Chereads / Murim to Cultivation: The Ascension / Chapter 24 - Bab 25: Kekuatan yang Tersembunyi

Chapter 24 - Bab 25: Kekuatan yang Tersembunyi

Jiang Chen duduk bersila di kediamannya, melanjutkan latihan kultivasinya dengan fokus yang tak tergoyahkan. Bayangan pertemuan di taman terpencil itu masih terngiang di pikirannya. Meskipun ia telah menolak tawaran pria berjubah hitam itu, perasaan cemas tetap menggantung di dalam hatinya. Ada sesuatu yang lebih besar sedang bergerak di dalam Baiyun Sect, dan meskipun ia memilih untuk tidak terlibat, ia tahu bahwa pilihan itu mungkin tidak akan pernah sepenuhnya berada di tangannya.

Angin malam yang sejuk meniup melalui jendela terbuka, membawa ketenangan sejenak ke dalam hatinya yang gelisah. Tetapi, perasaan bahwa segala sesuatunya sedang berkembang di luar kendali membuatnya terus terjaga, bahkan ketika matanya hampir terpejam.

Keheningan malam itu tiba-tiba terpecah dengan suara langkah kaki yang datang mendekat. Jiang Chen membuka matanya perlahan, merasa ada seseorang yang mendekat. Dalam sekejap, sosok itu muncul di ambang pintu—Lin Yue, wanita yang sempat memberi peringatan kepadanya sebelumnya.

"Jiang Chen," ucap Lin Yue dengan suara rendah namun tegas. "Aku tahu apa yang terjadi. Dan aku tahu apa yang kau tolak tadi malam."

Jiang Chen menatapnya dengan bingung, tetapi tidak berkata apa-apa. Ia tahu Lin Yue tidak akan datang tanpa alasan.

Lin Yue melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. "Aku tahu keputusanmu, dan aku menghormatinya. Namun, kau perlu tahu bahwa meskipun kau menolak mereka, itu tidak akan membuatmu aman. Baiyun Sect lebih rumit dari yang bisa kau bayangkan."

Jiang Chen mengangkat alis. "Apa maksudmu?"

Lin Yue duduk di dekatnya, tatapannya serius. "Ada lebih dari satu pihak yang berusaha untuk menguasai Baiyun Sect. Pria berjubah hitam yang kau temui bukanlah satu-satunya yang bergerak di balik layar. Ada faksi-faksi lain yang tidak akan segan-segan untuk menghabisi siapa saja yang menghalangi mereka."

"Dan kau?" tanya Jiang Chen, menatapnya tajam. "Dari pihak mana kamu?"

Lin Yue tersenyum tipis, meskipun ada kesan ketegangan di wajahnya. "Aku tidak berada di pihak manapun. Aku hanya ingin melihat Baiyun Sect bertahan. Dan untuk itu, aku harus memastikan bahwa mereka yang memiliki ambisi gelap tidak akan merusak segalanya."

Jiang Chen tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semua yang baru saja ia dengar semakin mengonfirmasi bahwa perjalanannya di Baiyun Sect tidak akan semudah yang ia bayangkan.

"Tapi, ada satu hal yang harus kau pahami, Jiang Chen," lanjut Lin Yue. "Baiyun Sect ini bukan sekadar tempat berkultivasi. Ini adalah tempat di mana nasib dunia ini bisa diputuskan. Mereka yang berkuasa di sini memiliki kemampuan untuk mengubah jalannya sejarah."

Jiang Chen merasakan tekanan dalam kata-kata itu. Ini lebih dari sekadar sekte tempat ia berlatih. Di balik tirai kedamaian yang terlihat, ada perang besar yang sedang berkecamuk, dan Baiyun Sect hanyalah salah satu medan pertempurannya.

"Jika kau ingin terus maju, kau harus siap menghadapi lebih banyak hal dari yang kau bayangkan. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam permainan kekuasaan ini," pesan Lin Yue dengan tegas.

Jiang Chen duduk lebih tegak, merenungkan kata-kata Lin Yue. Keputusannya untuk menolak tawaran pria berjubah hitam mungkin sudah benar, tapi ia tahu bahwa jalan yang ia pilih kini akan penuh dengan tantangan yang lebih besar. Setiap langkahnya akan diawasi, dan setiap pilihan yang ia buat bisa berbalik melawan dirinya.

Namun, di dalam hatinya, tekad itu tidak goyah. Ini adalah jalannya, dan ia akan berjalan sampai ujung, tidak peduli betapa gelap dan berbahayanya jalan itu.

"Terima kasih atas peringatanmu, Lin Yue," jawab Jiang Chen akhirnya. "Aku akan mengingatnya."

Lin Yue berdiri dan memberi anggukan kecil. "Jangan terlalu naif, Jiang Chen. Dunia ini tidak memberi banyak kesempatan kedua."

Dengan itu, Lin Yue keluar dari ruangan, meninggalkan Jiang Chen dengan pikirannya yang semakin terfokus. Ia kembali duduk bersila, melanjutkan latihan kultivasinya, menyadari bahwa setiap langkah yang ia ambil ke depan akan membawa konsekuensi besar—baik bagi dirinya maupun dunia yang ada di sekitarnya.

Kekuatan adalah kunci untuk menentukan nasibnya sendiri. Dan Jiang Chen tahu, hanya dengan menjadi lebih kuatlah ia bisa mengendalikan jalan hidupnya.