Lima puluh tahun tambahan telah berlalu sejak Shen Wei memulai perjalanan kultivasinya, menjadikan total waktu ia berkultivasi mencapai seratus tahun. Dalam waktu itu, kekuatannya terus berkembang pesat, tapi ambisinya belum mencapai puncaknya. Ia tahu masih banyak yang harus dilakukan. Setiap malam ia teringat wajah-wajah para tetua Sekte Langit Abadi yang membuangnya, keputusan mereka yang membekas dalam hatinya seperti duri yang tak bisa dicabut.
Namun, Shen Wei tak membiarkan emosi menguasai pikirannya. Ia tahu bahwa waktu adalah sekutunya. Dalam setiap meditasi panjang dan setiap pertempuran melawan binatang roh, ia mendisiplinkan dirinya. Ia belajar bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada tubuh dan teknik, tetapi juga pada kendali atas emosi dan tekad yang tak tergoyahkan.
Dalam kurun waktu seratus tahun, Shen Wei kini mencapai puncak tingkat Harmoni Surgawi, mendekati tingkat Nirwana Abadi, sebuah tahap yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang sepenuhnya memahami esensi energi spiritual dan hukum dunia. Tubuhnya kini begitu kuat hingga serangan binatang roh tingkat tinggi hanya meninggalkan goresan kecil di kulitnya.
Lunar Abyss, pedang hitam yang menemaninya sejak awal perjalanan, kini beresonansi dengan energi ilahinya. Pedang itu memancarkan aura gelap yang seolah mampu menelan segala sesuatu di sekitarnya. Tapi Shen Wei tahu bahwa pedang itu memiliki kehendaknya sendiri, sebuah kekuatan yang kadang terasa menakutkan.
"Tenanglah, Lunar Abyss," bisiknya sambil menggenggam pedang itu erat. "Saatnya akan tiba, tapi belum sekarang."
Dalam pencariannya untuk memperkuat dirinya, Shen Wei tiba di sebuah tempat yang disebut Lembah Kabut Hitam, sebuah daerah yang hampir terlupakan oleh dunia spiritual. Konon, lembah ini adalah tempat di mana seorang dewa kuno pernah gugur dalam pertempuran, meninggalkan sisa-sisa energinya yang masih bertebaran hingga kini.
Shen Wei melangkah masuk ke dalam lembah dengan hati-hati. Kabut tebal menyelimuti setiap sudut, dan energi spiritual di tempat ini begitu pekat hingga sulit bernapas bagi kultivator biasa. Namun, bagi Shen Wei, tempat ini seperti tambang emas.
Ia duduk bersila di tengah lembah, menarik energi spiritual ke dalam tubuhnya. Seiring waktu berlalu, tubuhnya mulai memancarkan cahaya redup, tanda bahwa ia sedang mendekati terobosan besar.
Namun, di saat yang sama, kabut di sekitarnya mulai bergerak. Dari dalam kabut, makhluk-makhluk berbentuk bayangan muncul. Mereka bukan binatang roh biasa, tetapi wujud energi yang diciptakan oleh kehendak dewa yang gugur di tempat ini.
"Pengganggu…" suara berat menggema di lembah.
Shen Wei membuka matanya. "Aku tidak datang untuk mengganggu. Aku datang untuk belajar dan menjadi lebih kuat."
Makhluk-makhluk itu tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi dengan serangan. Mereka meluncur ke arah Shen Wei seperti badai gelap.
Shen Wei menarik Lunar Abyss dan memutar pedangnya dengan gerakan cepat. Energi hitam memancar dari pedang itu, membentuk penghalang yang melindunginya. Pertarungan itu berlangsung sengit. Setiap kali Shen Wei mengalahkan satu makhluk, dua makhluk lain muncul dari kabut.
Namun, ia tidak mundur. Dengan setiap serangan, ia mempelajari pola serangan musuhnya. Dengan setiap pukulan, ia semakin memahami sifat energi yang mengelilingi lembah ini.
Pertempuran itu berlangsung selama tujuh hari dan tujuh malam. Pada hari terakhir, Shen Wei mengayunkan Lunar Abyss dengan kekuatan penuh, menghasilkan serangan yang membelah lembah menjadi dua. Makhluk-makhluk bayangan itu hancur, meninggalkan energi spiritual murni yang melayang di udara.
Shen Wei menarik napas dalam-dalam, menyerap energi itu ke dalam tubuhnya. Dalam sekejap, ia merasakan lonjakan kekuatan yang luar biasa. Tubuhnya bergetar saat ia mendekati puncak tingkat Harmoni Surgawi, hanya satu langkah lagi menuju Nirwana Abadi.
Namun, dengan kekuatan itu datang juga peringatan. Shen Wei merasakan bahwa setiap langkah yang ia ambil ke tingkat yang lebih tinggi juga mendekatkannya pada bahaya yang lebih besar.
"Aku semakin dekat," gumamnya. "Tapi jalan ini masih panjang."
Setelah meninggalkan Lembah Kabut Hitam, Shen Wei berdiri di puncak bukit, memandang ke arah cakrawala. Dalam pikirannya, ia memvisualisasikan wajah-wajah para tetua Sekte Langit Abadi, orang-orang yang telah menganggapnya sebagai ancaman dan membuangnya seperti sampah.
"Seratus tahun…" bisiknya. "Kalian pikir aku akan hilang begitu saja? Kalian salah. Aku akan kembali, dan aku akan menunjukkan pada kalian kekuatan yang kalian buang dengan begitu mudah."
Namun, meskipun dendam itu membakar dalam hatinya, Shen Wei tidak terburu-buru. Ia tahu bahwa jika ia ingin membalas dendam, ia harus melakukannya dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Sekte Langit Abadi bukan sekte biasa; mereka memiliki sejarah ribuan tahun dan dipenuhi dengan kultivator-kultivator kuat.
"Aku akan menunggu sampai waktunya tiba," katanya. "Saat aku mencapai Nirwana Abadi, tidak ada yang bisa menghentikanku."
Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Shen Wei melanjutkan perjalanannya. Ia tahu bahwa dunia ini masih penuh dengan misteri yang belum terpecahkan, kekuatan yang belum ia pelajari, dan tantangan yang harus ia hadapi.
Ia mulai mendengar desas-desus tentang tempat-tempat yang memiliki energi spiritual luar biasa, seperti Danau Bintang Abadi yang konon dapat mempercepat kultivasi hingga sepuluh kali lipat, atau Gunung Jiwa Ilahi yang menyimpan artefak kuno dengan kekuatan luar biasa.
Namun, ia juga mendengar tentang konflik yang mulai muncul di dunia spiritual. Sekte-sekte besar sedang berseteru, dan kekacauan itu menciptakan peluang bagi Shen Wei untuk bergerak tanpa menarik terlalu banyak perhatian.
"Aku akan menjadi lebih kuat," kata Shen Wei dengan suara tegas. "Bukan hanya untuk membalas dendam, tetapi untuk memastikan tidak ada yang bisa menjatuhkanku lagi."
Dengan Lunar Abyss di tangannya, Shen Wei melangkah ke depan, meninggalkan jejaknya di dunia yang suatu hari nanti akan mengenal namanya sebagai legenda.