Setelah meninggalkan kehancuran yang ia tinggalkan di Sekte Langit Abadi, Shen Wei berjalan menyusuri jalanan sunyi di sekitar pegunungan yang dikelilingi kabut tebal. Dendam yang selama berabad-abad membara di hatinya belum sepenuhnya padam. Sekte Langit Abadi hanyalah awal dari perjalanannya. Masih ada luka yang belum terbalaskan dan keadilan yang belum ditegakkan.
Shen Wei mendaki ke puncak bukit tinggi untuk memandang ke lembah di bawahnya. Di sana, ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Dua sekte besar berdiri berdampingan, tampaknya bekerja sama dalam membangun kekuatan mereka.
Sekte pertama adalah Sekte Harimau Langit, dikenal dengan kekuatan fisik dan seni bela diri mereka yang kuat. Sedangkan sekte kedua, Sekte Seribu Cahaya, terkenal karena teknik spiritual mereka yang mengandalkan ilusi dan serangan jarak jauh. Dua sekte ini memiliki sejarah panjang permusuhan, tetapi tampaknya mereka telah menemukan alasan untuk bergabung.
Dari kejauhan, Shen Wei bisa merasakan energi spiritual mereka yang terpancar. Ia berdiri di atas bukit, mengenakan jubah hitam dan topeng peraknya, mengamati tanpa emosi. Ia tahu bahwa sekte-sekte ini pernah memiliki andil dalam penghinaan yang ia terima lima ratus tahun lalu.
"Kerja sama mereka tidak akan mengubah apa pun," gumam Shen Wei. "Hari ini, kedua sekte ini akan menjadi bagian dari masa lalu."
Shen Wei berjalan perlahan menuruni bukit, mendekati gerbang besar yang memisahkan dua sekte itu. Para murid yang berjaga segera menyadari kehadirannya, tetapi mereka tidak mengenali siapa dia.
"Siapa kau?" salah satu penjaga dari Sekte Harimau Langit berteriak.
Shen Wei tidak menjawab. Dengan langkah tenang, ia terus berjalan menuju gerbang.
"Berhenti di sana, atau kami akan menyerang!" teriak penjaga lain dari Sekte Seribu Cahaya.
Shen Wei mengangkat tangannya perlahan. Dalam sekejap, tekanan spiritual yang luar biasa melanda tempat itu. Para penjaga langsung jatuh ke tanah, tubuh mereka gemetar tanpa mampu bergerak.
"Orang ini… siapa dia?!" salah satu dari mereka bergumam dengan ketakutan.
Tanpa membuang waktu, Shen Wei menghancurkan gerbang besar itu hanya dengan satu gerakan kecil dari jarinya. Gemuruh ledakan itu menarik perhatian para tetua dan murid dari kedua sekte. Mereka segera berkumpul di halaman utama, bersiap menghadapi ancaman ini.
Elder Wu, salah satu tetua terkuat dari Sekte Harimau Langit, maju ke depan. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan aura keagungan. Di sebelahnya berdiri Elder Qian dari Sekte Seribu Cahaya, seorang pria kurus dengan mata tajam dan sikap penuh perhitungan.
"Kau pikir kau siapa, berani datang ke sini dan membuat kekacauan?" seru Elder Wu dengan suara keras.
Shen Wei tidak menjawab. Ia hanya berdiri di tempatnya, memandangi mereka dari balik topengnya.
Melihat Shen Wei tidak merespons, Elder Qian mulai melancarkan serangan. Dengan gerakan tangan cepat, ia memanggil ribuan pedang ilusi yang melayang di udara, siap menyerang.
"Jika kau tidak mau bicara, maka mati adalah satu-satunya pilihanmu!" serunya.
Ribuan pedang itu meluncur ke arah Shen Wei. Namun, sebelum pedang-pedang itu sempat mendekat, Shen Wei mengayunkan Pedang Surgawi dengan gerakan ringan. Dalam sekejap, pedang-pedang ilusi itu hancur menjadi serpihan, seolah-olah mereka tidak pernah ada.
"Lemah," kata Shen Wei dengan suara dingin.
Elder Wu, yang melihat hal itu, melancarkan serangan berikutnya. Ia melompat ke udara, tinjunya yang besar memancarkan cahaya biru yang mengguncang udara di sekitarnya. Serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan gunung kecil.
Namun, Shen Wei hanya berdiri di tempatnya, membiarkan tinju itu mendekat. Ketika serangan itu hampir mengenai dirinya, ia mengangkat satu tangan dan menghentikannya dengan telapak tangannya.
Elder Wu terkejut. "Mustahil!" teriaknya.
Dengan dorongan kecil, Shen Wei melemparkan Elder Wu ke belakang, membuat pria besar itu terhempas ke tanah dengan keras.
Para murid dari kedua sekte mulai panik. Mereka menyadari bahwa kekuatan Shen Wei jauh melampaui apa pun yang pernah mereka lihat. Satu per satu dari mereka mencoba melarikan diri, tetapi Shen Wei menciptakan penghalang energi besar yang mengelilingi tempat itu, memastikan tidak ada yang bisa pergi.
Elder Qian, yang sudah terluka parah, berlutut di depan Shen Wei. "Tuan… siapa pun Anda… kami menyerah! Tolong, biarkan kami hidup!" katanya dengan nada penuh ketakutan.
Shen Wei menatapnya dingin. "Hidup kalian tidak berarti bagiku," katanya. "Tapi kalian harus membayar atas apa yang kalian lakukan."
Dengan satu gerakan tangan, Shen Wei melepaskan gelombang energi yang menghancurkan sebagian besar bangunan sekte. Aula utama, asrama, dan perpustakaan mereka runtuh menjadi puing-puing. Kedua sekte itu kini hanya menyisakan reruntuhan.
"Biarkan ini menjadi pelajaran," kata Shen Wei. "Kalian yang pernah menindas yang lemah, kini menjadi yang paling lemah."
Setelah meratakan kedua sekte itu, Shen Wei meninggalkan tempat itu tanpa melihat ke belakang. Ia tidak merasa puas, tetapi ia tahu bahwa ini adalah bagian dari perjalanannya. Dendamnya perlahan terbalaskan, tapi ia juga mulai menyadari bahwa kekuatan yang ia miliki kini lebih dari sekadar alat balas dendam.
Di tengah perjalanannya, bayangan Mei Er kembali muncul di pikirannya. "Mungkin dia adalah jawaban untuk apa yang aku cari," pikir Shen Wei.
Dengan Pedang Surgawi di punggungnya dan topeng perak yang menyembunyikan identitasnya, Shen Wei melanjutkan langkahnya, menapaki jalan menuju takdir yang lebih besar.