Setelah sekian lama menghadapi berbagai pertarungan dan melewati jalan berdarah, Shen Wei akhirnya kembali ke murid-muridnya. Hari-hari berlalu dengan ketenangan yang terasa seperti mimpi bagi mereka semua.
Namun, di balik ketenangan itu, Shen Wei merasakan sesuatu yang mengusik pikirannya. Seperti ada badai besar yang sedang menunggu di depan.
Di bawah sinar matahari pagi, Shen Wei berdiri di tengah lapangan latihan. Para muridnya berbaris dengan rapi, menunggu instruksi.
Mei Er, yang berdiri di sampingnya, masih belum bisa menutupi ekspresi bahagianya. Meskipun ia mencoba bersikap biasa, wajahnya tetap memerah setiap kali Shen Wei menoleh ke arahnya.
Shen Wei meliriknya sekilas dan tersenyum kecil.
"Baiklah, kita akan meningkatkan latihan kita hari ini."
Lin Xia dan Yu Lan tampak bersemangat, sementara Chen Guang berdiri dengan penuh tekad.
"Senior, latihan seperti apa yang akan kita lakukan?" tanya Mei Er.
Shen Wei mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, energi spiritual di sekeliling mereka bergetar. Tanah di bawah mereka berubah menjadi medan latihan yang luas, dipenuhi rintangan dan jebakan yang diciptakan oleh energi ilahi.
"Mulai sekarang, kalian akan menghadapi ujian sejati. Ini bukan hanya latihan fisik, tetapi juga ujian mental dan spiritual. Siapa pun yang bisa melewati ini akan mendapatkan pemahaman baru tentang kekuatan mereka."
Mei Er dan yang lainnya mengangguk dengan penuh semangat.
"Baik, Senior!"
Latihan pun dimulai.
Lin Xia dan Yu Lan bekerja sama untuk melewati rintangan yang mengandalkan kecepatan dan ketepatan serangan mereka. Chen Guang, dengan kekuatan fisiknya yang luar biasa, melawan ilusi yang diciptakan oleh Shen Wei, mengandalkan tekadnya untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
Sementara itu, Mei Er menghadapi tantangan berbeda—sebuah ruang meditasi yang menguji kontrol emosinya.
Saat ia duduk bersila di dalam ruang tersebut, berbagai bayangan muncul di hadapannya, memperlihatkan ketakutan terbesarnya. Salah satunya adalah kehilangan Shen Wei.
"Tidak… Aku tidak ingin senior pergi lagi…" Mei Er berbisik, menggigit bibirnya.
Namun, ia mengingat kata-kata Shen Wei—"Kekuatan sejati datang dari ketenangan dan keyakinan."
Dengan napas dalam, Mei Er menenangkan dirinya. Bayangan itu perlahan menghilang, dan ia tersenyum kecil.
Saat latihan berakhir, Shen Wei mengamati murid-muridnya dengan bangga. Mereka telah berkembang jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini semua hanya persiapan untuk sesuatu yang lebih besar.
Malam itu, Shen Wei duduk di puncak bukit, menatap bintang-bintang di langit.
Mei Er datang mendekatinya, membawa secangkir teh hangat.
"Senior, kau tampak gelisah," katanya pelan.
Shen Wei menerima cangkir itu dan menghela napas. "Aku merasakan sesuatu yang tidak beres, Mei Er. Seperti ada kekuatan besar yang sedang bergerak di balik bayangan."
Mei Er menatapnya dengan cemas. "Apakah itu musuh yang lebih kuat dari sebelumnya?"
Shen Wei tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap jauh ke cakrawala, mencoba mencari jawaban di antara bintang-bintang.
Tiba-tiba, angin bertiup kencang, membawa suara bisikan yang hanya bisa didengar oleh Shen Wei.
"Dia telah bangkit…"
Shen Wei terkejut. Aura dingin menyelimuti tubuhnya.
Mei Er melihat perubahan ekspresinya dan semakin khawatir. "Senior… ada apa?"
Shen Wei berdiri perlahan, matanya menyala dengan cahaya keemasan.
"Seorang lawan yang seharusnya sudah lenyap… telah kembali."
Mei Er menegang.
"Siapa dia?"
Shen Wei menghela napas panjang. "Mo Ling, Kaisar Kegelapan."
Mei Er menelan ludahnya. "Jadi… masih ada yang lebih kuat dari Mo Tian?"
Shen Wei mengangguk. "Mo Tian hanyalah seorang bidak dalam permainan yang lebih besar. Mo Ling adalah dalang sejati di balik kegelapan ini. Dia telah bersembunyi selama ribuan tahun… dan sekarang, dia kembali."
Mei Er mengepalkan tangannya. "Lalu… apa yang akan kita lakukan?"
Shen Wei menatapnya dengan lembut. "Kita akan bersiap. Aku tidak akan membiarkan ancaman ini menghancurkan dunia yang telah kita lindungi."
Malam itu, di bawah langit berbintang, ketenangan berubah menjadi ketegangan.
Sebuah perang baru akan segera dimulai.