Pagi itu, Zane terbangun dengan perasaan lebih ringan. Sejak ujian bayangan semalam, ada perubahan dalam dirinya—sesuatu yang telah bergeser dalam cara dia melihat dirinya sendiri dan dunia di sekelilingnya. Walaupun fisiknya lelah, hatinya lebih tenang, dan fokusnya lebih jelas. Teknik bayangan yang dulu terasa seperti beban kini menjadi alat yang dia bisa kendalikan dengan lebih baik. Zane tahu, meskipun jalan di depannya masih panjang, ia telah mengambil langkah besar.
Ia menghabiskan beberapa jam pagi itu berlatih di pinggir hutan, memperdalam teknik bayangannya. Namun, meskipun tekniknya lebih stabil, Zane merasa bahwa ada sesuatu yang masih kurang. "Aku harus menemukan cara untuk meningkatkan kekuatanku lebih jauh," gumamnya.
Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Zane berbalik, siap menghadapi apapun yang datang, tetapi yang dia temui bukan musuh, melainkan seorang wanita muda dengan pakaian pelancong yang terlihat kelelahan. Wajahnya tampak familiar, meskipun Zane tidak dapat mengingat dari mana ia mengenalnya.
"Maaf mengganggu, apakah ini tempat pelatihan milik Zane?" tanya wanita itu dengan suara lembut.
Zane terdiam sejenak, merasa aneh. "Ya, ini tempat pelatihan saya. Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita itu tersenyum tipis dan mendekat. "Saya mendengar tentang kamu dari seorang teman, dan saya datang untuk melihat sendiri apakah benar kamu adalah orang yang bisa mengubah takdirnya."
Zane sedikit terkejut. "Maksudmu apa?"
Wanita itu menatapnya dengan mata yang penuh teka-teki. "Saya tahu kamu tidak punya banyak teman, Zane. Tapi saya punya sebuah tawaran untukmu. Bagaimana kalau kita bekerja sama?"
Zane mengernyitkan dahi. "Bekerja sama? Saya tidak ingat pernah bertemu denganmu sebelumnya."
Wanita itu tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia mengeluarkan sebuah cincin kecil dari sakunya dan menunjukkannya pada Zane. "Ini adalah cincin pengikat. Jika kamu bersedia bekerja sama denganku, kamu akan mendapatkan bantuan yang tidak bisa kamu dapatkan di tempat lain. Kami bisa saling menguntungkan."
Zane menatap cincin itu dengan hati-hati. Sesuatu dalam dirinya merasa tidak nyaman dengan tawaran ini, namun ada rasa penasaran yang juga tumbuh. "Apa yang kamu inginkan dariku?"
Wanita itu menatap Zane dengan senyum yang samar. "Bergabunglah dengan saya, dan saya akan memberikanmu informasi dan kekuatan yang akan membantumu melewati batas yang selama ini menghalangi jalanmu."
Zane merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari wanita ini. Rasa waspada dan rasa ingin tahu bercampur aduk dalam dirinya. Ia tahu bahwa tidak ada yang memberi bantuan secara cuma-cuma di dunia ini. "Kenapa saya harus percaya padamu?"
Wanita itu tertawa pelan, seakan sudah menduga pertanyaan itu. "Kamu tidak harus percaya padaku sekarang. Tapi, Zane, kamu tahu persis bahwa jika terus berusaha sendirian, kamu hanya akan terjebak dalam keterbatasanmu."
Zane terdiam. Memang, selama ini ia berlatih seorang diri, mengandalkan hanya tekad dan latihan keras. Tapi semakin lama ia merasa kesulitan untuk mengatasi semua hambatan yang ada. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?" tanya Zane lagi, suaranya lebih serius.
Wanita itu menghela napas, seperti merasa sudah waktunya untuk menjelaskan lebih jauh. "Aku bukan hanya orang biasa. Aku adalah seorang pengamat, dan aku melihat potensi besar dalam dirimu. Tapi untuk berkembang lebih jauh, kamu perlu lebih dari sekadar latihan yang sudah kamu lakukan."
Zane masih merasa ragu, tetapi ia bisa merasakan ada sesuatu yang menariknya untuk menerima tawaran itu. Wanita ini bukan orang sembarangan, dan terkadang dalam dunia kultivasi, bantuan yang datang dari luar bisa menjadi kunci untuk membuka potensi tersembunyi.
"Saya tidak bisa langsung menerima tawaranmu. Tapi, beri saya waktu untuk berpikir," jawab Zane, meskipun hatinya masih penuh keraguan.
Wanita itu mengangguk, tampaknya sudah mengharapkan jawaban itu. "Tidak masalah, Zane. Waktu adalah sesuatu yang kita punya. Tapi ingat, kesempatan ini tidak datang dua kali."
Dengan itu, wanita itu berbalik dan mulai berjalan menjauh. Sebelum menghilang di balik pepohonan, ia berkata lagi, "Aku akan menunggumu di dekat pegunungan. Jika kamu berubah pikiran, datanglah. Jangan biarkan kesempatan itu lewat begitu saja."
Zane berdiri terpaku sejenak, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Ada banyak pertanyaan yang muncul di benaknya—siapa sebenarnya wanita itu? Apa tujuannya? Dan, yang terpenting, apakah tawarannya itu benar-benar bisa membantu dirinya atau justru akan membawanya ke dalam bahaya yang lebih besar?
Saat dia mulai berbalik untuk melanjutkan latihannya, Zane menyadari bahwa ujian yang sebenarnya bukan hanya tentang teknik bayangan atau kemampuan bertarungnya, tetapi juga tentang memilih jalan yang benar. "Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya.
Keputusan itu tidak bisa diambil dengan tergesa-gesa, dan Zane tahu dia harus memikirkan dengan matang langkah selanjutnya. Tapi, satu hal yang pasti—dunia di sekelilingnya semakin rumit, dan dia akan segera mengetahui apakah tawaran dari wanita misterius itu akan menjadi kunci untuk membuka kekuatan yang lebih besar atau malah memperburuk keadaan.