Chereads / Murim to Cultivation: The Ascension / Chapter 33 - Bab 34: Perlindungan Sementara

Chapter 33 - Bab 34: Perlindungan Sementara

Setelah insiden dengan para bandit, Jiang Chen melanjutkan perjalanannya melewati jalanan berbatu di pegunungan. Langit yang tadinya cerah mulai diselimuti awan gelap, dan angin dingin bertiup kencang. Tak lama kemudian, rintik hujan mulai turun, semakin lama semakin deras.

Jiang Chen menyipitkan mata, mempercepat langkahnya sambil mencari tempat berteduh. Ia tidak takut basah, tetapi hujan lebat di daerah pegunungan bisa berbahaya, terutama jika disertai badai.

Setelah berjalan beberapa saat, matanya menangkap sebuah gua di sisi tebing. Tanpa ragu, ia segera menuju ke sana dan masuk ke dalamnya.

Gua itu cukup luas, dengan langit-langit tinggi dan lantai berbatu yang sedikit lembap. Jiang Chen berjalan lebih dalam untuk menghindari cipratan air hujan yang tertiup angin. Ia menyalakan api kecil dengan batu api yang dibawanya, lalu duduk bersila untuk beristirahat.

Suasana di dalam gua hening, hanya terdengar suara rintik hujan yang jatuh di luar. Jiang Chen menutup matanya, merasakan sisa energi pertempuran sebelumnya.

'Aku harus terus meningkatkan kekuatanku…' pikirnya dalam hati.

Tiba-tiba, ia merasakan kehadiran sesuatu di dalam gua. Matanya terbuka, dan ia segera berdiri dengan waspada.

Di sudut gua yang lebih dalam, terdengar suara gemerisik pelan. Jiang Chen menyipitkan mata, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan kegelapan.

"Apa ada seseorang di sana?" tanyanya dengan suara tenang.

Namun, yang ia temukan bukanlah manusia—melainkan sepasang mata kuning yang bersinar dalam kegelapan. Sesaat kemudian, seekor binatang buas dengan bulu hitam keabu-abuan melangkah keluar dari bayangan.

Itu adalah serigala gunung, tubuhnya besar dan penuh luka, seolah baru saja bertarung dengan sesuatu. Nafasnya berat, dan matanya menatap Jiang Chen dengan kewaspadaan yang sama.

Jiang Chen tetap diam, tidak langsung menyerang. Ia bisa merasakan bahwa serigala ini dalam keadaan terluka parah. Jika ia ingin menyerangnya, itu bukanlah tantangan.

Namun, hewan itu tidak menunjukkan niat menyerang lebih dulu.

Jiang Chen menghela napas pelan, lalu mengambil beberapa ramuan penyembuh dari kantongnya. Ia tidak tahu mengapa, tetapi melihat serigala yang sekarat ini mengingatkannya pada dirinya sendiri—seseorang yang bertahan hidup di dunia yang keras.

Perlahan, ia menaruh ramuan itu di lantai gua dan mundur beberapa langkah.

"Jika kau masih ingin hidup, makanlah ini," katanya singkat.

Serigala itu menatapnya curiga, tetapi setelah beberapa saat, ia akhirnya mendekat dan mulai menjilat ramuan tersebut.

Jiang Chen hanya tersenyum kecil dan kembali duduk. Ia tidak tahu apakah serigala ini akan tetap menjadi musuh atau mungkin sesuatu yang lain, tetapi untuk saat ini, ia hanya ingin beristirahat dan menunggu hujan reda.

Malam itu, di dalam gua yang sunyi, manusia dan binatang saling mengamati dalam diam, masing-masing bertahan dalam dunia yang penuh bahaya.