Chereads / Gods Reincarnation: Eternal Cultivator / Chapter 16 - Bab 15: Perpisahan yang Tak Terelakkan

Chapter 16 - Bab 15: Perpisahan yang Tak Terelakkan

Malam itu, langit dipenuhi bintang yang bersinar redup, seakan ikut menyaksikan keputusan berat yang diambil oleh Shen Wei. Setelah membaca gulungan yang diberikan oleh pria misterius, ia menyadari bahwa perjalanannya belum selesai. Sekte-sekte yang dulu membuangnya belum sepenuhnya lenyap—mereka masih bersembunyi, menunggu waktu yang tepat untuk kembali.

Ia tidak bisa membiarkan murid-muridnya, terutama Mei Er, terseret dalam konflik ini. Mereka belum siap menghadapi musuh sekuat itu.

Dengan langkah ringan, Shen Wei memasuki kediamannya, mengambil selembar kertas dan kuas tinta. Ia mulai menulis surat dengan hati yang berat.

> Untuk Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang,

Kalian telah menunjukkan perkembangan luar biasa selama ini, dan aku bangga pada kalian. Namun, ada sesuatu yang harus kuselesaikan sendiri. Aku tidak ingin kalian terseret dalam dendam masa laluku. Perjalanan ini berbahaya, dan aku tidak bisa membiarkan kalian ikut terlibat.

Mei Er, aku tahu kau memiliki banyak pertanyaan dan mungkin kecewa padaku. Tapi percayalah, ini adalah yang terbaik untuk kalian semua. Aku akan kembali… suatu hari nanti.

Latihlah diri kalian dengan baik. Kalian harus menjadi lebih kuat, bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk diri kalian sendiri.

- Shen Wei

Ia meletakkan surat itu di meja utama kediamannya, memastikan bahwa murid-muridnya akan menemukannya saat fajar tiba.

Dengan satu tarikan napas dalam, Shen Wei mengenakan jubah hitamnya, memasang kembali topengnya, dan mengambil Pedang Surgawi. Tanpa suara, ia melangkah keluar dari kediamannya, meninggalkan tempat yang selama ini menjadi rumah bagi dirinya dan murid-muridnya.

Angin malam berhembus lembut, membawa hawa dingin yang menusuk. Namun, Shen Wei tetap melangkah maju tanpa ragu. Ia tahu bahwa keputusannya ini akan melukai hati murid-muridnya, terutama Mei Er. Tapi ini adalah harga yang harus ia bayar.

Di puncak bukit, ia berhenti sejenak, menoleh ke belakang. Dari kejauhan, ia bisa melihat rumah-rumah kayu yang diterangi lentera, tempat murid-muridnya beristirahat. Sebuah senyum tipis muncul di balik topengnya.

Jaga diri kalian baik-baik…

Dengan satu lompatan ringan, ia menghilang ke dalam kegelapan malam, meninggalkan semua yang telah ia bangun.

Ketika matahari mulai menyingsing, Mei Er bangun lebih awal dari biasanya. Entah kenapa, hatinya terasa gelisah. Ada perasaan tidak enak yang terus menghantuinya.

Ia berjalan menuju kediaman Shen Wei dengan langkah cepat, berharap bisa melihat seniornya seperti biasa. Namun, ketika ia membuka pintu, ruangan itu kosong.

"Senior?" panggilnya, tetapi hanya keheningan yang menjawab.

Matanya kemudian menangkap selembar kertas yang tergeletak di meja. Dengan tangan gemetar, ia mengambilnya dan mulai membaca.

Saat ia selesai membaca surat itu, air matanya mulai mengalir tanpa bisa ia hentikan.

"Tidak… senior… kenapa kau pergi?" suaranya bergetar, hatinya terasa hancur.

Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang yang baru saja tiba di kediaman itu melihat Mei Er berdiri dengan surat di tangannya, wajahnya dipenuhi kesedihan.

"Ada apa, Mei Er?" tanya Lin Xia khawatir.

Mei Er tidak menjawab. Ia hanya menyerahkan surat itu kepada mereka.

Saat mereka membacanya, ekspresi mereka berubah drastis.

"Senior pergi… sendirian?" tanya Chen Guang dengan suara penuh ketidakpercayaan.

Yu Lan menggigit bibirnya. "Kenapa dia tidak mengajak kita? Kita bisa membantunya!"

Mei Er menggenggam surat itu erat-erat, air matanya terus mengalir. "Senior bilang dia akan kembali… tapi bagaimana jika dia tidak pernah kembali?"

Suasana menjadi sunyi. Tidak ada yang tahu harus berkata apa.

Lin Xia mencoba menenangkan Mei Er. "Mei Er, kita harus percaya pada Senior. Dia pasti punya alasan untuk pergi sendiri. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah terus berlatih dan menjadi lebih kuat, seperti yang dia harapkan."

Mei Er mengangguk pelan, tetapi hatinya masih terasa berat. Ia ingin mempercayai kata-kata Shen Wei, tetapi ketakutan akan kehilangan seseorang yang begitu berharga bagi dirinya tetap menghantui.

Ia menatap ke langit pagi, seolah berharap bisa melihat bayangan Shen Wei di kejauhan.

Senior… aku akan menunggumu… aku akan menjadi lebih kuat… sampai kau kembali…