Chereads / Murim to Cultivation: The Ascension / Chapter 28 - Bab 29: Bayang-Bayang yang Semakin Mendalam

Chapter 28 - Bab 29: Bayang-Bayang yang Semakin Mendalam

Setelah pertempuran dengan Liu Feng, Jiang Chen merasa lebih yakin dengan kemampuannya. Namun, meskipun ia berhasil mengatasi tantangan itu, hatinya tidak bisa sepenuhnya tenang. Ia tahu bahwa Baiyun Sect tidak hanya menghadirkan ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam. Persaingan antara murid-murid di dalam sekte semakin intens, dan meskipun ia telah mengalahkan Liu Feng, ada banyak orang lain yang lebih kuat dan lebih berpengalaman. Tidak ada tempat untuk beristirahat di dunia ini, apalagi jika ia ingin mempertahankan kemajuan yang telah ia capai.

Namun, setelah pertempuran itu, sesuatu yang lebih besar mulai terungkap. Di balik kedamaian Baiyun Sect yang tampak di permukaan, ada kekuatan gelap yang semakin meresap ke dalam setiap sudut sekte. Jiang Chen merasakan getaran Qi yang tidak biasa di udara, seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu keseimbangan dunia ini.

Pada suatu malam yang sunyi, ketika Jiang Chen sedang berlatih di ruang kediamannya, seseorang mengetuk pintu. Suara ketukan itu lembut, namun tajam, seolah-olah mengandung pesan tersembunyi.

Jiang Chen membuka pintu, dan di sana berdiri seorang wanita muda dengan wajah yang anggun. Wanita itu mengenakan pakaian hijau muda, dan ada kesan misterius yang menyelimutinya. Wajahnya tampak tenang, tetapi matanya mengandung sesuatu yang dalam—sebuah rahasia yang belum terungkap.

"Jiang Chen," wanita itu menyapa dengan suara lembut namun penuh makna. "Aku tahu kamu memiliki potensi besar, tapi kamu juga perlu tahu bahwa di dalam Baiyun Sect ada kekuatan yang ingin menguasai semuanya."

Jiang Chen menatapnya dengan tajam. "Siapa kamu?"

Wanita itu tersenyum tipis. "Nama saya Mei Ling. Aku seorang murid dari faksi yang lebih kecil di Baiyun Sect. Aku datang untuk memberimu peringatan."

"Perhatian?" Jiang Chen mengulang. "Apa yang sedang terjadi di sini?"

Mei Ling melangkah masuk, matanya mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan sebelum berbicara lagi. "Baiyun Sect bukan sekadar sekte tempat berkultivasi. Ada lebih dari sekadar persaingan antara murid. Ada kekuatan-kekuatan yang jauh lebih besar yang bermain di balik layar. Beberapa faksi di dalam sekte ini sudah lama memiliki ambisi untuk mengambil alih kontrol penuh."

Jiang Chen mendengarkan dengan seksama, mencoba mencerna kata-kata Mei Ling. "Apa hubungannya itu dengan aku?"

Mei Ling menghela napas, lalu duduk di dekatnya. "Faksi-faksi besar di Baiyun Sect telah mengidentifikasi dirimu sebagai ancaman potensial. Kekuatan yang kamu miliki, meskipun masih muda, sudah cukup untuk menarik perhatian mereka. Dan beberapa di antaranya tidak akan segan-segan untuk menggunakan segala cara untuk menjatuhkanmu."

Jiang Chen menahan napas sejenak. "Aku hanya berlatih untuk menjadi lebih kuat. Aku tidak ingin terlibat dalam intrik mereka."

Mei Ling menggelengkan kepala. "Kamu sudah terlibat lebih dalam daripada yang kamu kira. Semua yang terjadi di Baiyun Sect—semua intrik dan permainan kekuasaan—pada akhirnya akan mempengaruhi hidupmu. Pilihanmu untuk tidak terlibat mungkin membuatmu aman untuk sementara, tetapi akan semakin sulit untuk tetap terlepas."

Jiang Chen merasa ketegangan mulai merayap di dalam dirinya. Apa yang Mei Ling katakan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Ia tahu bahwa semakin dalam ia terjun ke dunia ini, semakin banyak orang yang akan melihatnya sebagai ancaman atau alat untuk mencapai tujuan mereka.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya, matanya tidak lepas dari wajah Mei Ling.

Mei Ling berdiri dan berjalan menuju jendela, menatap langit malam. "Kamu harus lebih berhati-hati. Baiyun Sect memiliki lebih banyak rahasia daripada yang kamu tahu. Jika kamu ingin bertahan hidup, kamu harus siap untuk menghadapi permainan kekuasaan ini, meskipun itu berarti kamu harus mengorbankan banyak hal."

Jiang Chen mengangguk, meskipun dalam hatinya ada keraguan. Ini adalah jalur yang berbahaya, dan ia sudah merasa terjebak dalam pusaran yang semakin dalam. Tetapi satu hal yang ia tahu—ia tidak akan mundur. Keinginan untuk menjadi lebih kuat, untuk mengendalikan takdirnya sendiri, jauh lebih besar daripada rasa takutnya akan bahaya.

"Aku akan berhati-hati," jawabnya dengan tegas. "Terima kasih atas peringatanmu, Mei Ling."

Mei Ling menatapnya satu terakhir kali, lalu dengan langkah tenang meninggalkan ruangan. Ketika pintu tertutup, Jiang Chen kembali duduk, matanya kosong sejenak, berpikir tentang kata-kata yang baru saja ia dengar.

Dunia ini penuh dengan intrik, dan semakin ia bergerak maju, semakin dalam ia terjerat dalam permainan kekuasaan yang tak terhindarkan. Tetapi di dalam hatinya, Jiang Chen tahu satu hal—untuk mengendalikan takdirnya sendiri, ia harus menjadi lebih kuat dari siapapun yang mencoba menundukkannya.

Dengan tekad yang semakin kuat, ia kembali melanjutkan latihan kultivasinya, bersiap menghadapi apa pun yang datang. Karena baginya, hanya yang kuat yang bisa memilih jalan hidupnya sendiri.