Seiring waktu, kalian akan menjadi lebih kuat."
Reno dan Tim B berdekatan, mendengarkan. "Kami tidak bermaksud merendahkan, Dimas. Kami ingin kalian tumbuh," kata Reno dengan tulus. "Kami semua adalah teman di sini, dan kita bisa belajar bersama."
Dimas tertegun. "Terima kasih, Reno. Kami memang perlu lebih banyak berlatih. Mari kita semua saling mendukung!"
Tim A dan Tim B saling mengangguk, merasakan semangat persahabatan yang tumbuh. "Kita bisa mengadakan latihan bersama!" saran Kael, wajahnya penuh semangat.
"Dan kita bisa belajar dari pengalaman ini!" tambah Mira. "Kita semua memiliki kekuatan unik, dan jika kita saling mendukung, kita pasti bisa mengalahkan musuh yang lebih besar di masa depan."
Setelah itu, Tim A dan Tim B berkumpul. Mereka mulai mendiskusikan strategi untuk latihan selanjutnya. Setiap anggota menyampaikan ide dan cara masing-masing dalam menggunakan kekuatan, berbagi tips dan trik.
Dimas merasa bangga melihat kerjasama tim yang solid. "Ini adalah awal dari sesuatu yang hebat," pikirnya. "Kita akan menjadi lebih kuat bersama!"
Dengan semangat yang menggebu, mereka melanjutkan diskusi dan perencanaan, tidak hanya untuk melawan musuh, tetapi untuk saling mendukung dalam perjalanan panjang yang menanti mereka di depan.
Ketika matahari mulai terbenam, suasana hangat dan penuh harapan memenuhi arena pelatihan. Mereka menyadari bahwa kekalahan tidak akan menghentikan langkah mereka, tetapi justru memperkuat tekad mereka untuk maju.