Wang Liu membuka matanya perlahan setelah tiba di dunia yang terasa asing, meskipun sebenarnya semuanya terasa begitu familiar. Seakan-akan ia baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat yang telah lama dikenalnya, Akademi Huaxia. Pemandangan di sekitar sana tidak berbeda jauh dengan yang ia kenang, tetapi ada satu perasaan yang berbeda. Seperti ada yang menunggu, sesuatu yang mengundang perasaan hangat dan penuh harapan.
Angin pagi berhembus lembut, membawa aroma segar dari bunga-bunga yang sedang bermekaran di sekitar akademi. Langit biru yang cerah dan pepohonan hijau yang menari dihembus angin menciptakan suasana yang damai. Semua itu membuat Wang Liu merasa seolah-olah waktu berjalan mundur, seolah-olah ia sedang diberi kesempatan kedua untuk merasakan kehidupan yang penuh dengan potensi dan harapan.
Namun, meskipun semuanya tampak normal, ada sesuatu yang membuat hatinya gelisah. Ia tahu bahwa ia kembali bukan hanya untuk mengulang masa lalu, tetapi untuk memperbaiki segala sesuatu yang telah terjadi—untuk menghindari kehancuran yang telah ia bawa sebelumnya. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa Yue tetap hidup, agar mereka bisa bersama, tanpa harus berpisah lagi.
Dengan langkah yang tegas, Wang Liu menuju ke kelas elit, tempat di mana ia akan bertemu kembali dengan teman-temannya. Meskipun mereka sudah mengenalnya, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Sebuah perasaan yang lebih berat, lebih matang, dan lebih penuh dengan kesadaran akan akibat dari setiap keputusan yang ia buat.
Saat ia melangkah ke dalam kelas, mata semua orang langsung tertuju padanya. Beberapa siswa saling berbisik, mungkin bertanya-tanya mengapa Wang Liu terlihat sedikit berbeda. Namun, Wang Liu tidak terlalu peduli dengan pandangan mereka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah satu hal: bertemu dengan mereka, teman-teman lamanya.
Di sudut kelas, ia melihat dua sosok yang tidak asing bagi matanya. Xing dan Ming, teman-teman yang telah melalui banyak hal bersamanya. Mereka sedang duduk bersama, berbincang-bincang dengan penuh semangat, seolah tidak ada yang berubah. Namun, saat melihat Wang Liu memasuki ruangan, mereka langsung berhenti dan menatapnya dengan ekspresi yang penuh keheranan.
"Wang Liu?" Xing bertanya, suaranya sedikit terkejut. "Kau... apa yang terjadi padamu? Kau terlihat berbeda."
Ming mengangguk setuju. "Iya, sepertinya ada yang berbeda dari dirimu," tambahnya, masih dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
Wang Liu tersenyum tipis, mencoba menenangkan dirinya. Ia tidak tahu harus mulai dari mana, karena di dalam hatinya, banyak perasaan yang saling bertabrakan. Namun, ia hanya mengangguk dan berkata, "Aku hanya merasa sedikit lebih baik sekarang. Mungkin karena aku kembali ke sini."
Xing dan Ming tampaknya tidak curiga, dan mereka kembali melanjutkan percakapan mereka, meskipun ada sedikit keraguan di mata mereka. Wang Liu merasa lega. Setidaknya, mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mereka masih memandangnya sebagai teman lama mereka.
Namun, ada satu hal lagi yang tidak bisa Wang Liu hindari. Di ujung kelas, ada sosok yang membuat hatinya berdebar lebih cepat, bahkan lebih cepat dari biasanya. Yue. Wanita yang telah lama ia cintai, wanita yang telah pergi darinya, dan wanita yang sekarang berada di hadapannya—seolah tak ada yang berubah.
Yue duduk dengan tenang di kursinya, tampak fokus pada buku yang ada di tangannya. Namun, Wang Liu bisa merasakan matanya tertuju padanya, meskipun Yue tidak berkata apa-apa. Ada sesuatu yang aneh dalam tatapan itu, sesuatu yang membuat hati Wang Liu berdegup kencang. Seperti ada kenangan yang tersirat dalam pandangannya—sebuah kenangan yang sepertinya hanya bisa dipahami oleh Yue dan dirinya sendiri.
Wang Liu menatap Yue dengan hati yang penuh rasa rindu dan kesedihan. Ia ingin sekali mendekati Yue, berbicara dengannya, dan memberi tahu betapa besar rasa cintanya padanya. Tetapi, ia tahu bahwa ia harus berhati-hati. Jika ia terlalu cepat mendekati Yue, hal itu bisa mempengaruhi alur kehidupan yang sudah berjalan.
Setiap kali ia melirik ke arah Yue, Wang Liu merasakan ada sesuatu yang tak biasa. Yue seperti sedang memperhatikannya, meskipun ia tidak menunjukkan tanda-tanda nyata. Ada sorot mata yang berbeda, yang membuat Wang Liu bertanya-tanya apakah Yue benar-benar mengingatnya, atau apakah ini hanya perasaan yang ia rasakan karena kenangan-kenangan yang masih menghantuinya.
"Apa yang kau pikirkan?" Ming tiba-tiba bertanya dengan suara ringan, menyadarkan Wang Liu dari lamunannya.
Wang Liu mengalihkan pandangannya dari Yue dan tersenyum. "Hanya berpikir tentang hal-hal yang sudah berlalu," jawabnya pelan. "Tidak ada yang penting."
Namun, dalam hati Wang Liu, semuanya terasa sangat penting. Setiap detik yang ia jalani di dunia ini adalah kesempatan untuk mengubah nasibnya dan nasib orang yang ia cintai. Dan meskipun ia berada di sini, di waktu yang berbeda, perasaan yang ia miliki untuk Yue tidak pernah berubah.
Sekolah mulai berjalan seperti biasa. Wang Liu mencoba untuk fokus pada pelajaran, meskipun pikirannya terus menerus melayang pada Yue. Dalam setiap gerakan, dalam setiap tatapan, ia merasa seakan ada sebuah ikatan tak terlihat yang menghubungkannya dengan wanita itu. Tapi, apakah Yue juga merasakan hal yang sama? Apakah Yue benar-benar ingat apa yang telah terjadi di masa depan, meskipun ia tidak mengingat semua kejadian itu dengan jelas?
Selama pelajaran berlangsung, Wang Liu merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan Yue. Ketika ia menatap wanita itu lagi, ia bisa melihat kilasan kenangan dalam matanya, seolah-olah Yue tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dari yang terlihat. Ada semacam perasaan yang terpendam dalam dirinya, sebuah kesadaran bahwa ia dan Wang Liu pernah memiliki hubungan yang lebih dalam dari sekadar teman.
Namun, Yue tetap diam. Ia tidak mengatakan apa-apa, dan Wang Liu pun tidak berani untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Ia tahu bahwa jika ia terburu-buru, semuanya bisa berubah dengan cara yang tidak diinginkan. Mungkin, ini adalah saatnya untuk berjalan perlahan, untuk membiarkan takdir mengambil jalannya.
Wang Liu duduk di kursinya, mencoba untuk menenangkan diri dan meresapi semua yang terjadi. Ia kembali ke masa lalu bukan hanya untuk memperbaiki kesalahan, tetapi untuk menemukan jalan agar ia dan Yue bisa bersama. Dan meskipun dunia ini terasa asing, meskipun ada banyak hal yang belum ia pahami, ia merasa satu hal yang pasti: ia akan melakukan apa saja untuk melindungi Yue, untuk menjaga orang yang ia cintai dari segala bahaya.
Hari itu berlanjut dengan keheningan yang penuh makna, dengan perasaan yang tak terucapkan. Wang Liu tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia tahu satu hal pasti: ia tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Dengan langkah yang hati-hati, ia akan menghadapi segala rintangan yang ada untuk memastikan bahwa ia dan Yue akan mendapatkan akhir yang bahagia, yang mereka berdua pantas dapatkan.