Chereads / My Last Year "Tahun Terakhirku" / Chapter 10 - 06 Oktober 2016

Chapter 10 - 06 Oktober 2016

(Ini adalah hari dimana Adeline berulang tahun) 

"KRING… KRING… KRIIING…" (Bunyi suara jam berdering).

Terbangunlah Andre di pagi hari kemudian ia langsung bersiap – siap untuk berangkat ke sekolahnya. Setelah ia selesai mandi dan menyiapkan semua barang – barangnya ia langsung pergi ke meja makan untuk menyantap sarapannya itu dan bergegas ke sekolah.

 Namun Andre lupa membawa hadiah yang ia sudah bungkus dengan rapih itu.

 Andre yang tengah dalam perjalanan ke sekolah pada pagi itu pun menyadari bahwa hadiah untuk Adeline tertinggal dirumahnya. Karena ia lihat masih ada waktu untuk kembali, ia pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

 Pada saat ia ingin menyebrang jalan untuk kembali kerumahnya, ia melihat ada mobil yang sedang melaju kencang sekali ingin menabrak seorang anak kecil yang sedang menyebrang jalan.

Tanpa pikir panjang Andre pun langsung berlari kearah anak itu untuk melindunginya. Andre pun mendorong anak itu dengan kencang hingga ia terjauh ke pinggir jalan. Namun naas mobil tersebut sempat menabrak Andre sebelum akhirnya mobil tersebut membanting stir ke pinggir jalan.

Andre pun dilarikan ke klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Kemudian pihak klinik menghubungi ibu dari Andre dan memberitahukan apa yang terjadi.

Kejadian itu menelan korban 1 orang yaitu sang pengemudi mobil, sementara anak kecil yang Andre dorong ke pinggir jalan itu selamat dan hanya menderita luka ringan saja.

Ibu Andre yang mendengar kabar tersebut pun terkejut dan langsung bergegas menuju klinik tempat Andre dirawat.

"Aku…, dimana…, ?" ucap Andre yang mulai sadarkan diri.

"Kau sementara berada di klinik untuk mendapatkan pertolongan pertama" ucap seorang suster yang tengah merawat luka Andre.

"BAGAIMANA KABAR ANAK KECIL ITU ?!" tanya Andre yang teringat akan kejadian itu sambil melihat kearah suster itu.

"Tenang saja, anak itu selamat, terima kasih untukmu yang telah menyelamatkan nyawanya" jawab suster itu sambil tersenyum.

"Syukurlah" ucap Andre dalam hatinya dengan rasa lega.

Tiba – tiba terdengar suara langkah seperti orang berlari.

"Andre…, astaga kau tidak apa – apa ?!" tanya sang ibu sambil langsung berlari kearah Andre dan memeluknya.

"Tenang saja bu, Andre baik – baik saja, ia hanya menderita trauma ringan karena kepala sempat terbentur jalan dan memderita beberapa luka ringan, oh ya kakinya juga agak terkilir sepertinya" jawab suster tersebut.

"Oh ya, ia mungkin butuh waktu istirahat sekitar 4 hari dulu untuk pemeriksaan lebih lanjut, apabila tidak ditemukan masalah serius maka ia sudah bisa pulang" lanjut sang suster.

"Syukurlah" ucap sang ibu Andre dengan rasa lega dan senang.

"Oh ya Andre, nanti setelah kau makan, jangan lupa minum obat yang telah aku siapkan di meja itu ya, aku tinggal dulu" ucap suster itu.

"Baiklah, terima kasih" ucap Andre.

"Lain kali, kau harus lebih berhati – hati" ucap sang ibu sambil mengingatkan Andre.

"Baik ibu, maaf telah membuatmu khawatir" ucap Andre.

Tak lama terdengar kembali seperti suara langkah kaki yang cepat menuju ruangan Andre.

"Anak muda, saya minta maaf ya, karena anak saya ini kau jadi terluka seperti itu" ucap seorang wanita sambil menggendong anak yang Andre selamatkan tadi.

"Tidak bu, tidak apa – apa, yang penting anak itu tidak terluka parah" ucap Andre sambil tersenyum.

"Anda pasti ibunya anak muda ini ya ?" tanya wanita itu sambil melihat kearah ibu Andre.

"Iya betul, saya ibunya" jawab ibu Andre sambil tersenyum.

"Saya sangat minta maaf ya bu, atas kecerobohan anak saya" ucap wanita itu dengan rasa bersalah yang luar biasa.

"Sudah, sudah, lain kali hati – hati ya bu" ucap ibu Andre pada wanita itu.

"Terima kasih, saya pulang dulu ya" ucap wanita itu sambil berpamitan pada Andre dan ibunya.

Ibu dan anak itu pun akhirnya pulang dari klinik tersebut.

Sementara itu,

"Kenapa Andre masih belum datang ?" ucap Cyntia yang merasa heran.

Tiba – tiba guru yang sedang mengajar di kelas itu pun mendapat telepon.

"Anak – anak, saya jawab telepon ini dulu ya sepertinya penting" ucap sang guru.

Akhirnya ia pun keluar kelas untuk menjawab telepon tersebut.

Tak lama setelah itu ia masuk kembali.

"Anak – anak ada berita buruk, Andre tidak masuk hari ini karena terlibat kecelakaan pagi tadi" ucap sang guru pada semua murid itu.

"Apa ?!, APA ?!, kenapa bisa ?" riuh suara dan kelas dan suasana menjadi ramai.

"Tenang…, tenang. Saya mohon perwakilan kelas nanti ikut denganku setelah pulang sekolah untuk menjenguk Andre" perintah sang guru.

"Baik pak" ucap seluruh murid di kelas itu.

"Andre…, semoga kau tidak apa – apa" ucap Cyntia dalam hatinya dengan rasa cemas yang luar biasanya.

"Adeline tidak boleh tahu soal ini" lanjutnya.

"Baiklah anak – anak, mari kita buka halaman 130…," ucap guru itu dan pelajaran pun dimulai.

Sementara itu,

"Andre, ibu sudah memberitahu sekolahmu bahwa kau sedang sakit dan mungkin dalam seminggu ke depan kau belum bisa masuk" ucap sang ibu pada Andre.

"Baik ibu, terima kasih ya" ucap Andre pada ibunya.

"Baiklah Andre, kau sekarang makan dan minum obatmu, sesudah itu kau istirahat dulu" perintah sang ibu pada Andre.

Andre pun menuruti apa yang dikatakan ibunya itu.

Sementara itu,

(Pukul 09.00 pagi)

Adeline terbangun dari tidur.

Ibu Adeline pun memberinya kejutan kecil dengan menyanyikan padanya selamat ulang tahun dan membawakan kue ulang tahun padanya.

"Ayo tiup dulu lilinnya, tapi sebelum itu "make a wish" dulu ya Adeline" ucap sang ibu sambil tersenyum.

Adeline pun sedikit merasa terhibur dengan hal itu, ia pun menutup matanya dan berdoa sebelum meniup lilin tersebut.

"Tuhan, semoga 2 orang yang ku rindukan dapat bersama – sama merayakan ulang tahunku ini" ucap Adeline dalam hatinya sambil terbayang wajah ayahnya dan Andre.

Adeline pun membuka mata dan meniup lilin tersebut.

"Horee…, selamat ulang tahun ya sayangku" ucap sang ibu sambil memeluk dan mencium anaknya itu.

"Terima kasih banyak ya bu" ucap Adeilne dengan tersenyum.

"Mohon maaf ya Adeline tapi ibu harus segera berangkat ke kantor sekarang karena sudah ditunggu oleh semua atasan ibu untuk mengadakan meeting hari ini" ucap sang ibu sambil terburu – buru untuk pergi ke kantornya.

Adeline pun merasa sedih namun ia berusaha tegar.

"Baiklah ibu, hati – hati ya" ucap Adeline.

"Ibu jalan dulu ya sayang" ucap ibu Adeline sambil menciumnya lalu segera berangkat.

"Seperti biasa, aku tinggal dengan kesendirianku" ucap Adeline dengan mata yang sambil berkaca – kacanya.

Adeline pun melihat kearah langit dari jendela kamarnya.

"Andre, apa yang sebenarnya terjadi padamu ?" tanya Adeline dalam hatinya.

Kemudian tak lama setelah itu masuklah suster yang sering merawat Adeline ke kamarnya dan melakukan pemeriksaan rutin pada Adeline.

Sementara itu Andre yang sedang berada di klinik,

"Andre, ibu pergi dulu ke kantor ya, kau sendiri ku tinggal dulu tidak apa – apa kan ?" tanya sang ibu.

"Tenang saja, aku baik – baik saja" ucap Andre.

"Baiklah, kalau begitu ibu jalan dulu ya" ucap ibu Andre sambil berpamitan dengannya dan berangkat bekerja.

Andre pun melihat kearah langit dari jendela kliniknya.

"Adeline, apa kau sedang memandang langit yang sama denganku ?" tanya Andre dalam hatinya.

(Pukul 16.00 sore)

"Hei Andre !, bagaimana kabarmu ?" ucap Cyntia dengan nada yang lumayan kencang sehingga mengagetkan Andre.

"Astaga Cyntia, kecilkan suaramu !" ucap salah seorang teman yang bersama dengan Cyntia.

"Andre, bagaimana lukamu ?" ucap sang guru yang ikut datang menjenguk Andre saat itu.

Andre pun tersenyum melihat mereka datang.

"Tenang saja, aku baik – baik saja, hanya beberapa luka yang tidak seberapa parah saja pak, mungkin minggu depan aku sudah bisa masuk" ucap Andre pada sang guru.

"Bagaimana ini bisa terjadi padamu ?" tanya sang guru pada Andre.

Andre pun menjelaskan kejadian itu kepada guru dan teman – temannya.

Setelah selesai, mereka pun berpamitan untuk pulang.

"Andre kami pulang dulu ya, ayo Cyntia" ucap sang guru sambil mengajak Cyntia pulang.

"Saya pulang nanti saja pak, masih ada yang saya ingin bicarakan pada Andre" jawab Cyntia.

"Baiklah kalau begitu, tapi ingat Andre butuh istirahat" ucap sang guru dengan mengingatkan Cyntia tentang kondisi Andre.

"Tidak apa – apa pak" ucap Andre sambil tersenyum.

Mereka pun akhirnya pulang terlebih dahulu.

"Hei Andre, kau ingatkan hari ini adalah hari ulang tahunnya Adeline" ucap Cyntia pada Andre.

"Astaga aku lupa membawa hadiahnya, masih tertinggal dimeja belajarku" ucap Andre.

Andre pun berusaha untuk bangun dari tempat tidur itu tapi belum bisa karena badannya yang masih terasa sakit.

"Sudah, sudah kau istirahat saja, biar aku yang ambilkan untukmu" ucap Cyntia sambil meminta kunci rumah Andre.

Andre pun memberikan kunci rumah itu pada Cyntia.

Kemudian Cyntia pun menyuruh Andre untuk menunggu sebentar, lalu ia pun berangkat kerumah Andre untuk mengambil hadiah itu.

 Sampailah Cyntia dirumah Andre itu. Ia pun langsung membuka pintu rumah itu dan masuk ke dalam kamar Andre untuk mengambil hadiah itu. Disaat ia ingin mengambil hadiah itu, ia melihat ada sebuah foto perempuan yang sedang tersenyum dengan manisnya. Ia pun menyadari bahwa foto itu adalah foto Adeline.

Perasaan Cyntia pun kembali bercampur aduk saat itu. Namun ia berusaha keras untuk tetap fokus dan membawa hadiah itu kepada Andre.

Selama perjalanan tanpa Cyntia sadari, matanya terus menitikkan air mata. Akhirnya ia pun sampai di klinik itu kembali dan mengantarkan hadiah itu pada Andre.

"Ini Andre, hadiahnya" ucap Cyntia pada Andre dengan mata yang sembab.

Andre pun memegang tangan Cyntia dan berkata ;

"Mengapa kau menangis, Cyntia ?" tanya Andre.

"Oh tidak, tidak. Mataku sepertinya kemasukan debu pada saat perjalanan kemari" jawab Cyntia sambil berusaha tersenyum.

"Cyntia, aku minta tolong kau antarkan hadiah ini pada Adeline ya" ucap Andre.

"Jangan bilang ini dariku" lanjutnya.

Cyntia pun menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada Andre kemudian langsung bergegas ke tempat Adeline. Cyntia pun tidak lupa membeli sebuah kue ulang tahun dengan ukuran yang tidak terlalu besar untuk diberikannya pada Adeline.

(Pukul 07.00 malam)

Akhirnya Cyntia pun sampai di rumah sakit tempat Adeline di rawat itu. Ia langsung naik ke kamar "209", sebelum itu ia sudah berencana untuk membuat kejutan bagi Adeline.

Cyntia pun membuka pintu kamar itu.

"Adeline…, selamat ulang tahun !" teriakkan Cyntia dengan penuh semangat.

Adeline yang sedang menggambar pun terkejut dengan kedatangan Cyntia.

"Wah…., terima kasih ya Cyntia" ucap Adeline yang merasa senang sambil terharu itu melihat sahabatnya ingat akan ulang tahunnya.

"Kau kenapa Adeline ?, kau habis menangis ya ?" ucap Cyntia yang ikut merasa sedih melihat Adeline.

"Tidak kok, hehe" jawab Adeline lalu mengusap air matanya itu sambil sedikit tertawa.

Cyntia pun langsung menaruh kue itu di atas meja dan memeluk Adeline untuk menenangkannya.

"Sudah…, sudah, kan ada aku disini, jangan bersedih lagi ya Adeline" ucap Cyntia sambil tersenyum padanya.

"Terima kasih ya Cyntia, kau adalah sahabat sejatiku" ucap Adeline yang merasa terhibur mendengar perkataan Cyntia.

"Hei Adeline dari pada kau bersediih, bagaimana kalau kita makan saja kue ini ?" tanya Cyntia sambil melihat kearah kue yang nampak lezat itu.

"Baiklah, ayo kita makan" ucap Adeline dengan sangat antusias.

Cyntia pun memotong dan menyiapkan kue itu untuk mereka santap.

Mereka berdua pun makan kue itu bersama sambil bercerita dan bercanda tawa bersama.

Tiba – tiba Adeline berkata ;

"Cyntia, bagaimana Andre dimatamu ?" tanya Adeline.

Cyntia pun sempat terkejut mendengar pertanyaan Adeline itu.

"Andre ya ?, coba aku pikir dulu" jawab Cyntia sambil berpikir untuk menjelaskan sosok Andre pada Adeline.

"Hmm.., dia adalah laki – laki yang cukup bertanggung jawab sepertinya, walaupun usianya masih muda seperti kita tapi pemikiran Andre cukup dewasa menurutku" ucap Cyntia yang sedang mendeskripsikan Andre.

"Dia adalah orang yang rela berjuang demi sesuatu yang ia inginkan, ia rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan dirinya demi orang yang ia cintai. Dia akan mendahulukan kebahagiaan orang lain dibanding dirinya sendiri" lanjut Cyntia.

"Dibalik sosoknya yang dingin, acuh dan seperti tidak memiliki empati itu, ia sosok yang sangat hangat sebenarnya. Aku pikir ia hanya tidak bisa mengekspresikan dirinya saja" lanjut Cyntia kembali.

"Kau beruntung sekali Adeline, kau memiliki orang yang mencintaimu dengan tulus" ucap Cyntia dengan mata yang mulai berkaca – kaca.

"Cyntia, apa kau suka padanya ?" tanya Adeline dengan wajah tersenyum pada Cyntia.

Cyntia pun terkejut mendengar pertanyaan itu dan terdiam sejenak.

"Tidak, tidak Adeline. Tidak seperti itu" jawab Cyntia.

"Andre sudah menemukan si apa yang ia cintai, ia selalu memperjuangkannya sampai hari ini dan yang pasti orang itu bukan aku" ucap Cyntia sambil tersenyum.

"Hah…, serius ?, siapa orangnya Cyntia, kau kenal ?" tanya Adeline yang penasaran pada siapa sosok yang di cintai Andre.

"Astaga, dia tidak menyadarinya" ucap Cyntia dalam hatinya.

"Nanti juga kau akan lihat siapa orangnya" jawab Cyntia pada Adeline.

"Pantas saja Andre sudah tidak pernah datang menjengukku, semoga dia bahagia ya" ucap Adeline dengan tersenyum.

"Andre lagi pulang ke kampung halamannya bersama ibunya" jawab Cyntia pada Adeline.

"Ia hanya tidak sempat memberitahumu, karena itu mendadak. Aku dapat kabar dari sekolah tapi aku selalu lupa menyampaikannya padamu, maaf ya Adeline, hehehe" lanjut Cyntia.

"Oohh…, ternyata itu alasannya, baiklah" ucap Adeline yang senang mendengarnya.

Cyntia pun tersenyum karena ikut senang melihat reaksi Adeline.

"Kau tidak boleh tahu apa yang Andre alami saat ini, tapi aku akan pastikan dia akan kembali menjengukmu nanti" ucap Cyntia dalam hatinya.

Tak lama kemudian pulanglah ibu Adeline.

"Halo semuanya," ucap sang ibu.

"Halo ibu" ucap Adeline, "Hai tante" sahut Cyntia.

"Oh ya Cyntia, nanti temani tante keluar sebentar tante ingin membeli sesuatu' ucap ibu Adeline pada Cyntia.

"Oh, baik tante" jawab Cyntia.

Tak berselang lama mereka berdua pun pergi ke mini market di dekat rumah sakit itu.

"Bagaimana kabar anak itu ?" tanya ibu Adeline pada Cyntia.

"Andre maksud tante ?" tanya Cyntia kembali untuk memastikan.

"Iya, Andre, bagaimana, karena aku dengar dari berita bahwa ia terlibat kecelakaan karena menolong seorang anak kecil beberapa hari lalu ?" ucap ibu Adeline.

"Keadaannya tidak parah, ia sementara sedang dirawat di klinik yang tidak jauh dari sini untuk pemeriksaan lebih jauh, namun kalau tidak ada masalah serius, hari sabtu ini ia sudah bisa pulang" cerita Cyntia pada ibunya Adeline.

"Kau bisa temani aku untuk menemuinya sabtu ini ?" tanya ibu Adeline.

Cyntia pun terkejut mendengar perkataan ibu Adeline itu.

"Ada yang ingin aku bicarakan padanya tentang Adeline" lanjut ibu Adeline.

"Baik, baik. Aku bisa mengantarmu" ucap Cyntia dengan senang hati.

Mereka pun sampai di depan minimarket tersebut.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa di tempat ini lagi, hari sabtu pagi ya Cyntia" ucap ibu Adeline sambil tersenyum padanya.

"Oh ya, tunggu sebentar" ucap Cyntia sambil mencari – cari sebuah barang dalam tasnya.

"Ini dia," ucap Cyntia sambil memberikan hadiah yang Andre titipkan padanya.

"Apa ini untuk Adeline ?" tanya sang ibu.

"Iya benar itu untuknya, tapi itu bukan dariku" jawab Cyntia.

"Baiklah aku mengerti, nanti akan aku berikan pada Adeline ya" ucap ibu Adeline pada Cyntia.

"Sampaikan rasa terima kasihku padanya bila kau menemuinya" lanjut ibu Adeline.

"Tidak, lebih baik tante yang menyampaikannya langsung bila nanti kita bertemu dengannya" ucap Cyntia sambil tersenyum.

"Kalau begitu aku pulang dulu tante, terima kasih atas pengertianmu" ucap Cyntia dengan gembira.

Cyntia pun kembali pulang kerumahnya.

Setelah ibu Adeline selesai membeli beberapa barang dari minimarket itu, ia langsung kembali ke rumah sakit.

Sesampainya ia di kamar itu.

"Halo Adeline, kau mau roti strawberry ?, kelihatannya enak" ucap sang ibu sambil menawarkan roti itu pada Adeline.

"Wah…, boleh ibu" jawab Adeline dengan senang.

"Oh ya satu lagi, ada hadiah dari seseorang untukmu" ucap sang ibu sambil memberikan hadiah tersebut.

"Wah…, apa ini ya ?" tanya Adeline dengan rasa senang sambil penasaran dengan isinya.

"Coba saja kau lihat sendiri. Ibu mau menaruh barang – barang ini dulu di lemari" ucap sang ibu pada Adeline.

Akhirnya Adeline yang sudah tidak sabar melihat hadiah itu pun langsung membukanya.

"Waahh…., sebuah kamera. Bagus sekali kameranya dan warnanya juga lucu, terima kasih ibu" ucap Adeline yang sangat senang mendapat hadiah itu.

"Sudah kubilang itu bukan dariku" sang ibu menjawab sambil tersenyum.

"Lalu dari siapa ?" ucap Adeline yang penasaran.

Ia pun mencari tahu siapa yang memberikannya itu tapi ia tidak menemukan tulisan apapun.

"Mungkin saja dari pacarmu" sahut ibu Adeline sambil menggodainya.

"Ah ibu…, aku tidak punya pacar" jawab Adeline dengan tersipu malu.

Lalu ia pun melihat kearah album foto yang di berikan Andre sebelumnya. 

"Hah…!, jangan – jangan ini darinya ya ?" ucap Adeline yang sudah tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Sang ibu pun merasa sangat senang akhirnya melihat Adeline dapat gembira lagi seperti saat ini.

"Kalau aku sudah sembuh aku mengabadikan seluruh momen dalam hidupku bersama dengan kamera ini" ucap Adeline dengan senang sambil terus memegangi kamera itu.

"Sebelum itu kau harus fokus dulu ya pada penyembuhanmu" ucap sang ibu padanya.

"Tenang saja bu, pasti aku akan sembuh" ucap Adeline sambil melihat kearah langit dan tersenyum.

"Sudah, sudah. Ini sudah malam, ayo kau isitirahat dulu Adeline" perintah sang ibu padanya.

"Baik bu" ucap Adeline.

"Andre, terima kasih banyak ya" ucap Adeline dalam hatinya.

Kemudian Adeline pun merapihkan hadiahnya itu dan ia bersiap untuk pergi tidur.

"Walaupun kau tidak ada di hari ulang tahunku, tapi aku tetap senang karena kau ternyata tidak melupakannya" ucap Adeline pada hatinya.

"Selamat malam ya, Andre" lanjut Adeline.

Akhirnya Adeline pun tertidur sambil tetap memeluk kamera yang di hadiahi oleh Andre itu.

Keesokkan harinya,

Cyntia datang menjenguk Andre sehabis pulang sekolah, ia memberitahukan bahwa hadiah itu telah ia berikan pada Adeline. Andre yang mendengar hal itu pun merasa senang. Ia juga menyampaikan pada Andre bahwa kemungkinan hari sabtu nanti akan ada orang yang ingin menemuinya.

Ketika Andre bertanya siapa orang itu, maka Cyntia pun tetap merahasiakannya.

Tak lama setelah memberitahu Andre, Cyntia pun langsung kembali kerumahnya karena hari itu ia harus pergi menemani ibunya ke pusat kota untuk berbelanja.

Andre pun menghabiskan waktunya dengan menulis buku hariannya.

[ Selama ini Andre ternyata sering menuliskan apa yang ia alami kedalam buku hariannya. Ia mulai melakukan itu sejak ia membelikan Adeline sebuah buku harian sebulan yang lalu, kemudian ia menamai buku hariannya itu dengan "My Last Year with My Princess", yang terinspirasi dari sebuah acara televisi yang sering diceritakan oleh Adeline padanya ].