Chereads / Gods Reincarnation: Eternal Cultivator / Chapter 13 - Bab 12: Wajah Di Balik Topeng

Chapter 13 - Bab 12: Wajah Di Balik Topeng

Hari itu adalah salah satu momen langka di mana Shen Wei mengajak murid-muridnya untuk beristirahat dari pelatihan keras yang telah mereka jalani selama berminggu-minggu. Mereka berkumpul di dekat sebuah air terjun yang jernih, dikelilingi oleh hutan lebat dan pegunungan yang menjulang. Suara gemericik air yang menenangkan dan cahaya matahari yang menyelinap di antara dedaunan menciptakan suasana damai yang jarang mereka rasakan.

Mei Er duduk di dekat tepi sungai, mencelupkan kakinya ke dalam air yang dingin. Lin Xia dan Yu Lan tengah bercanda satu sama lain sambil memetik bunga liar yang tumbuh di sekitar mereka. Chen Guang, seperti biasa, memamerkan kekuatan fisiknya dengan mengangkat batu besar yang ia temukan di sungai. Sementara itu, Shen Wei duduk di atas sebuah batu besar, memandangi murid-muridnya dengan tenang.

Namun, di balik ketenangan itu, Mei Er tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Shen Wei. Sosoknya yang tinggi dan tegap, aura tenang yang selalu ia pancarkan, dan tentu saja, misteri di balik topeng yang tak pernah ia lepas.

"Senior..." Mei Er akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, memecah keheningan.

Shen Wei mengalihkan pandangannya kepadanya, nada suaranya tetap lembut seperti biasa. "Ada apa, Mei Er?"

Mei Er ragu sejenak, tapi akhirnya ia berkata, "Mengapa Senior selalu memakai topeng? Kami semua ingin melihat wajahmu. Apakah kau tidak mempercayai kami?"

Lin Xia dan Yu Lan, yang mendengar itu, langsung menghentikan aktivitas mereka dan menatap Shen Wei dengan penuh antusias. Chen Guang pun meletakkan batu yang tadi ia angkat dan ikut memperhatikan.

Shen Wei terdiam sejenak. Ia memandang mereka satu per satu, melihat raut wajah penuh rasa ingin tahu. Setelah beberapa saat, ia menghela napas pelan.

"Aku memakai topeng ini bukan karena aku tidak mempercayai kalian," ujar Shen Wei. "Tapi... karena aku sudah terlalu lama menyembunyikan diriku. Topeng ini adalah pengingat akan masa laluku yang kelam, dan aku khawatir jika aku melepaskannya, aku akan melupakan apa yang telah membentukku menjadi seperti sekarang."

Namun, Mei Er tidak menyerah. Ia berdiri dan mendekati Shen Wei, matanya memancarkan ketulusan. "Senior, kami semua menghormatimu bukan karena topeng itu, tapi karena siapa dirimu. Kau telah membimbing kami, melindungi kami, dan mempercayai kami. Setidaknya, izinkan kami melihat wajah guru kami."

Lin Xia dan Yu Lan mengangguk setuju, sementara Chen Guang menambahkan, "Senior, kami tidak peduli bagaimana wajahmu. Bagiku, kau adalah guru terbaik yang pernah ada."

Shen Wei terdiam lagi. Kata-kata murid-muridnya perlahan-lahan menggerakkan hatinya. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, ia akhirnya mengangguk.

"Baiklah," katanya. "Jika itu yang kalian inginkan."

Shen Wei berdiri, menghadap murid-muridnya. Ia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan menyentuh topengnya. Dalam keheningan yang mendalam, ia melepas topeng itu, memperlihatkan wajahnya untuk pertama kalinya.

Saat topeng itu terlepas, wajah Shen Wei terlihat oleh mereka. Kulitnya putih bersih, garis rahangnya tegas, dan matanya berkilau seperti bintang di langit malam. Rambut hitamnya yang panjang berkibar pelan tertiup angin. Wajahnya memancarkan ketampanan yang luar biasa, namun juga ada kedalaman dan ketenangan yang membuat siapa pun yang menatapnya merasa damai.

Mei Er tertegun. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Shen Wei. Hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya, dan wajahnya perlahan memerah. "Senior..." gumamnya pelan, hampir tidak terdengar.

Lin Xia dan Yu Lan juga tidak bisa menyembunyikan keterpesonaan mereka. Lin Xia menutup mulutnya dengan tangan, matanya membesar karena terkejut. Yu Lan bahkan tanpa sadar melangkah mundur, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Chen Guang, meskipun seorang pria, juga merasa kagum. "Senior... kau benar-benar... luar biasa," katanya dengan nada kagum yang tulus.

Shen Wei mengamati reaksi mereka dan tersenyum tipis, sesuatu yang jarang ia lakukan. "Kalian terlalu berlebihan. Ini hanya wajah biasa."

Namun, Mei Er segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, Senior. Wajahmu... seperti dewa."

Shen Wei tertawa kecil mendengar itu, suara tawanya terdengar lembut dan menenangkan. "Aku hanyalah seorang kultivator yang menjalani jalanku. Tidak lebih."

Setelah momen itu, Shen Wei kembali memasang topengnya. Tapi bagi murid-muridnya, momen itu akan selalu mereka ingat. Mei Er, terutama, merasa semakin terhubung dengan Shen Wei. Ia tidak hanya melihatnya sebagai guru, tetapi juga sebagai seseorang yang istimewa di hatinya.

Malam itu, mereka semua berkumpul di sekitar api unggun. Lin Xia, yang biasanya ceria, mencoba menggoda Mei Er.

"Mei Er, aku melihatmu tadi. Wajahmu merah saat Senior melepas topengnya," kata Lin Xia sambil tersenyum nakal.

Mei Er langsung membelalak dan berusaha membela diri. "Aku tidak merah! Kau salah lihat!"

Yu Lan tertawa kecil. "Kami semua melihatnya, Mei Er. Kau tidak bisa menyangkalnya."

Chen Guang menambahkan, "Tapi tidak apa-apa. Aku juga merasa kagum pada Senior. Dia benar-benar sosok yang luar biasa."

Mei Er hanya bisa mendesah, wajahnya kembali memerah. Namun di dalam hatinya, ia tahu bahwa perasaannya kepada Shen Wei semakin kuat.

Shen Wei, yang duduk sedikit berjauhan dari mereka, mendengar percakapan itu tapi memilih untuk diam. Ia tahu bahwa hubungan antara dirinya dan murid-muridnya sudah semakin erat, dan itu membuatnya merasa tenang.

"Mulai besok," kata Shen Wei tiba-tiba, memecah suasana, "pelatihan kalian akan semakin sulit. Jika kalian ingin mencapai puncak, kalian harus siap menghadapi tantangan yang lebih besar."

Mei Er, Lin Xia, Yu Lan, dan Chen Guang saling berpandangan, lalu mengangguk penuh semangat. Mereka tahu bahwa dengan bimbingan Shen Wei, mereka bisa mencapai apa pun.

"Senior, kami siap!" kata mereka serempak.

Shen Wei tersenyum lagi di balik topengnya. Di dalam hatinya, ia merasa bahwa ia telah menemukan keluarga baru. Dan meskipun perjalanan mereka masih panjang, ia yakin bahwa mereka semua akan menjadi lebih kuat bersama.

Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, mereka semua merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar.