Chereads / Gods Reincarnation: Eternal Cultivator / Chapter 4 - Bab 3: Lima Puluh Tahun dalam Keheningan

Chapter 4 - Bab 3: Lima Puluh Tahun dalam Keheningan

Waktu berlalu dengan cepat di dunia kultivasi. Sudah lima puluh tahun sejak Shen Wei melangkah keluar dari Sekte Langit Abadi, lima puluh tahun sejak ia memulai perjalanan panjangnya untuk melawan dunia yang telah menolaknya. Dalam kurun waktu itu, ia telah menjelajahi berbagai wilayah liar, melawan makhluk roh, menemukan sumber energi spiritual kuno, dan terus memperkuat tubuh serta jiwanya.

Kini, ia berdiri di puncak tebing tinggi, di tengah hutan yang dikelilingi oleh kabut tebal. Wajah Shen Wei yang dulunya dipenuhi kepolosan remaja kini memancarkan aura keteguhan dan kekuatan. Rambut hitam panjangnya terurai, matanya yang tajam menatap jauh ke cakrawala. Tubuhnya tampak kokoh, namun energinya terasa seperti jurang yang dalam, tak terukur bagi siapa pun yang mencoba merasakannya.

"Lima puluh tahun... namun ini baru permulaan," gumam Shen Wei sambil mengepalkan tangannya.

Selama lima dekade ini, ia telah melewati berbagai tahap kultivasi dengan kecepatan yang mencengangkan. Dari Penguatan Tubuh, ia telah melampaui tingkat Inti Emas, Penyatuan Roh, hingga kini berada di puncak tingkat Harmoni Surgawi, sebuah pencapaian yang jarang diraih oleh kultivator dalam kurun waktu singkat seperti itu.

Namun, Shen Wei tahu bahwa puncak ini hanyalah permulaan dari jalan panjang menuju kekuatan sejati.

Dalam kesendirian di puncak tebing, Shen Wei merenungkan kembali perjalanan panjangnya. Ia teringat saat-saat awal ketika ia bertarung mati-matian melawan binatang roh tingkat menengah hanya untuk bertahan hidup. Ia teringat saat ia hampir kehilangan nyawanya di tangan pemburu kultivator gelap yang mengincar pedang hitam miliknya.

Namun, ia juga teringat setiap keberhasilan kecil yang ia raih—setiap inti roh yang ia kumpulkan, setiap teknik baru yang ia pelajari, dan setiap kali ia melampaui batas dirinya.

Pedang hitam yang ia temukan lima puluh tahun lalu tetap menjadi teman setianya. Pedang itu, yang ia beri nama Lunar Abyss, telah menyelamatkannya lebih dari sekali. Namun, Shen Wei sadar bahwa pedang itu juga memiliki kehendaknya sendiri, dan kehendak itu kadang mendorongnya ke dalam kegelapan.

"Aku tahu kau ingin aku lebih kuat," Shen Wei berbicara pada pedang di tangannya, seolah-olah berbicara pada seorang teman. "Tapi aku tidak akan membiarkan diriku dikuasai oleh kekuatanmu. Aku yang memegang kendali."

Pedang itu bergetar ringan, seperti menyetujui pernyataan Shen Wei.

Meskipun Shen Wei telah mencapai tingkat Harmoni Surgawi, ia tahu bahwa ini bukanlah puncak kekuatan. Ia telah membaca dalam teks kuno tentang tahap-tahap kultivasi yang lebih tinggi: Nirwana Abadi, Ascension Divine, dan yang terakhir, Keilahian Absolut, tingkat yang hanya dicapai oleh para dewa sejati.

Namun, untuk melangkah lebih jauh, Shen Wei membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar meditasi dan kultivasi di tempat-tempat liar. Ia membutuhkan teknik yang lebih kuat, sumber energi yang lebih besar, dan—yang paling penting—pemahaman yang lebih dalam tentang dunia spiritual.

"Dunia ini lebih luas dari yang kupikirkan," Shen Wei berkata kepada dirinya sendiri. "Jika aku ingin menjadi yang terkuat, aku harus melangkah keluar dari bayang-bayang masa laluku dan menjelajahi dunia yang sebenarnya."

Keputusan itu membuatnya teringat akan Sekte Langit Abadi, tempat yang dulu membuangnya. Meskipun sudah lima puluh tahun berlalu, luka emosional itu masih terasa. Namun, Shen Wei tidak lagi memendam kebencian seperti dulu.

"Mereka hanya bagian kecil dari duniaku," katanya dengan tenang. "Aku tidak perlu kembali untuk membuktikan diriku kepada mereka. Jalan yang kuambil adalah jalanku sendiri."

Setelah memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, Shen Wei mulai bergerak menuju Pegunungan Jiwa Abadi, sebuah wilayah yang terkenal dengan energi spiritualnya yang melimpah tetapi juga berbahaya. Banyak kultivator yang mencoba mencari keberuntungan di sana, tetapi hanya sedikit yang berhasil kembali hidup-hidup.

Saat ia mendekati lembah di kaki pegunungan, Shen Wei merasakan aura kuat yang berbeda dari biasanya. Ia berhenti sejenak dan menyadari bahwa ada orang lain di dekatnya—bukan hanya orang biasa, tetapi kultivator tingkat tinggi.

Tak lama kemudian, seorang pria tua dengan jubah putih muncul dari balik pepohonan. Pria itu tampak seperti seorang tetua, tetapi aura yang ia pancarkan menunjukkan bahwa ia setidaknya berada di tingkat Penyatuan Roh Puncak.

"Anak muda," kata pria itu sambil menatap Shen Wei dengan penuh perhatian, "auramu luar biasa. Kau bukan kultivator biasa, bukan?"

Shen Wei menatap pria itu dengan tenang. "Aku hanya seorang kultivator yang berjalan di jalanku sendiri."

Pria tua itu tertawa kecil. "Kau berbakat, tapi kau juga arogan. Kau pikir jalan ini hanya milikmu sendiri? Dunia ini penuh dengan kultivator yang lebih kuat darimu. Jangan terlalu percaya diri, anak muda."

Shen Wei tidak terprovokasi oleh kata-kata itu. "Dunia ini memang besar, tetapi aku tidak mencari pengakuan dari siapa pun."

Tetua itu tersenyum, lalu berkata, "Jika kau benar-benar percaya pada kekuatanmu, tunjukkan padaku. Aku ingin melihat apakah semangatmu sepadan dengan kemampuanmu."

Tanpa peringatan, tetua itu melancarkan serangan. Sebuah pusaran energi spiritual besar melesat ke arah Shen Wei, menghancurkan pohon-pohon di sekitarnya.

Namun, Shen Wei tetap berdiri dengan tenang. Dengan satu gerakan cepat, ia mengayunkan Lunar Abyss, dan energi hitam yang kuat keluar dari pedangnya, menetralkan serangan itu dalam sekejap.

"Serangan yang bagus," kata Shen Wei dengan tenang, "tapi itu tidak cukup."

Tetua itu terkejut, tetapi juga terkesan. "Kau benar-benar berbeda," katanya. "Kau memiliki kekuatan, tetapi juga kendali. Mungkin aku terlalu meremehkanmu."

Pria tua itu berhenti menyerang dan tersenyum. "Namaku Han Lei, seorang pelancong yang mencari murid berbakat. Jika kau tertarik, aku bisa memberimu panduan."

Shen Wei memandangi pria itu dengan hati-hati. Meskipun ia tidak tertarik untuk memiliki guru, ia tahu bahwa ada banyak yang bisa ia pelajari dari seseorang seperti Han Lei.

"Kita lihat saja," jawab Shen Wei singkat.

Pertemuan dengan Han Lei menandai awal dari babak baru dalam perjalanan Shen Wei. Dunia spiritual penuh dengan rahasia dan tantangan, dan Shen Wei tahu bahwa untuk mencapai puncak keilahian, ia harus terus bergerak maju.

Namun, dalam hatinya, ia bersumpah satu hal:

"Aku akan terus berjalan, tidak peduli berapa lama. Tidak peduli berapa banyak rintangan. Sampai aku mencapai puncak tertinggi, aku tidak akan berhenti."

Dengan tekad baja dan pedang Lunar Abyss di sisinya, Shen Wei melanjutkan perjalanannya menuju takdirnya.