Chereads / Gods Reincarnation: Eternal Cultivator / Chapter 6 - Bab 5: Kebangkitan yang Melampaui Dewa

Chapter 6 - Bab 5: Kebangkitan yang Melampaui Dewa

Lima ratus tahun. Waktu yang tidak terbayangkan bagi sebagian besar manusia, tapi bagi Shen Wei, itu hanyalah perjalanan panjang penuh kesendirian dan dedikasi. Dalam waktu itu, ia telah melampaui semua batas yang pernah ia pikirkan. Dengan tekad yang tak tergoyahkan, ia menapaki setiap tahap kultivasi hingga akhirnya mencapai Keilahian Absolut, tahap tertinggi dalam dunia kultivasi, di mana kekuatan seseorang tidak lagi dibatasi oleh hukum dunia.

Namun, perjalanan menuju keilahian bukanlah sesuatu yang mudah. Proses itu mengharuskannya menjalani Reinkarnasi Spiritual, sebuah proses yang membangun kembali tubuh, jiwa, dan kekuatannya dalam bentuk yang lebih sempurna.

Tahap Pertama: Mengumpulkan Energi Spiritual

Di sebuah lembah yang dikelilingi oleh pegunungan menjulang, Shen Wei duduk bersila di tengah formasi spiritual kuno. Udara di sekitarnya bergetar, dipenuhi energi spiritual yang ia kumpulkan selama berabad-abad. Setiap napas yang ia ambil mengisap energi dari bumi, langit, dan bahkan dimensi lain.

Tubuh Shen Wei mulai memancarkan cahaya yang menyilaukan. Urat-urat spiritual dalam tubuhnya mekar seperti bunga, menyerap energi murni yang terkumpul di sekitarnya. Proses ini sangat menyakitkan, seolah-olah setiap bagian tubuhnya dihancurkan dan dibangun kembali secara bersamaan.

"Aku sudah melewati seratus tahun rasa sakit," gumamnya. "Rasa sakit ini tidak sebanding."

Ketika energi spiritualnya mencapai titik maksimum, Shen Wei melanjutkan ke tahap berikutnya.

Tahap Kedua: Pembangunan Tubuh Baru

Energi spiritual yang terkumpul di sekitar Shen Wei mulai membentuk cangkang di sekelilingnya, seperti kepompong yang memeluk dirinya. Tubuh lamanya mulai hancur secara perlahan, partikel demi partikel berubah menjadi energi murni.

Di dalam kepompong itu, Shen Wei memulai pembangunan tubuh barunya. Setiap sel, setiap serat otot, dan setiap tulang dirancang ulang untuk mencapai kesempurnaan. Tubuhnya kini tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga mampu menampung kekuatan ilahi yang melampaui batas dunia fana.

Namun, yang paling penting adalah integrasi tubuh ini dengan jiwanya.

Tahap Ketiga: Integrasi Jiwa dan Tubuh

Dalam kehampaan antara dunia spiritual dan dunia nyata, jiwa Shen Wei melayang-layang, menunggu tubuh barunya siap. Integrasi ini adalah bagian paling kritis dari reinkarnasinya. Jika tubuh dan jiwa tidak sepenuhnya selaras, ia berisiko kehilangan akal sehat atau bahkan lenyap dari eksistensi.

"Lunar Abyss," panggil Shen Wei dalam hatinya.

Pedang hitam yang selama ini menjadi pendamping setianya muncul di sisinya, tetapi kali ini, pedang itu tampak berbeda. Aura gelap yang pernah menyelimutinya kini digantikan oleh cahaya putih cemerlang. Lunar Abyss tidak lagi menjadi pedang yang dipenuhi kegelapan; ia telah berubah menjadi pedang ilahi.

"Mulai hari ini," kata Shen Wei dengan suara tenang, "kau akan dikenal sebagai Pedang Surgawi."

Energi dari Pedang Surgawi mengalir ke tubuh barunya, menyatukan jiwa dan tubuh dengan sempurna.

Tahap Terakhir: Aktivasi Kekuatan Dewa

Ketika integrasi selesai, cahaya yang menyelimuti tubuh Shen Wei tiba-tiba meledak, menciptakan gelombang energi yang mengguncang lembah. Langit berubah warna, dan awan hitam berputar di atasnya, tanda bahwa seorang eksistensi ilahi telah lahir kembali.

Shen Wei berdiri dari tempatnya dengan tubuh baru, penuh dengan kekuatan yang bahkan para dewa pun akan segan. Wajahnya tersembunyi di balik topeng perak sederhana, sebuah simbol anonimitas yang ia pilih untuk menutupi identitasnya dalam misinya.

"Sekarang, waktunya aku kembali," gumam Shen Wei. "Mereka yang pernah membuangku akan merasakan kekuatanku."

Dalam perjalanannya menuju Sekte Langit Abadi, Shen Wei melewati sebuah desa kecil di lembah yang terpencil. Di desa itu, ia merasakan aura spiritual yang unik, meskipun sangat lemah. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak, tertarik pada sumber aura tersebut.

Di sana, ia bertemu seorang perempuan muda bernama Mei Er. Ia adalah seorang kultivator tingkat rendah, baru saja mencapai tingkat Harmoni Dasar meskipun telah berusia seratus tahun. Namun, wajahnya yang cantik dan bersinar tampak seperti seorang gadis berusia delapan belas tahun.

Mei Er sedang melatih teknik kultivasi di tepi sungai ketika Shen Wei mendekatinya. Ia langsung merasakan kehadiran Shen Wei, dan tubuhnya gemetar. Aura yang dipancarkan Shen Wei begitu kuat dan mendominasi, membuatnya merasa seperti semut di hadapan gunung.

"Siapa… siapa kau?" tanya Mei Er dengan suara pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

Shen Wei menatapnya dengan tenang di balik topengnya. "Hanya seorang pengelana," jawabnya singkat.

Namun, Mei Er tahu bahwa Shen Wei bukanlah pengelana biasa. Kekuatan yang ia rasakan dari pria bertopeng itu seolah melampaui batas dunia ini.

Selama beberapa hari, Shen Wei tinggal di desa itu. Ia diam-diam mengamati Mei Er, tertarik pada kekuatan spiritual unik yang dimiliki perempuan itu. Kekuatan itu tampak tidak sebanding dengan tingkat kultivasi Mei Er, seolah-olah ada sesuatu yang terkunci di dalam dirinya.

Di sisi lain, Mei Er merasa hatinya mulai berdebar setiap kali melihat Shen Wei. Ia tahu bahwa pria itu adalah eksistensi yang jauh di atasnya, seseorang yang tak mungkin ia dekati. Namun, perasaan itu tidak bisa ia hilangkan.

"Aku tidak pantas untuknya," pikir Mei Er sambil menundukkan kepala. "Dia seperti bintang di langit, sedangkan aku hanya debu di bumi."

Setelah beberapa hari, Shen Wei memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Mei Er mencoba menahannya, tapi ia tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk meminta pria itu tinggal.

Sebelum pergi, Shen Wei meninggalkan sebuah pedang kecil di depan rumah Mei Er, sebuah hadiah sederhana tetapi penuh makna. Mei Er menggenggam pedang itu erat, air matanya mengalir.

"Semoga kita bertemu lagi," kata Mei Er dalam hati.

Dengan Pedang Surgawi di tangannya dan topeng yang menyembunyikan identitasnya, Shen Wei melangkah menuju Sekte Langit Abadi. Balas dendamnya kini hanya tinggal masalah waktu, dan ia akan menunjukkan pada dunia bahwa takdirnya tidak dapat diubah oleh siapa pun.