Keesokan harinya, Wang Liu bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia memasukkan pedangnya, Jian Shen, ke dalam tasnya dengan hati-hati. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Yue dan ancaman Dewi Mei Hua. Namun, ia bertekad untuk tetap menjalani harinya dengan tenang.
Sesampainya di gerbang sekolah, teman-temannya, Yue, Xing, dan Ming, menyambutnya dengan senyuman.
"Pagi, Wang Liu!" sapa Yue ceria.
"Pagi," balas Wang Liu sambil tersenyum tipis. Meski hatinya masih gelisah, ia tidak ingin membuat teman-temannya khawatir.
Di kelas elite, pelajaran dimulai seperti biasa. Guru mereka, Master Zhang, memberikan pelajaran tentang teknik pertahanan spiritual. Namun, perhatian Wang Liu terganggu. Ia terus memikirkan kemungkinan terburuk jika Dewi Mei Hua benar-benar turun dan berhasil menangkap Yue.
Master Zhang, yang memperhatikan tatapan kosong Wang Liu, mendekat. "Wang Liu, kau terlihat tidak fokus hari ini. Apa ada yang mengganggumu?"
Wang Liu menggeleng pelan. "Maaf, Master. Saya hanya sedikit lelah."
Master Zhang menatapnya tajam, tetapi tidak mendesaknya lebih jauh. "Baiklah. Ingat, sebagai pelindung spiritual, fokus adalah kunci."
Saat bel istirahat berbunyi, para siswa elite menuju halaman sekolah untuk menikmati waktu santai. Yue, Xing, dan Ming duduk di bawah pohon besar, berbincang tentang latihan mereka. Wang Liu berdiri sedikit jauh, masih tenggelam dalam pikirannya.
Tiba-tiba, suara gemuruh keras mengguncang halaman sekolah. Tanah bergetar, dan para siswa berteriak panik. Dari arah gerbang sekolah, sebuah iblis raksasa dengan tubuh hitam pekat, tanduk besar, dan mata merah menyala muncul, menghancurkan pagar sekolah.
Iblis itu mengaum keras, memancarkan aura jahat yang membuat beberapa siswa lemas seketika. Para guru dan siswa biasa mundur, tetapi kelas elite tidak tinggal diam. Xing, Ming, Yue, dan Wang Liu langsung bergerak.
"Semua orang, mundur ke tempat aman! Kami akan menangani ini!" teriak Xing dengan penuh keberanian.
Wang Liu membuka tasnya dan mengeluarkan Jian Shen. Pedang itu langsung bersinar terang, memancarkan energi spiritual yang kuat.
"Bersiaplah. Iblis ini lebih kuat dari yang kita kira," kata Wang Liu sambil memegang Jian Shen dengan kokoh.
Xing dan Ming menyerang lebih dulu. Xing melompat ke udara, mengayunkan pedangnya dengan cepat, menciptakan gelombang energi yang menghantam tubuh iblis itu. Ming meluncurkan serangan jarak jauh dengan panah spiritualnya, mencoba melumpuhkan kaki iblis.
Namun, iblis itu tidak mudah dikalahkan. Dengan gerakan cepat, ia mengayunkan tangannya yang besar, memukul Xing hingga terpental ke tanah.
"Xing!" teriak Yue, tetapi Xing segera bangkit, meski terlihat kesakitan.
Yue maju ke depan, mengumpulkan energinya. Ia mengangkat tangannya, menciptakan serangan berbentuk bunga es yang tajam. Serangan itu mengenai iblis, membuat salah satu lengannya membeku sesaat sebelum pecah.
Iblis itu meraung marah. Wang Liu memanfaatkan momen itu untuk mendekat. Dengan satu gerakan cepat, ia melompat ke punggung iblis, menusukkan Jian Shen ke tubuh makhluk itu. Jian Shen memancarkan cahaya emas yang membakar bagian tubuh iblis tersebut.
Namun, iblis itu masih belum menyerah. Dengan kekuatan penuh, ia melompat ke udara, mencoba menjatuhkan tubuhnya ke tanah untuk menghancurkan semua orang di sekitarnya.
Melihat bahaya itu, Wang Liu memutuskan untuk mengakhiri pertempuran secepat mungkin. Ia melompat ke udara, memusatkan energinya. Aura Jin Guang yang kuat memancar dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar di sekitarnya.
"Ini cukup sampai di sini," kata Wang Liu dengan suara tenang namun penuh kekuatan.
Ia mengangkat tangannya, menciptakan lima pedang spiritual bercahaya yang mengelilingi tubuhnya. Pedang-pedang itu berputar dengan kecepatan tinggi, memancarkan cahaya tajam yang membuat iblis itu tampak gentar.
Dengan gerakan tangan, Wang Liu mengarahkan pedang-pedang itu ke arah iblis. "Pergilah!" serunya.
Kelima pedang itu meluncur dengan kecepatan luar biasa, menembus tubuh iblis dari berbagai arah. Cahaya terang memenuhi halaman sekolah saat tubuh iblis itu meledak, hancur berkeping-keping.
Saat debu mereda, Yue, Xing, dan Ming mendekati Wang Liu yang berdiri di tengah bekas medan pertempuran. Wang Liu terlihat tenang, meski energinya telah banyak terkuras.
"Wang Liu, itu luar biasa!" seru Xing dengan mata berbinar.
"Kau benar-benar menyelamatkan kita," tambah Ming sambil tersenyum.
Yue menatap Wang Liu dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Wang Liu. Jika bukan karena kau, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita."
Wang Liu hanya mengangguk. "Kita semua berperan di sini. Ini adalah usaha bersama."
Master Zhang muncul di antara kerumunan siswa yang menyaksikan dari kejauhan. Ia menatap Wang Liu dengan bangga, tetapi juga dengan sedikit kekhawatiran.
"Wang Liu, kau menggunakan kekuatan yang sangat besar. Jangan terlalu mengandalkannya. Ingat, kekuatanmu juga bisa menjadi pedang bermata dua," katanya dengan nada tegas.
Wang Liu mengangguk pelan. Ia tahu maksud Master Zhang. Kekuatannya memang luar biasa, tetapi jika tidak dikendalikan, ia bisa menjadi ancaman bagi dunia, sama seperti ancaman yang sedang mereka hadapi.
Malam itu, Wang Liu duduk sendirian di taman belakang rumahnya. Jian Shen berdiri di sampingnya.
"Guru, kau telah menunjukkan kekuatan luar biasa hari ini. Tapi aku tahu kau masih khawatir," kata Jian Shen.
Wang Liu menatap bulan di langit. "Aku khawatir bukan hanya tentang Yue atau ancaman Dewi Mei Hua. Aku khawatir tentang diriku sendiri. Jika aku kehilangan kendali... aku tidak tahu apa yang akan terjadi."
Jian Shen menatap Wang Liu dengan serius. "Guru, kau memiliki hati yang kuat. Selama kau percaya pada dirimu sendiri, kau tidak akan pernah kehilangan kendali."
Wang Liu tersenyum tipis. "Semoga kau benar, Jian Shen. Karena ini baru permulaan. Ancaman sebenarnya masih ada di depan."
Dengan tekad yang semakin kuat, Wang Liu berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi Yue dan dunia ini, apa pun yang terjadi.