(Pukul 08.00 pagi)
Andre sedang lari pagi saat itu. Kemudian Cyntia datang menghampirinya.
"Hei Andre, ada yang ingin aku bicarakan padamu" ucap Cyntia yang tampak kesal sambil langsung menarik tangan Andre.
"Ada apa Cyntia ?, lepaskan..," jawab Andre.
"Apa yang terjadi denganmu ?" tanya Cyntia sambil melepaskan tangan Andre.
"Kau sudah tidak menjenguk Adeline selama seminggu ini ?, kau bahkan tidak tertarik ketika mendengar aku bicara tentang Adeline bahkan kau terlihat biasa saja saat mendengar bahwa operasi Adeline berhasil !" lanjut Cyntia dengan nada kesal.
"Ini tidak seperti dirimu, cepat katakan padaku apa yang sebernarnya terjadi ?" tanya Cyntia pada Andre.
"Adeline harus fokus pada kesembuhannya terlebih dahulu" jawab Andre.
"APA ?!, hanya karena itu ?!" ucap Cyntia yang marah setelah mendengar jawaban Andre.
"Kau yang selama ini berjuang untuk melihat ia bahagia sekarang mundur hanya karena alasan seperti itu ?!" tanya Cyntia dengan kesal pada Andre.
"Pada hari saat kau pulang itu aku bertemu dengan ibu Adeline" jawab Andre dengan wajah murung.
"Malam itu kami keluar untuk makan berdua karena ia ingin menyampaikan sesuatu padaku, ia berkata kalau aku harus menjauhi Adeline karena ia tidak mau Adeline suatu saat merasakan patah hati karena aku dan memperparah penyakitnya" lanjut Andre.
"Dan aku menyetujui perkataannya tersebut" ucap Andre.
"APA KAU TAHU DIA SELALU MENCARIMU ?!" sahut Cyntia dengan nada marah pada Andre.
"Dia nampak murung setiap kali aku kesana. Kau tidak kasihan padanya ?" lanjut Cyntia.
"Adeline itu sahabatku Andre, aku tidak akan diam saja melihat sahabatku itu sedih, asal kau tahu itu" ucap Cyntia yang masih merasa kesal padanya.
"Aku tidak bisa berbuat apa – apa Cyntia, ini semua permintaan ibunya" ucap Andre.
"Kau tahu kan dia akan berulang tahun 4 hari lagi. Kau datang dan minta maaf padanya. Kalau masalah ibunya biar aku yang urus nanti" jawab Cyntia sambil menarik baju Andre.
"Walaupun jauh didalam lubuk hatiku, aku sakit hati tapi aku tidak mau membiarkan sahabatku itu bersedih" ucap Cyntia dalam hatinya yang masih merasakan sebuah dilema yang hebat.
Namun Andre pun tetap diam tak berkata apapun.
"Cinta dan persahabatan ini benar – benar membuatku gila !" ucap Cyntia secara tidak sengaja.
"Apa yang kau bilang barusan ?" tanya Andre yang heran dengan perkataan Cyntia.
"Cinta dan persahabatan ?" tanyanya sekali lagi.
"Sudah, sudah…, aku tidak mau tahu, kau harus datang pada saat hari ulang tahunnya" ucap Cyntia yang sudah merasa malu itu sambil langsung pergi darinya.
"Kenapa aku berkata seperti itu tadi, haduh ?!" tanya Cyntia dalam hatinya.
"Aku harus pergi dan menemui ibu Adeline sekarang juga" ucap Cyntia lalu pergi ke rumah sakit untuk menemuinya.
"Oh iya tanggal 06 Oktober nanti dia ulang tahun, apa yang harus aku berikan ya padanya ? tanya Andre dalam hatinya.
Kemudian ia pun terpikirkan untuk membelikannya sebuah kamera.
Andre pun kembali pulang kerumahnya dan melihat uang tabungannya.
"Seribu, Dua ribu, tiga ribu lima ratus,...…" ucap Andre sambil menghitung uang tabungannya itu.
"Yes…, cukup nampaknya" ucap Andre setelah ia selesai menghitung uang tabungannya itu dan menyimpan kembali sisanya kedalam dompet tabungannya itu.
Andre pun pergi mandi dan berpakaian dengan rapih lalu pergi ke toko kamera yang ia biasa kunjungi itu.
Tak lama kemudian Andre pun sampai di toko kamera yang biasa ia datangi.
"Halo Andre, foto apa lagi yang ingin kau cetak ?" ucap sang pemilik toko itu.
"Mengapa tokomu sudah hampir kosong, paman ? tanya Andre yang bingung melihat toko itu.
"Zaman sekarang banyak orang yang hanya memakai handphone mereka untuk berfoto, kamera – kamera ini sudah jarang mereka gunakan lagi" ucap sang pemilik toko.
"Aku akan pindah sore ini Andre, jadi kau datang di saat yang tepat bila ingin mencetak foto, kali ini aku beri akan harga special untukmu" lanjutnya.
"Oh tidak, tidak paman. Aku mau beli kamera sebenarnya" ucap Andre.
"Aku mau memberikannya pada seseorang sebagai hadiah ulang tahun" lanjut Andre.
"Tunggu, tunggu sebentar ya, aku cari dahulu" jawab sang pemilik toko tersebut sambil mencarikan Andre kamera terbaik yang ia punya.
"Ini dia kameranya" ucapnya sambil menunjukan pada Andre kamera tersebut.
"Harganya 8500, tapi karena kau adalah pelanggan setiaku dan aku juga terakhir berjualan di kota ini maka aku akan memberikanmu harga diskon jadi 4000 saja, bagaimana ?" lanjutnya sambil menawarkan barang tersebut.
"Yah…, aku ingin sekali membelinya tapi uang yang aku miliki hanya 3500, sayang sekali. Mungkin lain kali saja, terima kasih ya paman" ucap Andre dengan kecewa dan pergi meninggalkan toko itu.
"Andre tunggu…, baiklah berikan saja 3500 itu dan bawa kamera ini" ucap pemiliki toko itu.
"Tapikan harganya tidak segitu katamu tadi" ucap Andre.
"Sudah kau tenang saja, anggap saja itu harga special dariku hanya untukmu" ucap sang pemilik toko sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak ya paman" ucap Andre dengan senang dan ia langsung berjalan pulang.
Pemilik toko pun itu tersenyum melihat Andre yang sudah berjalan cukup jauh.
"Terima kasih karena kau telah menjadi satu – satunya pelangganku selama sebulan terakhir ini" ucap sang pemilik toko sambil terus memandangi Andre.
Sesampainya dirumah ia pun langsung bergegas ke kamarnya dan membungkus kamera tersebut agar menjadi hadiah yang menarik buat Adeline.
Sementara itu,
Cyntia yang datang menjenguk Adeline bercerita dengan Adeline sepanjang hari sambil menunggu ibu Adeline pulang karena ada yang ingin ia bicarakan pada ibunya Adeline tersebut.
Ketika ibunya Adeline pulang, ia langsung menghampirinya dan mengatakan bahwa ia ingin berbicara padanya secara 4 mata.
"Hai aku pulang, oh ada Cyntia juga, halo Cyntia" ucap ibu Adeline yang baru saja sampai.
"Halo, ibu" ucap Adeline.
"Halo, juga tante" ucap Cyntia.
"Ibu mandi dulu ya Adeline, Cyntia" ucap ibu Adeline pada mereka.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya ibu Adeline pun selesai mandi dan berpakaian. Cyntia yang sedang berbicara pada Adeline pun langsung menghampiri ibunya Adeline.
"Adeline, sebentar ya, aku ingin berbicara pada ibumu" ucap Cyntia.
Adeline pun menganggukkan kepalanya.
"Maaf tante, boleh minta waktunya sebentar, ada yang ingin Cyntia bicarakan. Tapi mari kita bicarakan diluar agar Adeline tidak mendengar pembicaraan ini" ucap Cyntia pada ibunya Adeline.
Ibu Adeline pun setuju mereka berdua pun pamit pada Adeline untuk keluar mencari makan sebentar di keluar.
Mereka pun berjalan – jalan di area sekitar rumah sakit.
"Apa yang mau kau bicarakan Cyntia ?" tanya ibu Adeline padanya.
"Ini soal Andre" ucap Cyntia.
"Mengapa kau bicara seperti itu padanya ?" tanya Cyntia pada ibu Adeline.
"Aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuk putriku, itu saja" ucap ibu Adeline.
"Dengan menjauhkan Adeline dari orang yang disayangi ?!" ucap Cyntia dengan nada yang cukup keras.
"Andre akhir – akhir ini berjuang untuk membuat Adeline bahagia, tante tahu itu kan ?" tanya Cyntia padanya.
"Bahkan ia rela menjadi "mata" bagi Adeline supaya ia dapat melihat dunia diluar kamar rumah sakit itu, tante juga tahu tentang itu pasti kan ?" tanya Cyntia kembali.
"Kau tak mengerti apa – apa soal cinta Cyntia" ucap ibu Adeline.
"Cinta tidak selamanya seperti cerita pangeran dan tuan putri negeri dongeng. Bahkan cerita Romeo & Juliette berakhir tragis kan. Aku tidak mau suatu saat Adeline terluka hatinya karena cinta dan membuat keadaannya lebih buruk" lanjut ibu Adeline.
"Tapi tante lihat sendirikan Adeline yang sekarang tidak seperti yang kemarin – kemarin, ia lebih banyak murung belakangan ini" jawab Cyntia.
"Apa itu yang tante maksud berbuat yang terbaik untuk Adeline ?" tanya Cyntia pada ibu Adeline.
"Ini justru malah hanya akan memperburuk kondisi Adeline saja !" tegas Cyntia pada ibu Adeline.
"Cinta itu butuh pengorbanan, kalau Andre memang mencintainya maka ia harus rela mengorbankan dirinya untuk kesembuhan Adeline" jawab ibu Adeline pada Cyntia.
"JUSTRU YANG ANDRE LAKUKAN SELAMA INI ADALAH PENGORBANAN !" teriakkan Cyntia pada ibu Adeline.
"Andre menderita kanker paru – paru stadium 4 saat ini tapi ia tidak perduli akan hal itu. Ia terus saja mendahului kebahagiaan Adeline dari pada kesehatannya sendiri" ucap Cyntia sambil menahan air matanya.
Ibu Adeline yang mendengar hal itu pun merasa sangat terkejut dan terpukul.
"Ia tidak mau dirawat di rumah sakit karena ia tahu apabila orang – orang disekitarnya tahu mereka pasti akan sangat sedih, termasuk Adeline" ucap Cyntia.
"Ia menyuruhku untuk merahasiakan ini, tapi aku memberitahukan ini padamu supaya tante dapat memahami dari sisi Andre, mengapa ia rela melakukan ini" lanjut Cyntia.
"Karena ia sangat tulus mencintai Adeline" ucap Cyntia pada ibunya Adeline.
"Tak akan kubiarkan siapapun menghalangi kebahagiaan kedua sahabatku itu" lanjut Cyntia dengan mata yang berkaca – kaca.
"Ini bisa jadi saat terakhir bagi Adeline atau saat terakhir bagi Andre, setidaknya biarkanlah mereka menghabiskan waktu mereka untuk saling menjaga satu sama lain di saat terakhir mereka…, aku sekalian pamit dulu kalau begitu tante" ucap Cyntia lalu pergi dari hadapan ibu Adeline.
Ibu Adeline pun terkejut dan tak bisa berkata – kata mendengar apa yang di sampaikan Cyntia itu. Ia pun memikirkan hal itu sepanjang perjalanannya kembali ke rumah sakit itu.
Hari – hari berlalu dan ibu Adeline pun diam – diam terus memperhatikan Adeline. Adeline tampak murung dan tak bersemangat semenjak Andre tidak menjenguknya. Sesekali ia membuka album foto yang di berikan oleh Andre tersebut.
"Nampaknya apa yang dikatakan Cyntia itu ada benarnya" ucap ibu Adeline dalam hatinya sambil terus memerhatikan Adeline.