Setelah berhari-hari berlatih, Zane merasakan perubahan dalam dirinya. Meskipun lambat, ia mulai merasakan adanya kekuatan yang lebih besar mengalir dalam tubuhnya. Setiap gerakan yang ia latih dari gulungan yang diberikan oleh kultivator itu terasa semakin familiar, dan tubuhnya sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri dengan teknik-teknik baru yang ia pelajari.
Namun, meskipun ada kemajuan, Zane tahu bahwa perjalanannya masih sangat panjang. Teknik dasar yang ia pelajari baru tahap permulaan, dan ia masih jauh dari mencapai tingkat kekuatan yang diinginkan. Tidak ada yang mengajarinya langkah selanjutnya, dan meskipun ia memiliki tekad kuat, terkadang ia merasa kesepian di tengah hutan ini.
Suatu pagi, Zane terbangun dengan perasaan aneh. Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya, dan langit tampak lebih kelabu. Ia berdiri dari tempat tidur sederhana yang ia buat dari dedaunan dan ranting-ranting pohon, lalu mulai melaksanakan latihan pagi seperti biasa. Namun, ketika ia berusaha mengumpulkan energi dalam tubuhnya, ia merasa ada yang aneh. Energi itu terasa lebih sulit untuk dikendalikan, seperti ada hambatan yang menghalanginya.
Zane mengerutkan kening, berusaha fokus. "Apa yang salah?" pikirnya. Ia terus berusaha, tetapi semakin lama semakin sulit bagi Zane untuk memusatkan energinya. Semakin ia mencoba, semakin besar rasa frustrasi yang muncul.
Tiba-tiba, ia merasakan sebuah tekanan yang sangat kuat di tubuhnya. Tanpa peringatan, tubuh Zane jatuh ke tanah, seolah-olah ada kekuatan luar yang memaksanya untuk terjatuh. Nafasnya terasa sesak, dan rasa sakit mengalir di seluruh tubuhnya. Matanya terasa berat, namun ia berusaha keras untuk tetap sadar.
Dari kejauhan, terdengar langkah kaki. Zane memalingkan pandangannya, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia melihat sosok lain yang mendekat.
Seorang wanita muda dengan pakaian bercorak hijau dan rambut panjang yang terikat ekor kuda muncul dari balik pepohonan. Wajahnya tampak tenang, namun matanya yang tajam menunjukkan bahwa ia sangat waspada.
"Kamu… sedang berlatih tanpa kendali?" tanya wanita itu dengan nada datar.
Zane yang hampir tidak bisa mengangkat tubuhnya hanya bisa mengangguk, meskipun tubuhnya terasa lemah. "Saya… hanya berlatih… mencoba mengendalikan energi saya," jawabnya dengan napas terengah.
Wanita itu melangkah lebih dekat dan mengamati Zane dengan cermat. "Energi tubuhmu masih kacau. Tanpa bimbingan yang benar, kamu akan menghancurkan dirimu sendiri," ucapnya, lalu ia mengulurkan tangannya.
Zane menatap tangan wanita itu dengan ragu, namun sesuatu dalam dirinya berkata bahwa ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Dengan susah payah, ia menerima bantuan wanita itu dan perlahan bangkit. Tubuhnya masih terasa lemah, tetapi wanita itu tampak tidak terburu-buru. Dia seolah tahu apa yang harus dilakukan.
"Nama saya Aera," kata wanita itu sambil menatap Zane dengan tajam. "Aku melihatmu berlatih, dan aku rasa kamu punya potensi. Tapi itu tidak cukup jika tidak ada bimbingan yang benar."
Zane mengangguk lemah. "Zane." Suaranya hampir tidak terdengar.
Aera menilai Zane sejenak, kemudian berbicara dengan lebih serius. "Jika kamu ingin bertumbuh lebih kuat, aku bisa membantumu. Tapi itu bukan sesuatu yang mudah. Kamu harus siap untuk melupakan segala yang kamu tahu tentang kultivasi dan memulai dari awal."
Zane terdiam sejenak. Kata-kata Aera terasa seperti beban yang sangat besar, namun sekaligus membuka peluang baru. "Saya siap," jawab Zane dengan mantap, meskipun hatinya penuh keraguan.
Aera mengangguk dan mulai mengajarkan Zane teknik yang jauh lebih canggih. Ini adalah tahap yang sangat berbeda dari apa yang telah ia pelajari sebelumnya. Dengan sabar, Aera menjelaskan cara yang lebih efektif untuk mengendalikan energi dalam tubuhnya, memperkenalkan Zane pada teknik meditasi yang mendalam dan pernapasan yang benar. Ia mengajarkan Zane untuk memperlambat aliran energi dan membiarkannya mengalir dengan lebih alami.
Seiring berjalannya waktu, Zane mulai merasakan perubahan signifikan. Tubuhnya mulai menguasai aliran energi dengan lebih baik. Tekanan yang ia rasakan sebelumnya perlahan menghilang, digantikan oleh aliran energi yang lebih lembut namun lebih kuat. Ia merasa semakin dekat dengan tujuannya.
Namun, Aera tidak hanya mengajarkan teknik kultivasi. Ia juga mengungkapkan sebuah kenyataan yang sulit diterima Zane: "Kamu masih sangat jauh dari menjadi yang terbaik. Dunia ini penuh dengan tantangan yang lebih besar dari yang kamu bayangkan. Sekali kamu melangkah ke jalan ini, tidak ada jalan mundur."
Zane menatap Aera dengan tekad yang semakin kuat. "Saya tahu," jawabnya dengan yakin. "Saya akan terus maju, apapun yang terjadi."