Chereads / Takdir Zane: Dari Terbuang Menjadi Pahlawan" / Chapter 7 - Menghadapi kekuatan baru

Chapter 7 - Menghadapi kekuatan baru

Zane terbangun pagi itu dengan perasaan aneh. Pagi-pagi sekali, ia merasakan sesuatu yang berbeda—sebuah aliran energi yang tidak biasa mengalir di tubuhnya. Semalaman ia tidak tidur nyenyak, terjebak dalam latihan menggunakan teknik bayangan yang diajarkan oleh Aera. Setiap kali ia mencoba untuk menenangkan pikirannya dan mengendalikan bayangan, energi itu semakin menguat, seakan ada kekuatan besar yang tersentak di dalam dirinya. Meskipun agak sulit untuk menguasai teknik itu, Zane merasa bahwa ia sudah mengambil langkah besar menuju kekuatan yang lebih besar.

Namun, pagi ini adalah saat yang menentukan. Zane berdiri di depan danau kecil di pinggiran hutan, berlatih memfokuskan bayangannya ke dalam sebuah bentuk yang lebih padat. Teknik bayangan tidak mudah dipahami, apalagi untuk seseorang seperti Zane yang bakatnya masih jauh di bawah rata-rata. Namun, ia tidak bisa mundur sekarang.

Dengan konsentrasi penuh, Zane duduk bersila, menutup matanya, dan mulai mengalirkan Spirit Qi melalui tubuhnya. Tiba-tiba, bayangannya sendiri seolah-olah bergerak tanpa perintah. Setetes keringat mengalir di pelipisnya saat ia merasa bayangannya seolah hidup. Zane menghirup napas dalam-dalam dan mengarahkan pikiran untuk mengendalikan bayangan itu.

"Aku bisa melakukannya. Aku pasti bisa," bisiknya pelan dalam hatinya.

Setelah beberapa detik, bayangannya yang tadinya hanya gelap, mulai membentuk sebuah benda—sebuah bola kecil dari bayangan yang tampak solid dan terpisah dari tubuhnya. Zane membuka matanya dan melihatnya dengan takjub. "Ini... ini berhasil!"

Namun, keberhasilannya tidak bertahan lama. Sebuah kilatan cahaya terang muncul di sekitar bola bayangan itu, membuat bola tersebut meledak menjadi serpihan-serpihan kecil. Zane terkejut dan terjatuh ke belakang karena ledakan itu. "Ah!" Zane mengaduh, merasakan sakit ringan di tubuhnya akibat ledakan energi yang tidak terkontrol.

Dari kejauhan, Aera yang melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepala. "Kamu terlalu terburu-buru, Zane," katanya sambil mendekat.

Zane bangkit dan mengusap debu di pakaiannya. "Aku hampir berhasil. Tapi kenapa itu meledak begitu saja?"

Aera berdiri di sampingnya, matanya penuh dengan pengertian. "Teknik bayangan memang rumit. Kekuatan bayangan itu tidak stabil jika tidak dikendalikan dengan benar. Kamu harus belajar lebih sabar dan memahami energi itu dengan lebih mendalam."

Zane mengangguk, merasa sedikit frustrasi. "Aku tahu. Aku hanya ingin cepat kuat. Aku ingin bisa melindungi diri sendiri."

Aera menatap Zane, ekspresinya tidak lagi keras. "Kekuatan tidak datang dengan tergesa-gesa. Kamu harus menguasai dirimu sendiri terlebih dahulu. Hanya dengan itu, kamu bisa mengendalikan kekuatan yang lebih besar. Jangan biarkan emosimu menguasai."

Zane merenung sejenak. Kata-kata Aera benar, ia sering terburu-buru dan terlalu berambisi. Ia harus belajar lebih sabar.

Selama beberapa minggu berikutnya, Zane menghabiskan lebih banyak waktu untuk berlatih teknik bayangan. Setiap kali ia merasa frustrasi, Aera selalu ada di sana untuk menenangkannya dan memberi nasihat. Hari demi hari, Zane mulai merasakan aliran energi bayangannya semakin stabil. Meskipun masih jauh dari sempurna, ia bisa merasa kemajuan yang jelas.

Namun, ketenangan itu segera diganggu oleh kejadian yang tak terduga. Suatu malam, saat Zane sedang berlatih di luar, ia merasakan ada sesuatu yang aneh di sekitar tempat pelatihannya. Ada perasaan gelap yang menekan di udara, seolah dunia di sekelilingnya berubah menjadi lebih dingin dan suram. Ia memusatkan perhatian, berusaha mendeteksi apa yang terjadi.

Tiba-tiba, bayangan besar muncul dari dalam kegelapan. Zane tersentak mundur, dan hatinya mulai berdebar. "Apa itu?" gumamnya.

Dari kegelapan malam, muncul sebuah sosok tinggi besar yang tidak bisa dikenali. Sosok itu tampak seperti makhluk yang terbuat dari bayangan itu sendiri. Di sekelilingnya, udara tampak bergetar dengan aura yang penuh ancaman.

Zane merasa tubuhnya membeku. Sebelum ia bisa bertindak lebih lanjut, suara dingin dan berat terdengar dari sosok itu. "Zane... aku telah menunggumu," ujar makhluk itu dengan suara serak yang membuat bulu kuduk Zane merinding.

Seketika, Zane merasa ada sesuatu yang sangat salah. Ia mundur beberapa langkah, tubuhnya kaku oleh ketakutan dan kebingungannya. "Siapa kamu?" tanya Zane dengan suara gemetar.

Makhluk itu hanya tertawa pelan, suaranya seperti bisikan angin yang menyeramkan. "Aku adalah bayangan dari kekuatan yang jauh lebih besar. Dan aku datang untuk menguji seberapa kuat kamu."

Sosok itu melangkah maju, mengelilingi Zane dengan gerakan yang halus namun penuh ancaman. Zane merasa tubuhnya semakin terhimpit oleh energi yang menekan. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur lagi. Ia harus bertarung dan menguji sejauh mana kemampuannya dengan teknik bayangan yang telah ia pelajari.

"Aku tidak akan mundur!" Zane berteriak, meskipun ketakutan masih merasuki dirinya.

Zane mulai mengalirkan Spirit Qi ke dalam tubuhnya, bersiap menghadapi ancaman yang datang. Bayangannya mulai bergerak, namun kali ini, Zane berusaha untuk tidak terburu-buru. Ia tahu, jika ia tidak sabar, ia akan terjebak dalam kekuatan musuh yang lebih besar dari dirinya.