Di dalam aula yang dipenuhi aura gelap, Shen Wei dan murid-muridnya bersiap menghadapi dua pengawal kuat dari Mo Xuan—Jiang Kui dan Luo Yan. Keduanya memancarkan kekuatan yang luar biasa, membuat suasana semakin menegangkan.
"Jangan meremehkan mereka," ujar Shen Wei kepada murid-muridnya. "Jangan gegabah, tapi jangan takut."
Mei Er mengangguk, tatapannya serius. Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang pun menggenggam senjata mereka dengan erat.
Jiang Kui menyeringai, mengangkat kapak raksasanya yang bersinar dengan aura hitam. "Aku akan menghancurkan kalian hanya dengan satu tebasan!"
Di sisi lain, Luo Yan menghunuskan pedangnya, kilatan tajam di matanya menunjukkan betapa mematikannya dia. "Cepatlah menyerah, kalian tidak akan menang."
Tanpa peringatan, Jiang Kui melompat ke depan dengan kecepatan luar biasa, mengayunkan kapaknya ke arah Shen Wei dan murid-muridnya.
"HATI-HATI!" seru Mei Er.
Shen Wei dengan sigap mengangkat Pedang Surgawi dan menahan serangan itu. Benturan antara pedang dan kapak menciptakan gelombang energi yang membuat seluruh ruangan bergetar.
"Kuat sekali…" gumam Chen Guang saat dia mundur beberapa langkah.
Sementara itu, Luo Yan melesat ke arah Lin Xia dan Yu Lan, pedangnya bergerak dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata biasa.
Lin Xia dan Yu Lan segera bekerja sama, menghindari setiap tebasan yang diarahkan kepada mereka. Yu Lan menggunakan teknik bayangan untuk menghilang sesaat, sementara Lin Xia membalas dengan serangan es yang membekukan udara di sekitarnya.
Namun, Luo Yan hanya tersenyum dingin dan menangkis serangan mereka dengan mudah.
"Kalian harus berusaha lebih keras dari ini," katanya sebelum menyerang dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Di sisi lain, Shen Wei mulai meningkatkan kekuatannya. Dia mengayunkan Pedang Surgawi, melepaskan gelombang energi suci yang menghantam Jiang Kui dengan keras.
Namun, Jiang Kui hanya tertawa. "Itu saja? Aku lebih kuat dari yang kau kira!"
Dia menghantam tanah dengan kapaknya, menciptakan gelombang kejut yang mendorong Shen Wei beberapa langkah ke belakang.
"Senior, kami akan membantumu!" seru Mei Er.
Namun, sebelum dia bisa bergerak, Mo Xuan yang duduk di atas takhta hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Tidak perlu. Biarkan mereka bertarung. Aku ingin melihat seberapa jauh mereka bisa melawan sebelum mereka menyerah pada kegelapan."
Mei Er menggertakkan giginya. "Aku tidak akan membiarkan mereka kalah!"
Dengan tekad yang membara, dia mengaktifkan teknik terkuatnya. Udara di sekelilingnya membeku, dan energi es yang luar biasa mulai berkumpul di tangannya.
"Senior, aku tidak akan membiarkanmu bertarung sendirian!"
Shen Wei tersenyum tipis. "Baiklah. Kalau begitu, ayo kita akhiri ini bersama-sama."
Jiang Kui dan Luo Yan menyadari bahwa lawan mereka mulai meningkatkan kekuatan. Mereka pun bersiap untuk bertarung dengan lebih serius.
"Menarik," kata Luo Yan. "Kalau begitu, kita juga tidak akan menahan diri lagi!"
Pertempuran pun semakin memanas. Shen Wei dan murid-muridnya harus menggunakan semua kemampuan mereka untuk mengalahkan musuh yang ada di depan mereka.
Namun, di balik itu semua, Mo Xuan hanya duduk di takhtanya, menonton dengan senyuman licik di wajahnya.
"Mari kita lihat, seberapa jauh kalian bisa bertahan..."