Wang Liu memeluk Yue dengan erat, tubuhnya yang penuh luka kini merasakan kehangatan dari pelukan orang yang paling ia cintai. Air mata mengalir deras di wajahnya, meskipun tubuhnya sudah kembali ke bentuk semula setelah sebelumnya terkunci dalam wujud Clon yang diselimuti Aura Cosmic. Namun, kegembiraan itu segera ternodai oleh kenyataan yang mengerikan.
Bumi, tempat mereka berpijak, kini sedang dalam kehancuran. Tanah berguncang, langit pecah dengan cahaya merah yang menyelimuti segala sesuatu. Semuanya yang mereka kenal mulai runtuh, dan di kejauhan, suara-suara alam semesta bergema—suara kehancuran yang datang akibat pelanggaran besar terhadap aturan dunia.
Dewa Kehidupan, yang selalu memantau keseimbangan alam semesta, muncul di hadapan Wang Liu. Cahaya berkilauan mengelilinginya, menciptakan bayangan megah yang menakutkan. Dewa itu menatap Wang Liu dengan tatapan yang penuh penyesalan, tapi juga keseriusan yang dalam.
"Wang Liu," suara Dewa Kehidupan terdengar berat dan penuh kewaspadaan. "Aku akan menghentikanmu ketika kau melanggar aturan dunia. Apa yang telah kau lakukan menyebabkan kehancuran ini. Dunia ini kini berada dalam bahaya besar."
Wang Liu menundukkan kepala, tubuhnya gemetar. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Dewa. Aku hanya ingin mengembalikan Yue. Aku tidak peduli dengan aturan dunia jika itu berarti aku bisa bersamanya."
Dewa Kehidupan menghela napas panjang. "Kau tahu sekarang, Wang Liu, dunia ini mengalami kehancuran. Jika kau ingin memperbaiki semuanya, kembalilah ke masa lalu."
Dengan kata-kata terakhir itu, Dewa Kehidupan menghilang dalam cahaya yang memudar, meninggalkan Wang Liu dengan perasaan kosong yang sulit diungkapkan. Yue yang berada di pelukan Wang Liu, merasakan ketegangan dalam tubuhnya.
Xing yang berdiri di samping mereka, tampak bingung dan khawatir. "Wang Liu, apakah kau akan kembali ke masa lalu?" tanyanya, dengan suara yang penuh keprihatinan.
Wang Liu tidak menjawab, hanya menangis lebih keras, air matanya mengalir tanpa henti. Yue, yang merasakan betapa beratnya hati Wang Liu, memegang tangan Wang Liu dengan lembut. "Wang Liu, jika itu yang dibutuhkan dunia, kembalilah ke masa lalu," kata Yue dengan suara yang penuh pengertian.
Air mata Wang Liu semakin deras, mengalir tanpa bisa dibendung lagi. "Tapi, Yue... kau dan kalian semua tidak akan mengenaliku lagi, kecuali Jian Shen," jawabnya dengan suara yang penuh kesedihan. "Aku akan kembali ke masa lalu, tetapi aku tahu aku harus melupakan segalanya—termasuk kalian semua. Aku tidak ingin itu terjadi."
Yue mengusap wajah Wang Liu dengan lembut, mencoba menenangkan pria yang begitu ia cintai. "Tidak apa-apa, Wang Liu," katanya dengan suara lembut yang penuh keyakinan. "Aku akan selalu mengingatmu, tidak peduli berapa lama waktu berlalu. Aku akan selalu ada di hatimu, meskipun kita tidak akan bisa saling mengenali lagi."
Dengan itu, Wang Liu berdiri di tengah arena, matanya penuh dengan air mata yang tak henti-hentinya jatuh. Waktu terasa berhenti sejenak, seakan-akan alam semesta sendiri menahan nafasnya untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di atas kepalanya, sebuah Jam Spiritual besar muncul, bercahaya dengan warna biru keemasan yang memancar begitu terang. Jam itu mulai berputar dengan gerakan lambat, berlawanan dengan arah jarum jam, menandakan bahwa waktu akan mundur, bahwa perjalanan Wang Liu ke masa lalu tidak bisa dihindari.
Yue memandangnya dengan tatapan penuh perasaan. "Wang Liu... hati-hati," ucapnya dengan suara yang berat. "Aku akan selalu mengingatmu. Jangan lupakan aku."
Xing dan Ming berdiri di samping Yue, keduanya juga merasakan kehilangan yang mendalam. Mereka tahu bahwa setelah Wang Liu kembali ke masa lalu, semuanya akan berubah. Mungkin mereka tidak akan pernah lagi bisa bertemu dalam kehidupan yang sama. Mereka mengucapkan selamat tinggal dalam keheningan yang penuh emosi.
"Semoga kita bertemu lagi," bisik Xing, matanya berkaca-kaca. Ming juga mengangguk, tanda setuju meskipun hatinya dipenuhi kesedihan.
Jam Spiritual itu berputar semakin cepat, dan suara detikannya bergema seperti suara yang membawa mereka semua menuju takdir yang tak terelakkan. Wang Liu menatap Yue untuk terakhir kalinya, mengingat semua kenangan mereka, saat-saat kebahagiaan yang mereka bagi bersama, dan cinta yang mereka rasakan.
Dengan satu tarikan napas, Wang Liu mengangkat tangan dan memegang erat Jian Shen, pedangnya yang setia, yang selalu menemaninya dalam setiap langkah hidupnya. Pedang itu bersinar terang, seakan tahu bahwa momen ini adalah titik balik dari segalanya.
"Sampai jumpa lagi, Yue," bisik Wang Liu pelan, suaranya hampir tertutup oleh suara detik jam yang terus berputar.
Ketika jam itu akhirnya mencapai kecepatan maksimum, semuanya mulai berputar dengan cepat. Dunia mulai bergetar hebat, dan langit di atas mereka berubah menjadi gelap. Keadaan itu semakin intens, seakan waktu dan ruang tidak lagi memiliki batas.
Wang Liu, dengan Jian Shen di tangannya, menatap terakhir kalinya ke dunia yang telah dia tinggalkan—sebuah dunia yang penuh dengan luka, kehilangan, dan cinta yang terpisah. Dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti cahaya putih yang membutakan mata. Dunia ini mulai mengabur, dan sebelum semuanya menghilang, Wang Liu kembali ke masa lalu.
Perjalanan Wang Liu kembali ke masa lalu kini dimulai. Saat dia pertama kali memasuki Akademi Huaxia, sebuah perjalanan baru dimulai—perjalanan untuk memperbaiki segala sesuatu yang telah terjadi, untuk menghindari kehancuran yang dia bawa, dan untuk menemukan cara agar dia dan Yue bisa bersama tanpa ada lagi perpisahan yang menyakitkan.
Namun, apakah Wang Liu akan berhasil memperbaiki semuanya? Ataukah perjalanan kembali ke masa lalu akan menghadirkan tantangan yang lebih besar? Semua itu akan terungkap dalam bab-bab selanjutnya, di saat-saat yang penuh dengan ujian dan pengorbanan yang lebih besar.