"KRING… KRING… KRIIING…" (Bunyi suara jam berdering).
(Pukul 06.00 pagi)
Terbangunlah Andre di hari minggu yang cukup cerah itu. Kemudian ia pun segera bersiap – siap untuk lari pagi. Setelah ia sudah siap, ia pun langsung berpamitan pada ibunya dan pergi untuk berlari.
(Pukul 08.00 pagi)
Andre pun kembali pulang setelah ia berolah raga dengan cukup hari ini. Ia pun langsung masuk ke kamarnya dan bersiap untuk mandi. Setelah ia selesai mandi dan berpakaian ia pun langsung menuju meja makan untuk sarapan.
Selama seminggu ini Andre terlihat begitu senang.
"Hai Andre, belakangan ini ibu lihat kau senang sekali, ada apa ?" tanya sang ibu pada Andre.
"Tidak ada apa – apa bu," jawab Andre sambil menarik kursi makannya.
"Apa kau yakin ?" tanya kembali sang ibu yang masih merasa penasaran.
"Iya yakin" jawab Andre.
"Oh iya, ngomong – ngomong bagaimana kabar temanmu, Adeline itu ? tanya sang ibu.
"Kabarnya baik bu" jawab Andre dengan rasa gembira.
"Oh ya ibu jadi teringat, waktu kau dirawat di klinik itu, ibu bertemu dengan ibunya Adeline yang baru saja keluar dari tempat kau dirawat, apa yang terjadi waktu itu Andre ?" tanya ibu Andre itu padanya.
"Oh yang waktu itu, dia hanya menjengukku saja karena mendengar kabar dari Cyntia" jawab Andre.
"Jadi ibunya sudah mengenalmu ya ?" tanya kembali ibu Andre.
"Iya bu, karena kami sering melakukan kerja kelompok dirumahnya" jawab Andre.
"Kalau ayahnya bagaimana ?" tanya sang ibu.
"Yang ku tahu ayahnya Adeline sedang bekerja di luar negeri dan sudah lama ia belum kembali" jawab Andre.
"Pasti ia rindu ya pada ayahnya karena sudah tidak lama bertemu" ucap ibu Andre.
Andre pun teringat pada perkataan Adeline waktu itu yang bilang padanya bahwa ia sangat rindu dengan ayahnya. Andre pun segera menyelesaikan makannya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Kemudian Andre berusaha menghubungi Cyntia dan menanyakan apakah dirinya mempunyai kontak ayahnya Adeline yang dapat dihubungi. Namun sayangnya Cyntia tidak mempunyai kontak tersebut.
Akhirnya Andre meminta kontak ibunya Adeline pada Cyntia dan Cyntia pun memberikannya. Tak lama kemudian Andre pun memberanikan dirinya untuk menghubungi ibu Adeline.
Siang itu Adeline dan ibunya sedang menghabiskan waktu dengan menonton televisi bersama. Tiba – tiba handphone ibu Adeline pun berdering. Ibu Adeline pun pergi keluar kamar untuk menjawab telepon itu.
"Halo selamat siang, ini dengan siapa ?" ucap ibu Adeline.
"Halo selamat siang, apa benar ini dengan ibunya Adeline ?" ucap Andre.
"Iya benar" jawab ibu Adeline.
"Halo tante, saya Andre" ucap Andre memperkenalkan dirinya.
"Oh Andre, ada apa ?" tanya ibu Adeline.
"Boleh saya minta kontak ayahnya Adeline ?" lanjut Andre bertanya pada ibunya Adeline.
Ibu Adeline pun terkejut mendengar pertanyaan Andre.
"Untuk apa kau minta kontaknya ?" tanya kembali ibu Adeline pada Andre.
"Ada yang ingin aku bicarakan padanya" ucap Andre.
"Adeline pernah mengatakan padaku sebelum ulang tahunnya kemarin bahwa ia rindu sekali dengan ayahnya" lanjut Andre.
"Maksudmu kau ingin menyuruhnya pulang dan bertemu dengan Adeline ?" tanya ibu Adeline padanya.
"Iya benar" ucap Andre.
"Orang itu adalah orang yang keras kepala, ia pasti tidak akan perduli denganmu, karena yang ada di kepalanya saat ini hanya kerja dan kerja saja" ucap ibu Adeline pada Andre.
"Adeline sangat rindu dengan ayahnya, yang aku mau hanya membuat Adeline bahagia, hanya itu saja. Dan saat ini ia akan sangat bahagia apabila ia dapat bertemu dengan ayahnya lagi" jawab Andre pada ibu Adeline.
"Coba saja kalau kau bisa melakukannya anak muda," ucap ibu Adeline pada Andre.
Setelah itu ia pun memberikan kontak ayah Adeline pada Andre.
"Terima kasih banyak tante" ucap Andre dengan senang hati.
"Sama – sama" ucap ibu Adeline sambil menutup telepon itu.
Andre pun menghubungi ayah Adeline.
Cukup lama ia menunggu akhirnya teleponnya itu pun dijawab okeh ayahnya Adeline.
"Halo, ini dengan siapa ?" tanya ayahnya Adeline.
"Halo, perkenalkan saya temannya Adeline" jawab Andre.
"Oh iya, ada yang bisa saya bantu ?" tanya ayahnya Adeline.
"Apa boleh saya minta satu hal ?" tanya Andre pada ayahnya Adeline.
"Apa maksudmu ?" tanya ayah Adeline.
"Apa kau mau meluangkan waktumu dan menemui Adeline saat ini ?" ucap Andre padanya.
"APA KAU GILA ?!, kau tahu aku ini sedang berada diluar negeri lagipula aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku, kalau aku pergi menemuinya maka pekerjaanku ini akan berantakkan, apabila ini berantakkan maka aku bisa di pecat dan tidak ada yang bisa membayar tagihan rumah sakit Adeline lagi" jawab ayahnya Adeline dengan nada keras pada Andre.
"Kau tahu biayanya tidak sedikit, karena itu aku mengorbankan waktuku demi kesembuhannya" tegas ayah Adeline pada Andre.
"Kau tahu Adeline belakangan ini sangat merindukanmu, ia sering sedih apabila teringat tentang dirimu" ucap Andre.
"Mungkin kau benar bahwa kalau kau tidak bekerja maka Adeline tidak mungkin dapat perawatan yang terbaik, tapi disisi lain yang kau lakukan itu hanya berdasarkan pada keegoisanmu" lanjutnya.
"Mungkin aku ini tidak tahu apa – apa soal permasalahan yang dihadapi orang dewasa sepertimu, yang aku tahu hanya Adeline ingin berjumpa dengan ayahnya" ucap Andre.
"Beruntungnya Adeline karena ia masih memiliki ayah yang sayang padanya dan perduli padanya seperti dirimu. Aku juga dulu mempunyai sosok ayah yang sama seperti dirimu namun ia telah pergi mendahuluiku dan aku tidak memiliki cukup banyak kenangan bersama dengan dirinya" lanjut Andre.
"Aku hanya tidak ingin hal yang kurasakan itu dirasakan juga oleh Adeline, karena itu selagi waktu itu masih ada tolong pergunakan manfaatkan itu sebaik mungkin" ucap Andre.
"Karena waktu itu tidak akan pernah dapat terulang kembali, apabila waktu itu telah berlalu, maka yang tertinggal hanya kenangan saja" pungkas Andre.
Mendengar hal itu terkejutlah ayah Adeline dan tak dapat bekata apa – apa lagi.
"Hanya itu saja yang ingin kusampaikan kepadamu, karena itu berikanlah kenangan yang terbaik bagi dirinya dan dirimu selagi kau masih bisa melakukannya" ucap Andre sambil menutup telepon itu.
Seketika itu juga menangislah ayah Adeline di ruangan kerjanya.
Kemudian masuklah seorang karyawan dan mendapati ia sedang menangis.
"Eh…, maaf pak, pak direktur memanggilmu untuk meeting 1 jam lagi" ucap karyawan itu lalu pergi.
Setelah itu ia terus memikirkan perkataan yang di katakan Andre padanya. Akhirnya ayah Adeline pun berusaha menguatkan dirinya dan kembali bekerja.
"Aku sampai lupa menanyakan nama anak itu" ucap ayah Adeline dalam hatinya.
Setelah ia selesai, ia pun meninggalkan ruangan kerjanya untuk menghadiri meeting itu dan ayah Adeline pun membiarkan komputernya terus menyala.
[ Layar Komputer : …., Website penjualan Tiket pesawat ]
[ Jumlah penumpang : 1 orang dewasa ]
[ Keberangkatan : 30 Oktober 2016 ]