Chereads / The Birth of a God / Chapter 30 - Bab 30: Terjatuh dalam Amarah dan Pengorbanan yang Tak Terhentikan

Chapter 30 - Bab 30: Terjatuh dalam Amarah dan Pengorbanan yang Tak Terhentikan

Setelah tim Akademi Huaxia berhasil mengalahkan iblis-iblis raksasa dari dunia lain, mereka melangkah ke arah kelas dengan hati yang lega. Suasana di arena kini mulai kembali tenang, dan murid-murid yang semula ketakutan mulai kembali ke tempat mereka dengan tubuh yang lelah namun penuh semangat setelah kemenangan besar. Wang Liu berjalan di depan, memikirkan pertempuran yang baru saja terjadi. Namun, di balik ketenangannya, ada perasaan gelisah yang terus mengganggunya.

"Apakah itu sudah berakhir?" tanya Yue, berjalan di sampingnya.

Wang Liu meliriknya dengan senyum tipis. "Sepertinya begitu, tapi aku merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang mengintai."

Tiba-tiba, dari arah barat arena terdengar suara yang dalam dan mengancam.

"Wang Liu... kau mau pergi kemana, aku belum selesai," suara itu menggema, membuat langkah mereka terhenti seketika.

Dari kegelapan, dua sosok muncul dengan aura yang sangat kuat. Mei Hua, Dewi bunga dan racun spiritual, serta Tian Huang, Dewa kekuatan mengerikan yang telah lama bersembunyi di dunia lain, berdiri di hadapan mereka.

Wang Liu menegakkan tubuhnya, matanya menyipit. "Kalian... datang lebih cepat dari yang aku duga."

Mei Hua tersenyum dingin. "Kau sudah cukup kuat, Wang Liu, tapi tidak cukup untuk menghadapi kami berdua."

Tian Huang menatap Wang Liu dengan tatapan kosong, energi gelap di sekelilingnya terasa sangat menekan. "Kau seharusnya tahu, tidak ada yang bisa melawan takdir kami. Dunia ini adalah milik kami."

Yue, Xing, dan Ming berdiri di belakang Wang Liu, mempersiapkan diri. Namun, ketiga dari mereka merasakan tekanan yang sangat besar. Mei Hua dan Tian Huang bukanlah lawan yang mudah. Aura keduanya begitu kuat, membuat mereka merasa seolah berada di bawah bayang-bayang kematian.

Wang Liu memanggil pedangnya, Jian Shen, dan memposisikan dirinya di depan Yue, Xing, dan Ming. "Jaga jarak. Aku yang akan menghadapi mereka."

Dengan kata-kata itu, Wang Liu langsung mengarahkan pedangnya ke Tian Huang. Pedang spiritualnya memancarkan cahaya emas yang menyilaukan, sementara Tian Huang hanya tertawa kecil, menahan serangan itu dengan tangan kosong.

"Wang Liu, kau memang kuat, tapi ini adalah akhir dari perjalananmu!" Tian Huang mengangkat tangan, menciptakan gelombang energi besar yang menghancurkan tanah di sekitar mereka.

Namun, Wang Liu menghindar dengan gerakan cepat, pedangnya menyala dengan lebih terang, siap menghancurkan Dewa itu. Mereka bertarung dengan sengit, setiap serangan Wang Liu dibalas dengan gelombang energi mematikan yang diciptakan Tian Huang.

Sementara itu, Mei Hua berdiri di belakang Yue, sebuah senyum licik terukir di wajahnya. Tanpa ampun, dia mengangkat tangannya dan menciptakan sebuah racun spiritual yang mengarah langsung ke tubuh Yue. Racun itu menyebar dengan cepat, membentuk kabut gelap yang menutupi udara di sekitar Yue.

"Yue, hati-hati!" teriak Wang Liu, tetapi semuanya terlambat. Racun itu menyusup ke dalam tubuh Yue dengan cepat, dan dalam beberapa detik, Yue jatuh ke tanah, tubuhnya bergetar hebat.

"Yue!" teriak Wang Liu, berlari ke arahnya dengan panik.

Namun, Mei Hua hanya berdiri dengan tenang, memandang hasil racun yang telah dia sebarkan. "Kau tidak bisa menyelamatkannya, Wang Liu. Jiwa Yue sudah pergi."

Air mata mulai mengalir di wajah Wang Liu, tubuhnya gemetar saat dia merangkul Yue yang terjatuh di tanah. "Jangan tinggalkan aku, Yue... jangan."

Namun, dalam detik-detik terakhir, Yue, yang jiwanya hampir pergi, membuka matanya yang lemah dan menatap Wang Liu dengan penuh kasih. "Wang Liu... aku... mencintaimu."

Kata-kata itu keluar dengan suara yang sangat lemah, hampir seperti bisikan. Sebelum Wang Liu bisa mengatakan apapun, jiwa Yue pun pergi, meninggalkan raga yang kini kosong.

Amarah Wang Liu yang selama ini tersegel mulai pecah. Aura di sekelilingnya berubah menjadi merah darah, penuh dengan kemarahan dan kesedihan yang tak terbendung. Tubuhnya bergetar, dan energi spiritualnya meluap keluar seperti ombak yang tak terkendali.

Rage Mode: Shi Nu

Seperti gelombang amarah yang datang tanpa peringatan, Wang Liu memasuki mode Rage, yang mengubahnya menjadi Shi Nu, makhluk amarah kematian yang tak kenal belas kasihan.

Jian Shen, yang biasanya setia menemani Wang Liu, kini tampak cemas. Pedang itu mencoba untuk menenangkan Wang Liu, tetapi tak berhasil.

"Aku tidak bisa membiarkan mereka lolos... Tidak!" seru Wang Liu, suaranya terdengar dalam dan mengerikan, penuh dengan kebencian yang luar biasa.

Setiap langkah yang diambilnya membuat bumi bergetar. Setiap kali dia mengangkat tangannya, energi spiritualnya yang mengerikan menghancurkan segalanya di jalannya. Tian Huang dan Mei Hua mulai merasakan energi mereka terkuras, seolah-olah seluruh dunia sedang menghisap kekuatan mereka.

Bumi mulai bergetar hebat, dan beberapa planet di langit hancur oleh kekuatan destruktif yang dikeluarkan oleh Wang Liu. Setiap serangan yang dilancarkannya semakin kuat, menghancurkan ruang dan waktu di sekitarnya.

Mei Hua dan Tian Huang, yang tadinya tampak tak terkalahkan, kini mundur seiring dengan semakin melemahnya energi mereka. Mereka berdua jelas tidak dapat menahan amarah Wang Liu yang luar biasa.

"Wang Liu... berhenti!" teriak Tian Huang, mencoba untuk menghentikan serangan itu, namun sudah terlambat.

Dalam satu serangan terakhir, Wang Liu mengarahkan Jian Shen ke Tian Huang, menghancurkan tubuh Dewa itu dalam sekejap. Mei Hua, yang mencoba menyerang dengan racun spiritual, juga dihancurkan oleh serangan mengerikan dari Wang Liu.

Namun, meskipun keduanya hancur, Wang Liu tetap tidak bisa menahan kesedihannya. Dia merangkul tubuh Yue yang kini tiada, air matanya mengalir deras.

"Yue... kenapa ini terjadi? Kenapa kau harus pergi?" kata Wang Liu dengan suara tertahan, hatinya hancur.

Setelah menghancurkan kedua Dewa itu, Wang Liu tetap terdiam, memeluk tubuh Yue yang kini tak bernyawa. Amarah dan kesedihan yang luar biasa memancar dari dirinya. Namun, meskipun dia telah mengalahkan Mei Hua dan Tian Huang, dia tahu bahwa pengorbanan ini belum berakhir.

Pada saat itu, Wang Liu sadar bahwa meskipun dia berhasil membalas kematian Yue, dunia ini telah mengalami kerusakan besar karena amarahnya yang tak terkendali.

Namun, apakah ada harapan untuk memperbaiki semuanya? Apakah ada jalan untuk menghidupkan kembali Yue? Semua pertanyaan itu membanjiri pikirannya, dan Wang Liu tahu bahwa tak ada cara lain selain bertindak lebih jauh. Namun, pengorbanan yang akan datang jauh lebih besar dari yang bisa ia bayangkan.