---
Dimas berdiri di tengah lapangan pelatihan, jantungnya berdegup kencang. Hari ini bukan latihan biasa; ujian kekuatan mereka akan menentukan masa depan mereka sebagai tim. Tekanan semakin terasa saat Arka menjelaskan tantangan yang akan mereka hadapi.
"Selamat pagi, semuanya!" seru Arka, muncul dari balik pepohonan dengan ekspresi serius. "Hari ini, kalian akan diuji. Setiap kelompok akan menghadapi makhluk anomali yang diciptakan oleh kekuatan Reno. Ini bukan hanya soal kekuatan, tapi juga strategi dan ketahanan."
Dimas menatap Shoko di sampingnya. Tatapan mereka saling bertemu, penuh semangat. "Kita harus buktikan kalau kita lebih baik," bisiknya. "Kali ini, kita nggak boleh kalah dari Reno."
Reno berdiri di sisi lain lapangan, tampak percaya diri bersama Lila dan Riko. "Kalian pasti akan kalah lagi. Makhluk yang kalian hadapi adalah yang terkuat," katanya dengan nada mengejek.
Dimas menghela napas, berusaha menenangkan pikirannya. "Kami nggak akan kalah, Reno. Kami akan tunjukkan kalau kami lebih kuat dari sebelumnya," jawabnya penuh tekad.
Arka mulai menjelaskan pembagian kelompok. "Dimas, Shoko, kalian akan berpasangan dengan dua orang ini. Kenalkan, ini Kael dan Mira."
Kael, pemuda berambut perak dan mata biru cerah, melangkah maju dengan aura misterius. Dia memiliki kemampuan untuk memanipulasi waktu—memperlambat atau mempercepat gerakan di sekitarnya, meskipun hanya untuk durasi terbatas. "Saya bisa memperlambat waktu untuk membantu kalian menghindari serangan, atau mempercepat waktu untuk memberikan keunggulan dalam serangan. Tapi hati-hati, durasinya terbatas," jelas Kael dengan serius.
Di samping Kael, Mira, gadis berambut hitam panjang, tersenyum penuh percaya diri. Kekuatan Mira adalah flora—kemampuan untuk mengendalikan tanaman, baik untuk menyerang maupun melindungi. "Saya akan membantu dengan tanaman saya," katanya sambil tersenyum.
Dimas merasa semangatnya terbangkitkan. Dengan kekuatan tambahan ini, mereka bisa jadi tim yang sangat kuat. "Mari buktikan pada Reno kalau kita bisa menang," ujarnya, bersemangat.
Setelah persiapan, Arka memberi sinyal. "Mulai!"
Reno mengangkat tangannya, memanggil makhluk anomali dari dimensi lain. Dari asap gelap, muncul makhluk raksasa berbulu hitam pekat, dengan mata merah menyala dan cakar tajam. Makhluk itu mengeluarkan suara mengerikan, mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Suaranya membuat bulu roma berdiri.
"Ini adalah Anomalus, salah satu ciptaanku yang paling kuat! Siap-siap merasakan kekuatannya!" teriak Reno dengan penuh percaya diri.
Dimas menatap makhluk itu dengan serius. "Kita nggak bisa membiarkan makhluk itu menyerang duluan," gumamnya, lalu menghadap ke timnya. "Siap?"
"Siap!" seru Shoko, Kael, dan Mira bersamaan.
"Mulai!" Dimas memberi sinyal.
Dimas segera memanggil angin kencang, mengarahkannya ke Anomalus. Angin berputar cepat, menyerang makhluk itu dan mendorongnya mundur.
Namun, Anomalus segera melawan dengan melompat ke arah mereka, cakar tajam bersinar gelap siap menghantam.
"Shoko, perisai!" teriak Dimas.
Shoko langsung merespons, mengangkat tangannya. "Perisai pelindung!" Sebuah perisai transparan muncul di depan mereka, menahan serangan cakar Anomalus yang menghantam dengan keras. Meskipun perisai itu goyah, Shoko tetap berusaha mempertahankannya.
"Kael, bantu kami!" teriak Dimas.
Kael segera memfokuskan energinya. "Memperlambat waktu!" Seketika, gerakan Anomalus melambat, memberi mereka kesempatan untuk menyerang tanpa terpengaruh serangan. Makhluk itu terlihat seolah terjebak dalam sebuah mimpi buruk.
"Luar biasa!" Dimas terkejut. "Shoko, kamu bisa sembuhkan kita sekarang!"
"Perisai dan pemulihan!" Shoko mengucapkan mantra, menciptakan lapisan perlindungan tambahan sekaligus menyembuhkan luka kecil yang mulai muncul di tubuh mereka.
"Tanaman, datanglah!" Mira memanggil tanaman dari tanah. Dengan cepat, tanaman merambat muncul dan melilit kaki Anomalus, memperlambat gerakannya lebih jauh.
"Sekarang, Dimas!" Mira memberi sinyal.
Dimas memanfaatkan kesempatan ini untuk melancarkan serangan. "Ayo, kita serang bersama! Angin dan air!"
Dimas memanggil kekuatan angin dan air, meluncurkan serangan terarah ke Anomalus. Gelombang air besar menghantam makhluk itu dengan kekuatan dahsyat, mengguncang tanah di bawahnya.
Namun, Anomalus, dengan kekuatan luar biasa, mulai melawan. Makhluk itu mengeluarkan suara mengerikan, menciptakan gelombang energi gelap yang meluncur ke arah mereka. "Kalian tidak akan bisa mengalahkanku begitu saja!" raungnya, dan serangan balasan membuat tanah bergetar hebat.
"Kael, bantu kami!" teriak Dimas.
Kael segera merespons. "Mempercepat waktu!" Dia menggunakan kekuatannya untuk mempercepat gerakan Dimas dan Shoko, memberi mereka kecepatan untuk menghindari serangan itu. Dimas merasa seolah-olah waktu berputar lebih cepat, memungkinkan mereka melompat dengan lincah. Dengan keberanian yang membara, Dimas berlari ke sisi Anomalus, menghindari cakar besar yang menghancurkan tanah.
"Bagus! Sekarang, Mira!" Dimas memberi sinyal.
Mira mengangguk, memanggil lebih banyak tanaman untuk menyerang. "Tanaman, serang sekarang!" Ratusan akar dan dahan meluncur menuju Anomalus, melilit tubuh makhluk itu semakin erat. Anomalus mengeluarkan suara mengerikan, berjuang keras untuk melepaskan diri.
"Dimas, kita harus serang bersamaan!" Shoko berkata, matanya berbinar dengan semangat.
"Baiklah! Semua siap?" Dimas memberi sinyal.
Dengan kombinasi kekuatan elemen, waktu, dan flora, mereka melancarkan serangan terakhir ke arah Anomalus. Dimas merasakan energi dan semangat timnya bersatu. "Ayo, semua! Sekarang!" Dimas berteriak, dan serangan terkoordinasi diluncurkan.
Kael memfokuskan energinya. "Mempercepat waktu!" Dia mempercepat semua gerakan, memberikan kekuatan lebih pada setiap serangan. Dalam sekejap, Dimas, Shoko, dan Mira bergerak seperti bayangan, menghantam Anomalus dengan serangan beruntun yang luar biasa.
Dimas menggunakan kekuatan angin untuk memutar dan meluncurkan gelombang air yang dahsyat. Shoko menciptakan perisai pelindung di depan Dimas, melindunginya dari serangan balasan, sementara Mira memanggil tanaman untuk menghantam makhluk itu dari segala arah. Dengan satu serangan terakhir, bola air besar menghantam Anomalus, sementara tanaman yang melilit makin kuat, dan makhluk itu jatuh ke tanah, mengeluarkan suara terakhir sebelum menghilang dalam asap hitam.
"Luar biasa!" Dimas berteriak, merasakan adrenalin mengalir dalam dirinya. Namun, kegembiraan itu hanya sesaat. Reno tetap terlihat tidak terpengaruh oleh kekalahan makhluknya.
"Kalian mungkin menang hari ini, Dimas, tapi ini belum berakhir. Kekuatan sejati akan segera datang," katanya dengan nada meremehkan. "Ini baru permulaan."
Dimas menatap Reno dengan tegas. "Kami akan terus berlatih dan tumbuh. Kami nggak akan berhenti hanya karena satu kekalahan."
Arka mendekati mereka. "Kalian sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Ingat, ini baru awal. Kekuatan sejati datang dari kerja sama dan kepercayaan satu sama lain."
Shoko mengangguk setuju. "Kita harus terus berlatih bersama. Kita bisa jadi lebih kuat jika kita bersatu."
Kael dan Mira saling pandang dan mengangguk. "Kami akan berlatih bersama kalian," Kael berjanji.
Dimas merasa penuh harapan. Meskipun tantangan masih ada di depan, dia tahu dengan dukungan teman-temannya, mereka bisa mengatasi apa pun yang datang. "Mari kita berlatih dan siap untuk apa pun yang akan datang!"
Dengan semangat yang membara, mereka melanjutkan latihan, siap menghadapi ancaman yang akan datang. Dimas kini memiliki dua rekan baru yang akan berjuang bersamanya ke depannya.