Setelah ujian yang menegangkan itu, Zane merasa lega meskipun kelelahan masih menghantui tubuhnya. Namun, ia tidak bisa lama-lama beristirahat. Aera mengingatkan bahwa ujian ini hanyalah langkah pertama dalam perjalanan panjang yang harus ditempuh jika ia ingin menjadi kultivator yang kuat. "Tidak ada waktu untuk bersantai," kata Aera sambil menyarankan Zane untuk kembali melatih dirinya.
Setelah mendapatkan hasil ujian yang cukup baik—meskipun masih ada banyak hal yang perlu diperbaiki—Zane kembali ke tempat pelatihan di pinggir hutan. Ia melanjutkan berlatih dengan penuh semangat, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Tekadnya untuk bertumbuh lebih kuat semakin menguat, namun di balik itu, rasa ragu dan ketidakpastian juga semakin muncul.
"Aku bukan orang yang luar biasa. Aku tidak punya latar belakang, tidak punya koneksi, dan bakatku pun sangat rendah," pikir Zane saat ia berlatih pagi itu. "Tapi... aku tidak akan menyerah. Aku harus terus berjuang."
Setiap hari, ia berlatih dengan lebih keras. Aera, yang selalu mengawasinya dari kejauhan, memberinya petunjuk dan arahan setiap kali Zane tampak kehabisan energi. "Kamu harus lebih fokus, Zane. Jangan hanya mengandalkan kekuatan fisik. Spirit Qi jauh lebih penting daripada sekadar otot," Aera sering mengingatkannya.
Zane mulai menyadari betapa sulitnya menjadi seorang kultivator yang kuat. Meskipun tekadnya besar, bakat yang dimilikinya tidak dapat mengimbangi kultivator lain yang sudah terlatih sejak kecil. Namun, Aera tidak pernah menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti melatihnya. Bahkan, dia mengajarkan Zane teknik-teknik yang jauh lebih kompleks dan sulit, yang hanya bisa diakses oleh kultivator tingkat lanjut.
Suatu hari, setelah beberapa minggu berlatih keras, Zane merasa ada sesuatu yang berbeda. Ketika ia berlatih mengendalikan Spirit Qi, ia merasakan ada aliran energi yang lebih halus, yang lebih mudah dikendalikan dibandingkan sebelumnya. Meskipun hanya sedikit, perubahan itu sangat berarti baginya. Ia merasakan bahwa usahanya selama ini tidak sia-sia.
Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Pada malam hari, saat Zane sedang beristirahat setelah latihan, suara langkah kaki terdengar di hutan yang sunyi. Zane segera terjaga dan merasakan aura asing yang mendekat. Dengan sigap, ia bersembunyi di balik pohon besar, mencoba memanfaatkan keterampilan yang ia pelajari untuk tetap tidak terlihat.
Dari balik pepohonan, Zane melihat dua sosok yang tampaknya sedang berbicara. Mereka mengenakan pakaian sekte dengan simbol yang tidak dikenalnya. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan rambut panjang dan ekspresi dingin, tampak sedang berbicara dengan seseorang yang lebih muda.
"Kita harus segera kembali ke markas. Waktu yang kita miliki semakin sedikit. Kita tidak bisa terus menunggu di sini," ujar pria itu dengan suara berat.
Zane memperhatikan dengan cermat. Sosok yang lebih muda itu tampak gelisah, namun pria yang lebih tua tampak tegas. Mereka berbicara dalam suara rendah, tetapi Zane bisa mendengar potongan-potongan percakapan mereka. Mereka membahas sebuah "rencana besar" yang akan segera dilaksanakan.
"Rencana besar? Apa yang mereka maksud?" pikir Zane dengan penuh pertanyaan. Namun, ia memutuskan untuk tetap berada di tempat persembunyiannya dan tidak mendekat. Jika mereka mengetahui keberadaannya, bisa jadi dia akan berada dalam bahaya besar.
Setelah beberapa lama, kedua sosok itu akhirnya pergi, meninggalkan Zane dalam kebingungan. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini," gumamnya pelan.
Keesokan harinya, Zane menceritakan kejadian semalam kepada Aera. "Ada dua orang asing yang datang ke hutan ini. Mereka membicarakan sesuatu yang penting. Aku merasa ada sesuatu yang sedang terjadi di luar sana," katanya dengan wajah serius.
Aera mendengarkan dengan penuh perhatian. "Kamu mungkin baru saja melihat para anggota sekte lain. Tetapi jika mereka memang bagian dari rencana besar, kamu harus lebih berhati-hati. Dunia kultivasi ini penuh dengan bahaya yang tidak kita ketahui."
Zane merasa cemas, tetapi Aera hanya menepuk bahunya dengan lembut. "Tidak perlu khawatir. Fokuslah pada latihanmu. Dunia ini tidak akan berhenti berputar hanya karena kita merasa terancam. Jika kamu ingin bertahan, kamu harus cukup kuat untuk menghadapi apapun yang datang."
Dengan kata-kata itu, Zane merasa sedikit tenang. Namun, di dalam hatinya, rasa penasaran dan kekhawatiran semakin tumbuh. "Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana? Apa yang mereka rencanakan?" pertanyaan itu terus menggelayuti pikirannya.
Zane tahu bahwa ia harus terus maju dan mengasah dirinya menjadi lebih kuat. Tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk memahami dunia yang penuh dengan rahasia ini.