"KRING… KRING… KRIIING…" (Bunyi suara jam berdering).
(Pukul 06.00 pagi)
Terbangunlah Andre di pagi hari kemudian ia langsung bersiap – siap untuk berangkat ke sekolahnya. Setelah ia selesai mandi dan menyiapkan semua barang – barangnya, tak lupa ia juga membawa serta foto – fotonya itu kemudian ia langsung pergi ke meja makan untuk menyantap sarapannya itu dan bergegas ke sekolah.
(Pukul 07.30 pagi)
Andre pun sampai di sekolahnya dan langsung bergegas menuju ke kelasnya. Ia pun duduk di bangkunya dan menatap kearah langit dari jendela kelasnya itu.
Cyntia pun merasa sangat kasihan melihat Andre begitu ia tanya tentang penyakit yang sedang dialami Andre. Tak lama kemudian seorang guru pun masuk kedalam kelas itu untuk memulai pelajaran.
"Halo anak – anak, kalian siap ?" ucap sang guru pada murid – muridnya itu.
"Hari ini ada ulang dadakan, jadi tolong di bagikan ke semua ya" lanjut sang guru.
"Astaga, ulangan dadak lagi" ucap murid – murid tersebut.
Setelah soal ulangan itu dibagikan mereka semua pun mengerjakannya dengan serius.
(Pukul 12.00 siang)
(Bel sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat)
"Andre, Cyntia. Tolong bantu ibu untuk membawa tugas – tugas kalian ini ya" ucap sang guru sambil menunjuk kearah tumpukkan buku tersebut.
"Baik bu" ucap Cyntia.
Kemudian mereka pun membawa tumpukkan buku itu menuju ruang guru.
"Hei Andre, setelah ini mari kita makan siang di taman biasa, ada yang ingin aku katakan padamu" ucap Cyntia pada Andre.
"Tumben sekali kau serius seperti ini, Cyntia" ucap Andre pada Cyntia.
"Sudah kau ikut saja, ini penting" ucap Cyntia kembali.
Akhirnya setelah mereka selesai membantu guru itu mereka pun langsung kembali kelas untuk mengambil bekal makan siang mereka dan menuju ke tempat mereka biasa makan itu.
Setelah mereka sampai, mereka pun makan bekal mereka.
"Kenapa kau begitu egois ?" tanya Cyntia pada Andre.
"Apa maksudmu ?" tanya Andre kembali.
"Mengapa kau menyembunyikan itu ?" tanya Cyntia dengan nada marah.
"Apa kau tidak percaya pada sahabatmu ?" lanjutnya.
Andre pun menghentikan suapannya dan terdiam.
"Sejak kapan penyakitmu itu kambuh lagi ?" tanya Cyntia pada Andre.
"Darimana kau tahu tentang ini ?" ucap Andre.
"Pada saat aku sedang menjenguk Adeline, aku tak sengaja melihatmu datang kerumah sakit itu juga. Padahal kau bilang kau ada urusan pada saat itu. Setelah aku mengikutimu akhirnya aku tahu tentang hal ini," jawab Cyntia.
"Lalu pada saat hari minggu kemarin aku yang sedang berada di kebun binatang tidak sengaja melihatmu batuk sambil mengeluarkan darah" lanjutnya.
"Mengapa kau tidak pernah memikirkan perasaan orang lain ?" ucap Cyntia dengan mata berkaca – kaca.
"Apa kau tidak pernah berpikir perasaanku atau ibumu atau bahkan Adeline ?" lanjutnya.
"Karena itulah aku tidak mau kalian tahu tentang hal ini, aku tidak mau kalian jadi khawatir" ucap Andre.
"Bukankah beban itu lebih terasa ringan bila diangkat bersama – sama ?" tanya Cyntia kembali.
"Tidak untuk beban yang satu ini, Cyntia" Jawab Andre.
"Kau tidak mengerti bagaimana beratnya mengetahui orang – orang yang kita sayangi memikul beban yang sangat berat karena itu aku tidak mau lagi menambahkan beban ini kepada mereka" lanjut Andre.
"Tenang saja, aku bisa memikulnya sendiri, aku akan buktikan bahwa aku tidak kalah pada beban ini" ucap Andre sambil tersenyum untuk menenangkan Cyntia.
"Aku mohon kau mengerti Cyntia, aku tidak mau mereka khawatir padaku soal ini, tolong rahasiakan ini" ucap Andre dengan mata yang berkaca – kaca.
Cyntia pun sangat terkejut melihat Andre yang selalu tampak cuek dan dingin itu tiba – tiba matanya berkaca – kaca.
"Baiklah aku mengerti, tapi mulai saat ini aku akan selalu berada disisimu untuk memastikan bahwa kau baik – baik saja" ucap Cyntia sambil memegang bahu Andre untuk menguatkan Andre.
"Aku ini sahabatmu juga, bukan ?" ucap Cyntia sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak ya Cyntia" ucap Andre sambil memeluk Cyntia.
Cyntia pun terkejut karena perlakuan Andre itu.
"Inilah yang aku inginkan selama ini, aku ingin kau menganggapku ada" ucap Cyntia dalam hatinya.
"Maaf Adeline, aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi" lanjut Cyntia.
"Oh ya Andre, hari ini kau akan ke rumah sakit untuk mengambil hasil test labmu, kan ?" tanya Cyntia.
"Iya benar, ada apa ?" jawab Andre padanya.
"Aku akan ikut denganmu untuk memastikan hasil test tersebut, bagaimana ?" ucap Cyntia sambil tersenyum.
"Baik, baiklah…, tapi ingat, tolong rahasiakan semua ini" jawab Andre.
"Tenang saja" ucap Cyntia pada Andre sambil mengacungkan jempolnya.
Akhirnya mereka pun melanjutkan makan siang mereka. Setelah mereka selesai mereka berdua pun bersiap – siap dan menuju kembali ke kelas mereka.
(Pukul 03.00 sore)
(Bel sekolah pun berbunyi menandakan waktu pulang)
"Ayo Andre, apa kau sudah siap ?" tanya Cyntia.
"Baiklah, ayo kita berangkat" jawab Andre.
Dan mereka berdua pun pergi ke rumah sakit tersebut.
Sementara dalam perjalanan,
"Hei Cyntia, kita mampir ke toko buah sebentar ya, aku mau beli dan membawanya ke rumah sakit untuk Adeline" ucap Andre.
"Baiklah kalau begitu" jawab Cyntia.
Mereka berdua pun mampir ke toko buah yang mereka lewati dan membeli beberapa buah – buahan untuk dibawa kepada Adeline.
Sesampainya mereka di rumah sakit itu, mereka pun langsung menuju ruang tunggu pasien. Setelah tidak lama menunggu, akhirnya Andre pun di panggil masuk kedalam ruangan dokter.
"Kau tunggu saja disini ya Cyntia" ucap Andre.
"Baiklah" jawab Cyntia.
Setelah beberapa lama akhirnya Andre pun keluar membawa surat dari ruangan dokter itu dan tertunduk lesuh, kemudian ia menghampiri Cyntia dan memberinya surat.
Perasaan Cyntia pun jadi tidak enak melihat raut wajah Andre. Tanpa berlama – lama Cyntia pun langsung membuka surat tersebut dan membacanya.
Cyntia pun terkejut dan tak bisa berkata – kata melihat isi surat itu. ia pun langsung memeluk Andre dan menguatkannya.
[Tertulis pada surat itu : - Diagnosa : Small Cell Lung Cancer (SCLC) st. 4].
"Cyntia, sekali lagi tolong rahasiakan ini" ucap Andre sambil tersenyum padanya.
"Aku tidak apa – apa kau tenang saja" lanjutnya.
"Ayo kita jenguk Adeline" ucapnya sambil tersenyum kembali.
Cyntia pun berusaha untuk tetap kuat setelah mengetahui sahabatnya terkena penyakit ganas itu.
Mereka pun akhirnya pergi ke kamar 209 tempat Adeline berada.
"Halo, bagaimana kabarmu ?" ucap Andre yang datang menjenguk Adeline pada hari itu.
"Hai Andre, aku baik hari ini" jawab Adeline sambil tersenyum.
"Haaaii Adeline" ucap Cyntia dengan gembira melihat Adeline dan langsung memeluknya.
"Haaii Cyntia, tumben sekali kau bersama Andre datang menjengukku" ucap Adeline.
"Oh karena kami hari ini tidak ada pelajaran tambahan jadi kami bisa menjengukmu bersama" ucap Cyntia sambil tersenyum.
"Oh ya Adeline, bagaimana kalau kita makan buah, aku beli buah – buahan pada saat jalan kesini tadi ?" ucap Andre.
"Mau…, mau" ucap Adeline dengan gembira.
Akhirnya Andre pun menyiapkan buah – buahan itu untuk mereka makan bersama.
"Hai Adeline, beruntungnya kau memiliki seorang pangeran ya," ucap Cyntia sambil sedikit menggoda Adeline.
"Apa yang kau bicarakan ?" ucap Adeline sambil tersipu malu.
"Kau lihat dia, kalau aku jadi dirimu aku pasti akan menyatakan cintaku padanya" ucap Cyntia.
"Dia baik karena aku sahabatnya, aku tidak yakin dia mencintaiku" ucap Adeline pada Cyntia.
"Kita lihat saja nanti" ucap Cyntia pada Adeline sambil memainkan kedua alisnya.
"Ini dia" ucap Andre sambil memberikan buah – buah itu pada Adeline dan Cyntia.
Akhirnya mereka makan bersama sambil bercanda dan tertawa.
Tiba – tiba wajah Adeline jadi murung dan termenung.
"Hei Adeline, kau kenapa ?" tanya Cyntia pada Adeline.
"Besok aku akan menjalani operasi lagi setelah sekian lama, aku hanya terpikirkan hal itu" ucap Adeline dengan wajah sedih.
"Sudah, sudah. Kau pasti bisa melewatinya" ucap Cyntia sambil menyemangati Adeline.
"Ada aku dan Andre yang selalu siap membantumu kapan saja" lanjut Cyntia sambil merangkul Andre dan tersenyum.
"Terima kasih ya, maaf aku selalu merepotkan kalian" ucap Adeline sambil mengusap air matanya.
"Ya sudah, aku akan cuci piring ini dulu, kalian ngobrol saja dulu" ucap Cyntia.
Cyntia pun merapihkan tempat itu dan mencuci piring – piring itu.
"Oh ya Adeline, ini foto – fotonya, aku hampir saja lupa" ucap Andre sambil memberikan foto – foto itu pada Adeline.
"Wah…, sudah lama aku tidak kesini" ucap Adeline yang kagum melihat foto – foto itu.
Adeline pun melihat foto itu satu persatu dan merasa sangat senang. Andre pun ikut merasa senang melihat ekspresi Adeline. Mereka berdua pun saling berbagi cerita dan bercanda. Mereka tampak mesra saat itu.
Cyntia pun mendengar – dengar perkacapan mereka dan memerhatikan mereka dari kejauhan. Perasaan Cyntia pun jadi bercampuk aduk saat itu. Disatu sisi ia merasa senang melihat Andre begitu bahagia saat berada di samping Adeline namun di sisi lain ia tidak dapat membohongi perasaannya bahwa sakit hatinya melihat Andre bahagia bersama wanita lain yang merupakan sahabatnya sendiri.
Ia pun bingung dengan perasaannya sendiri dan tidak tahu harus bagaimana saat ini.
Akhirnya Cyntia yang sudah tidak kuat menahan perasaannya itu menitikkan air matanya dan pura – pura menelepon seseorang.
"Oh baiklah, aku akan pulang sekarang" ucap Cyntia sambil menangis.
"Adeline, Andre. Aku pulang dulu ya, binatang peliharaanku mati" ucap Cyntia dengan langsung meninggalkan ruangan itu.
Andre dan Adeline pun terkejut pada perkataan Cyntia dan masih merasa heran. Tak lama kemudian Andre pun langsung berlari mengejar Cyntia.
"Tunggu !, aku baru tahu kalau Cyntia punya binatang peliharaan" ucap Adeline dalam hatinya yang masih merasa bingung dengan yang terjadi.
Sementara itu di lobby rumah sakit,
"Hei Cyntia tunggu" sahut Andre.
"Ada apa ?!" ucap Andre yang terkejut melihatnya menangis.
"Aku tidak kuat melihatmu, tidak pernah terpikir olehku bahwa kau harus menanggung beban itu dan aku sedih membayangkan Adeline apabila ia tahu tentang penyakitmu" ucap Cyntia pada Andre.
"Sejujurnya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan Andre, aku tidak sanggup melihat kemesraan kalian" ucap Cyntia dalam hatinya.
"Hei Cyntia, tenang, tenang" ucap Andre sambil berusaha menenangkan Cyntia.
"Aku tidak apa – apa, kau kan sudah berjanji untuk merahasiakan ini, kalau kau seperti itu nanti Adeline jadi curiga padamu" ucap Andre.
Akhirnya Andre pun berusaha terus memberikan pengertian pada Cyntia. Setelah mendengarkan penjelasan Andre, Cyntia pun nampak mulai mengerti dan mengusap air matanya. Namun Cyntia tetap pulang ke rumahnya pada saat itu. Andre pun kembali ke kamar Adeline.
"Hei Andre, apa benar hewan peliharaannya mati ?" tanya Adeline padanya.
"Iya benar katanya karena di tabrak mobil barusan" jawab Andre.
"Tapi sejak kapan Cyntia boleh memelihara hewan peliharaan, bukankah ibunya alergi bulu hewan ?" tanya Adeline pada Andre kembali.
"Ehh…, aku juga tidak tahu pasti, tapi yang kudengar belakangan ini Cyntia memang punya hewan peliharaan" jawab Andre.
"Maaf Adeline aku harus berbohong padamu soal ini" ucap Andre pula dalam hatinya.
"Andre, apa menurutmu operasiku kali ini akan berhasil ?" tanya Adeline dengan wajah murung.
"Tentu saja, kau kan sangat ingin sembuh jadi aku yakin perasaan yang kuat itu akan membantumu dalam operasimu nanti" ucap Andre sambil menguatkan Adeline.
"Kalau kau sembuh, aku akan membawamu pergi ke taman bunga yang waktu itu, bagaimana ?" ucap Andre sambil tersenyum padanya.
"Benarkah ?!" tanya Adeline dengan sangat antusias.
"Apa aku terlihat sedang berbohong ?" ucap Andre sambil membuat wajah lucu pada Adeline.
"Horeee… !, Baiklah aku akan sembuh supaya aku bisa datang ke taman bunga itu" ucap Adeline sambil tersenyum dan mendapat semangatnya kembali.
Mereka pun menghabiskan waktu sambil bercerita dan tertawa.
"Oh ya Adeline sebentar lagi kau ulang tahun kan, ada yang kau inginkan ?" ucap Andre.
"Atau kau ingin aku pergi kemana lagi setelah ini ?" lanjutnya.
"Hm..., tidak Andre. Aku tidak menginginkan barang apapun dan aku tidak ingin pergi kemanapun lagi. Yang aku ingin kan sekarang hanya berjumpa dengan orang – orang aku sayangi seperti Cyntia, dirimu atau keluargaku saja" ucap Adeline.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan mereka" lanjut Adeline.
Lalu teringatlah Andre akan ayah dari Adeline.
"Kau ingin ayahmu hadir di hari ulang tahunmu ya, kau merindukannya kan ? tanya Andre pada Cyntia.
"Hm.., ia tidak akan bisa datang karena sibuk dengan kerjaannya" jawab Adeline sambil melihat kearah foto keluarganya.
"Aku pernah melihat sketsa wajah laki – laki yang kau gambar, itu ayahmu kan ?" tanya Andre sekali lagi padanya.
Adeline pun tiba – tiba menitikkan air matanya.
"Dia sibuk sampai harus bekerja ke luar negeri karena ia harus menanggung biaya perawatanku yang mahal ini, aku terkadang berpikir apa sebaiknya aku pergi saja" ucap Adeline sambil memikirkan sang ayah.
"Sejak kapan kau jadi egois seperti ini ?" tanya Andre padanya.
"Apa maksudmu ?!" jawab Adeline yang tekejut mendengar pertanyaan Andre.
"Mengapa kau bisa berpikiran seperti itu ?" ucap Andre pada Adeline.
"Ayahmu berjuang sampai ke luar negeri untuk dirimu dan sekarang kau ingin menyerah begitu saja ?" ucap Andre sambil terus meyakinkan Adeline.
"Ia melakukan hal tersebut karena ia sangat mencintaimu Adeline, aku sangat yakin itu" lanjut Andre sambil tersenyum.
"Semoga saja apa yang kau bicarakan itu benar Andre" ucap Adeline.
"Pasti benar, percayalah padaku Adeline" ucap Andre sambil memegang kedua tangannya.
"Terima kasih ya kau sudah menyemangatiku" ucap Adeline.
Sementara itu,
Dari luar kamar tersebut ternyata ada ibu Adeline yang mendengar semua pembicaraan itu.
"Anak itu nampaknya benar – benar mencintai Adeline" kata sang ibu dalam hatinya.
"Tapi apa dia siap dengan semua beban yang ia harus ia pikul bila bersama dengan Adeline, aku tidak mau Adeline jadi sedih karena cinta, aku mau ia tetap fokus pada kesembuhannya" lanjut sang ibu dalam hatinya.
Kemudian ibu Adeline pun masuk kedalam kamar Adeline.
"Halo…, selamat malam" ucap sang ibu.
"Ada Andre juga rupanya" lanjut sang ibu.
"Halo selamat malam" ucap mereka berdua pada ibu Adeline.
"Adeline, ibumu sudah pulang saatnya aku pamit dulu ya" ucap Andre pada Adeline.
"Eh…, sebentar Andre, nanti temani tante keluar dulu untuk beli makan ya, ada yang ingin tante bicarakan" ucap ibu Adeline.
"Baiklah tante" jawab Andre sambil tersenyum.
Akhirnya tak berapa lama Andre dan ibu Adeline pergi keluar.
(Malam yang cukup dingin)
"Andre bagaimana kalau kita makan sesuatu yang hangat – hangat ?" tanya ibu Adeline pada Andre.
"Boleh saja tante" ucap Andre.
Mereka pun pergi ke sebuah kedai mie dan makan disana.
"Hei Andre, apa kau benar – benar mencintai Adeline ?" tanya sang ibu.
Andre pun sempat terdiam beberapa saat ketika ia mendengar pertanyaan itu.
"Iya benar tante, maaf soal kalau saya lancang" jawab Andre.
"Tidak, tidak. Sebenarnya tante senang mendengarnya. Hanya saja kau tahu bagaimana keadaan Adeline saat ini kan, kau tahu bagaimana ia sedang berjuang melawan penyakitnya itu" ucap sang ibu.
"Aku hanya tidak mau perjuangannya sia – sia hanya karena masalah cinta, kau tahukan cinta tidak selamanya akan berjalan indah, suatu saat ia akan melewati lembah kelam sebelum mencapai puncak yang indah" lanjut sang ibu.
"Aku tidak ingin ia merasakan semua itu saat ini, aku ingin dia fokus pada penyembuhannya dahulu. Aku tahu ini berat, aku yakin Adeline pun akan marah bila mengetahui hal ini tapi aku melakukan semua ini demi dirinya karena aku tidak mau kehilangan anakku satu – satunya" ucap sang ibu dengan mata yang berkaca – kaca.
Andre terus menyimak semua perkataan ibu Adeline itu dengan sungguh – sungguh.
"Nampaknya kau sudah paham kemana arah pembicaraan ini, kan ?, jadi aku mohon padamu tolong mengerti keadaan ini, Andre" tanya ibu Adeline padanya.
"Baiklah tante, aku mengerti, aku akan menjauhi Adeline mulai hari ini, tapi aku melakukan ini bukan untukmu melainkan untuk kesembuhannya" ucap Andre.
"Terima kasih banyak Andre, aku tahu kau pasti mengerti" ucap sang ibu.
Mereka pun menyelesaikan makan malam itu dan kembali pulang ke tempat masing – masing.
"Hati – hati dijalan ya Andre, sampaikan salam dari tante untuk ibumu" ucap ibu Adeline pada Andre sambil melambaikan tangannya.
"Baik" jawab Andre sambil tersenyum dan melambaikan tangannya juga.
Andre pun memikirkan semua perkataan ibu Adeline tersebut sepanjang jalan pulang. Bahkan sesampainya di rumah ia pun langsung masuk kedalam kamarnya.
Ibu Andre yang melihat anaknya itu pun merasa sedih dan penasaran apa yang terjadi padanya. Kemudian setelah ia selesai merapihkan rumah, ia pun langsung naik ke kamar Andre dan membuka pintu kamarnya.
"Kau yakin tidak mau bercerita padaku ?" ucap sang ibu pada Andre yang sedang tidur membelakanginya.
Andre pun diam seribu bahasa.
"Baiklah kalau begitu, kalau kau ingin bercerita aku siap mendengarkan" ucap sang ibu lalu pergi turun kebawah.
"Kau dapat salam dari ibunya Adeline" sahut Andre dari kamarnya.
Kemudian ibu Andre yang mendengar perkataan itu pun lanjut turun kebawah dan tersenyum.
"Cinta…, cinta..., kau sudah mulai menghampiri kehidupannya" ucap sang ibu dalam hatinya.
"Kalau tahu seperti ini aku tidak masak banyak tadi" ucap sang ibu sambil merapihkan makanan itu kembali kedalam lemari.
(Pukul 03.00 pagi)
(Suara berisik di dapur dan meja makan)
Ibu Andre pun mengintip dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Tak lama kemudian ia pun tertawa pelan melihat yang terjadi. Ternyata Andre sedang makan pada jam tersebut.
Setelah kejadian malam itu,
Andre pun tidak pernah kembali untuk menjenguk Adeline pada hari – hari berikutnya.
Operasi yang Adeline jalani pada tanggal 20 September 2016 pun berhasil dilakukan. Namun Adeline harus beristirahat total selama kurang lebih 1 minggu. Ia tidak di perbolehkan untuk di jenguk oleh siapapun. Cyntia yang bahagia mendengar kabar tersebutpun memberitahukannya pada Andre. Namun Andre hanya tersenyum setelah mendengarnya. Cyntia pun merasa ada yang tidak beres pada Andre.
Sementara itu,
Adeline yang telah sadar terus bertanya – tanya mengapa Andre tidak datang menjenguknya lagi. Ia bertanya pada Cyntia akan hal itu namun Cyntia pun bingung harus berkata apa karena ia pun sendiri tidak tahu apa yang terjadi.
"Aku harus bertanya langsung padanya apa yang terjadi" ucap Cyntia dalam hatinya.
Cyntia pun terus berusaha untuk mengalihkan pembicaraannya apabila Adeline sudah mulai menanyakan hal – hal tentang Andre padanya.
"Cyntia, apa aku ada salah bicara pada Andre ya ?" tanya Adeline padanya.
"Ehh…, aku rasa mungkin Andre lagi fokus belajar saja saat ini, karena sekolah kita lagi sering mengadakan ujian dadakan… hehe, Oh iya Adeline, aku dengar ada toko baju yang cukup besar baru buka di kota ini loh…, nanti kita coba kesana ya kalau kau sudah sembuh" jawab Cyntia sambil berusaha agar Adeline tidak bertanya lagi tentang Andre padanya.
"Boleh, boleh Cyntia…, asik" jawab Adeline yang senang mendengar hal itu.
Cyntia terus berpikir dengan keras untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka agar tidak tertuju pada Andre. Karena Cyntia tahu apabila Adeline merasa sedih maka bisa saja penyakit yang dialami oleh Adeline dapat semakin memburuk.
Setelah cukup lama mereka bercerita akhirnya Cyntia pun berpamitan pada Adeline untuk kembali pulang. Sepanjangan perjalanan pulang Cyntia pun bertanya – tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Andre. Namun ia yakin ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Andre.