Chereads / Gods Reincarnation: Eternal Cultivator / Chapter 25 - Bab 24: Menuju Perjalanan Takdir

Chapter 25 - Bab 24: Menuju Perjalanan Takdir

Shen Wei dan murid-muridnya kini telah mengambil keputusan besar. Mereka tidak akan bersembunyi atau menunggu ancaman datang. Mereka akan maju dan menghadapi Mo Ling serta kekuatan kegelapan yang mengancam dunia.

Setelah kejadian kemarin, di mana utusan Mo Ling datang menguji kekuatan mereka, Shen Wei tahu bahwa waktu semakin mendesak.

Pagi itu, di dalam lembah yang menjadi tempat latihan mereka, Shen Wei berdiri di tengah lapangan terbuka. Murid-muridnya berkumpul di sekelilingnya, masing-masing dengan ekspresi serius.

"Perjalanan ini tidak akan mudah," Shen Wei membuka percakapan. "Sebelum kita berangkat, aku ingin memastikan bahwa kalian siap menghadapi pertempuran yang jauh lebih berat daripada sebelumnya."

Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang saling bertukar pandang sebelum mengangguk serempak.

"Kami sudah siap, Senior!" jawab mereka dengan suara penuh keyakinan.

Shen Wei tersenyum tipis. "Baiklah. Kalau begitu, kita akan melakukan satu ujian terakhir. Aku akan melawan kalian semua sekaligus. Tunjukkan kepadaku bahwa kalian benar-benar siap!"

Murid-muridnya terkejut, tetapi mereka tidak mundur.

"Baik, Senior!"

Lin Xia dan Yu Lan bergerak pertama. Dengan gerakan cepat, mereka menghunus pedang mereka dan menyerang Shen Wei dari dua arah.

"Bagus!" Shen Wei menangkis kedua pedang itu hanya dengan satu tangan, tetapi sebelum dia bisa menyerang balik, Chen Guang sudah melompat ke udara dan mencoba menyerangnya dengan tinju yang dipenuhi energi spiritual.

Shen Wei melompat mundur, menghindari serangan itu dengan mudah.

Namun, saat dia mendarat, Mei Er sudah menunggunya. Dengan gerakan halus, dia membentuk formasi energi di sekeliling Shen Wei, menciptakan jebakan spiritual.

Shen Wei tersenyum. "Bagus, Mei Er. Kamu sudah berkembang pesat."

Namun, itu belum cukup untuk menjebaknya. Dengan satu dorongan energi dari tubuhnya, formasi itu pecah, dan dalam sekejap, Shen Wei menghilang dari tempatnya.

"Apa?!" Yu Lan terkejut.

Dalam sekejap mata, Shen Wei sudah berada di belakang mereka.

"Terlalu lambat."

Dengan satu gerakan ringan, dia menyentuh bahu masing-masing muridnya, dan dalam sekejap, mereka terdorong ke belakang oleh kekuatan yang lembut, tetapi cukup kuat untuk membuat mereka kehilangan keseimbangan.

Mereka semua terjatuh ke tanah.

Shen Wei tertawa kecil. "Kalian sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Tetapi masih ada banyak yang harus dipelajari."

Meskipun kalah, murid-muridnya tersenyum bangga.

"Kami akan terus berlatih, Senior!"

Shen Wei mengangguk. "Bagus. Sekarang, kita bersiap untuk berangkat."

Setelah mengumpulkan semua perbekalan yang mereka butuhkan, Shen Wei dan murid-muridnya mulai perjalanan mereka menuju Istana Kegelapan, tempat di mana Mo Ling berada.

Menurut informasi yang mereka dapatkan, perjalanan ke sana akan melewati Lembah Seribu Bayangan, sebuah tempat yang terkenal dengan ilusi dan jebakan berbahaya.

Saat mereka memasuki lembah itu, mereka langsung merasakan ada sesuatu yang aneh.

Kabut tebal menyelimuti seluruh area, dan suara-suara aneh bergema dari berbagai arah.

"Berhati-hatilah. Jangan percaya dengan apa yang kalian lihat atau dengar," Shen Wei memperingatkan.

Mereka berjalan perlahan, tetap dalam formasi ketat. Tetapi setelah beberapa menit, sesuatu yang aneh mulai terjadi.

"Senior… di sana…" Mei Er menunjuk ke depan dengan mata terbelalak.

Di kejauhan, mereka melihat sesosok pria yang sangat familiar.

Itu adalah… Shen Wei.

Tetapi bagaimana mungkin? Shen Wei sendiri masih berdiri di samping mereka.

Tiba-tiba, bayangan itu berbicara. "Kalian semua… kenapa mengikuti orang ini? Dia bukan Dewa yang kalian kira!"

Mei Er dan yang lainnya terdiam.

"Itu hanya ilusi," Shen Wei berkata dengan tenang. "Jangan biarkan itu mempengaruhi kalian."

Namun, ilusi itu semakin mendekat, dan tiba-tiba berubah bentuk menjadi Mo Ling.

"Shen Wei… aku sudah menunggumu…"

Suara itu terdengar begitu nyata, dan tiba-tiba kabut semakin tebal.

"Hati-hati! Ini jebakan!" Shen Wei berteriak.

Tetapi semuanya sudah terlambat. Kabut itu menyelimuti mereka semua, dan dalam sekejap… mereka terpisah.

Saat kabut menghilang, Shen Wei menemukan dirinya berdiri sendirian di sebuah tempat yang gelap.

"Dimana aku…?"

Dia menatap sekeliling, tetapi tidak ada apa-apa selain bayangan dan kegelapan.

Tiba-tiba, sebuah suara bergema di dalam pikirannya.

"Shen Wei… apakah kau yakin bisa melindungi mereka?"

Shen Wei terdiam.

"Mei Er… Lin Xia… Yu Lan… Chen Guang… mereka semua terlalu lemah. Pada akhirnya, mereka akan mati."

"Tidak," Shen Wei menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Bayangan itu tertawa. "Kau tidak bisa menghindari takdir, Shen Wei. Kau adalah Dewa, tetapi mereka hanya manusia biasa."

"Mereka lebih dari sekadar manusia biasa!" Shen Wei menghunus Pedang Surgawinya. "Dan aku akan membuktikannya!"

Cahaya ilahi bersinar dari pedangnya, dan dalam sekejap, kegelapan itu mulai menghilang.

Sementara Itu, Mei Er…

Di tempat lain, Mei Er juga terjebak dalam ilusi.

Dia melihat Shen Wei… tetapi bukan Shen Wei yang dia kenal.

"Mei Er… mengapa kau mengikutiku? Aku tidak membutuhkanmu."

Mei Er terkejut. "Senior… apa maksudmu?"

"Kau hanya beban. Kau tidak cukup kuat untuk bertarung di sisiku."

Air mata mengalir di wajah Mei Er.

"Tidak… aku tidak percaya ini!"

"Kau harus menyerah, Mei Er. Pergilah. Lupakan aku."

Mei Er mengatupkan tangannya erat-erat. "Tidak! Aku tidak akan pergi!"

Dia menutup matanya, mengatur napasnya, dan membiarkan hatinya memandu pikirannya.

"Ini hanya ilusi… Aku tahu bahwa Senior tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu."

Saat dia membuka matanya, ilusi itu menghilang.

Di depannya, Shen Wei yang asli muncul, tersenyum padanya.

"Kau berhasil, Mei Er."

Mei Er berlari dan memeluk Shen Wei erat-erat.

"Aku tahu kau akan datang, Senior."

Shen Wei mengelus kepalanya. "Tentu saja. Sekarang, ayo kita cari yang lain."

Dengan semangat baru, mereka berdua melanjutkan perjalanan, siap menghadapi tantangan berikutnya.