Dimas berdiri di tengah lapangan latihan bersama Shoko, Riko, Reno, Mira, dan Kael. Di hadapan mereka, Aruna menatap dengan senyum tipis, mengamati kelompoknya. Sosok Aruna tampak tak tergoyahkan, dengan jubah ungu yang berkibar tertiup angin. Tatapan matanya menantang, membuat semua muridnya sadar bahwa latihan ini tidak akan mudah.
"Aku ingin kalian belajar satu hal hari ini," suara Aruna tegas dan penuh otoritas. "Kalian tidak akan mampu menang jika bertindak sendiri-sendiri. Untuk itu, kalian harus menyusun strategi dan bekerja sebagai tim. Bersatu, kalian bisa melawanku. Tapi jika terpecah, kalian akan jatuh satu per satu.
"Dimas mengerutkan kening, merenungi kata-kata Aruna. Setelah beberapa kali pertarungan, ia mulai menyadari betapa pentingnya bekerja sama. Walaupun masih ada keraguan dalam dirinya, ia tahu bahwa sekarang adalah saatnya untuk memimpin. Ia menatap teman-temannya, merasa bertanggung jawab untuk mengarahkan mereka."Kalian punya lima menit untuk berdiskusi. Gunakan waktu itu dengan bijak," kata Aruna, memberi mereka kesempatan.
Begitu Aruna memberi waktu untuk berdiskusi, Dimas segera mengambil alih. "Kita butuh rencana matang. Aruna bisa menyalin kekuatan kita dan menggunakan sihir. Kita harus menyerang bersama-sama dengan koordinasi yang baik.
"Riko mengangkat tangan, "Aku bisa menggunakan ilusiku untuk mengacaukan pandangannya. Jika dia bingung dengan ilusi, kita bisa mencari celah untuk menyerang.
"Bagus," Dimas mengangguk, "Tapi itu hanya bagian dari rencana. Kita harus menyerangnya dari berbagai sudut.
Reno, kamu bisa memanggil anomali untuk mengalihkan perhatian Aruna."Reno tersenyum percaya diri. "Anomali-anomali itu bisa menahan dia sebentar, tapi jangan berharap mereka bisa bertahan lama.
"Mira kemudian berbicara, "Aku bisa menggunakan tanaman untuk menciptakan perlindungan sementara dan menyerang dari bawah.
"Dan aku bisa memperlambat waktu di sekitarnya," tambah Kael. "Kalau dia bergerak lambat, kita bisa menyerang lebih cepat."Lila, yang mendengarkan dengan serius, akhirnya menambahkan, "Aku bisa berubah wujud jadi sesuatu yang lebih cepat dan kuat, menambah kekacauan di antara ilusi Riko.
"Dimas memandang Shoko, yang sejauh ini belum angkat bicara. "Shoko, kamu bisa melindungi kita dan menyembuhkan jika kita terluka, ya?"Shoko mengangguk. "Aku juga bisa membuat penghalang perlindungan kalau serangan balik Aruna terlalu kuat.
"Dimas merasakan kekuatan dari persatuan mereka. Dia mungkin belum menguasai semua elemennya, tapi dengan teman-temannya di sisinya, ia mulai merasa yakin bisa mengalahkan Aruna.
"Oke, kita mulai dengan ilusi dari Riko, lalu Reno memanggil anomali. Lila, kamu berubah wujud untuk menambah tekanan. Kael, perlahankan gerakannya, dan Mira, siapkan tanaman untuk melindungi kita. Shoko, tetap waspada, siap memberikan perlindungan kapan saja," Dimas menyusun rencana dengan cepat. "Serang dari berbagai arah saat dia lengah.
"Pertarungan dimulai dengan gerakan cepat dari Riko. Ia menciptakan ilusi mereka dalam jumlah banyak, membuat Aruna bingung untuk membedakan mana yang nyata. Aruna mulai mengamati dengan waspada, tetapi ilusi Riko membuatnya lebih sulit untuk fokus.Saat Aruna terganggu, Reno mengambil kesempatan. Ia memanggil dua anomali berbentuk binatang bayangan yang menyerang dari dua sisi.
Aruna melirik ke arah mereka, tetapi sebelum ia bisa bereaksi, Kael memanipulasi waktu di sekitarnya, membuat gerakannya melambat.Lila segera berubah wujud menjadi seekor harimau besar, melesat dengan kecepatan tinggi, menambah kekacauan dalam ilusi yang diciptakan Riko. Aruna mulai tergoyah, terjebak di antara ilusi dan serangan anomali.
"Serang sekarang!" seru Dimas sambil mengangkat tangannya, memanggil angin dan air. Ia menciptakan badai kecil yang berputar di sekitar Aruna, mencoba membatasi gerakannya. Di saat yang sama, Mira mengendalikan tanaman untuk mencengkram kaki Aruna dari bawah, menahan gerakannya lebih jauh.
Namun, Aruna bukanlah lawan yang mudah dikalahkan. Ia melompat ke udara dengan kekuatan sihir, memutar tubuhnya untuk menyalin angin Dimas dan membalikkannya ke arah mereka. Serangan angin balik itu menghantam kelompok Dimas dengan keras, membuat mereka terhempas mundur.
Shoko segera bereaksi, menciptakan penghalang perlindungan yang melingkupi mereka, menyerap sebagian besar serangan balik tersebut. "Kita harus lebih cepat," katanya dengan tenang, meski napasnya tersengal.
Dimas bangkit kembali, merasa sedikit terguncang, tapi semangatnya tak padam. "Kita belum selesai," gumamnya.Riko terus memelihara ilusi, menciptakan kebingungan lebih lanjut. Kael, yang masih memperlambat gerakan Aruna, memberi ruang bagi Reno untuk memanggil lebih banyak anomali. Kali ini, anomali berbentuk singa api muncul, menyerbu ke arah Aruna dengan kekuatan ganas.Mira mengangkat kedua tangannya, dan akar-akar pohon tiba-tiba merobek tanah di sekitar mereka, menjalar dengan cepat untuk menangkap Aruna.
Aruna berusaha melompat menghindar, tetapi gerakannya terlalu lambat karena pengaruh Kael.Dimas melihat kesempatan ini.
"Ini saatnya!" serunya. Ia menggabungkan kekuatan air dan angin, menciptakan badai besar yang mengitari Aruna, menahannya di dalam. Lila, dalam wujud harimau, menyerang dengan kekuatan luar biasa, diikuti oleh anomali-anomali Reno.Aruna, yang kini terperangkap dalam badai dan serangan bertubi-tubi, akhirnya mulai goyah. Namun, ia tetap tersenyum. "Bagus," katanya dengan suara tenang. "Kalian sudah jauh lebih kuat. Tapi belum cukup.
"Dengan satu gerakan cepat, Aruna menggunakan sihir untuk membalikkan keadaan. Ia melepaskan ledakan energi yang memukul mundur semua anomali, ilusi, dan tanaman. Bahkan penghalang Shoko tidak cukup kuat untuk menahan kekuatan penuh Aruna kali ini.Namun, Dimas tidak menyerah. "Serang lagi!" teriaknya. Kali ini, mereka menyerang serentak. Lila berubah kembali menjadi manusia dan menyerang dengan gerakan akrobatik, sementara Reno kembali memanggil anomali baru. Mira memanggil tanaman berduri yang tumbuh cepat untuk menyerang Aruna dari bawah.Riko, dengan penuh konsentrasi, menciptakan ilusi yang lebih besar dan lebih rumit, menutupi seluruh lapangan dengan bayangan yang tak terhitung jumlahnya. Kael terus memperlambat gerakan Aruna, sementara Shoko menjaga perlindungan.
Dimas mengangkat tangannya sekali lagi, memanggil kekuatan air dan angin yang tersisa. Badai besar kembali terbentuk, kali ini lebih kuat dan lebih terarah. Ia meluncurkan badai itu tepat ke arah Aruna, dan kali ini, kekuatan gabungan mereka berhasil.
Aruna terhempas mundur, tubuhnya terbentur keras ke tanah. Setelah beberapa saat, ia bangkit perlahan, senyum bangga menghiasi wajahnya. "Kalian melakukannya," katanya sambil menghela napas. "Kalian bekerja sebagai tim, memanfaatkan kekuatan kalian dengan bijak."Dimas menatap teman-temannya dengan bangga. Mereka berhasil—bukan hanya dalam mengalahkan Aruna, tetapi juga dalam menyatukan kekuatan mereka untuk menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.
Dimas dan teman-temannya masih terengah-engah, tubuh mereka dipenuhi keringat dan luka-luka ringan. Meski begitu, rasa bangga mengalir dalam diri setiap anggota tim. Mereka telah berhasil mengalahkan Aruna, sosok mentor yang sangat kuat, dan hal itu menunjukkan bahwa mereka semakin kompak.
Aruna mendekati mereka, wajahnya masih menampilkan senyum tipis. "Kalian sudah selangkah lebih dekat untuk menjadi pejuang sejati. Namun, ingatlah, kerja tim adalah kunci dalam setiap pertempuran. Tanpa koordinasi yang baik, kekuatan sebesar apa pun takkan berguna."
"Mereka semua mengangguk dan merasa bangga atas apa yg telah di capai".
Dimas menatap teman-temannya satu per satu—Riko dengan ilusinya, Lila yang baru saja kembali dari wujud harimaunya menjadi wujud manusia, Mira yang masih memanipulasi tanaman di sekitarnya, Reno yang baru saja memanggil kembali anomali terakhirnya, Kael yang berhasil memperlambat waktu, dan Shoko yang dengan tenang memberikan perlindungan di saat kritis.
"Terima kasih, semuanya," kata Dimas dengan suara rendah tapi penuh kehangatan. "Kita bisa melakukannya karena kita saling mendukung."
Shoko menepuk pundaknya, tersenyum. "Kita adalah tim".