Chereads / My Last Year "Tahun Terakhirku" / Chapter 6 - 15 September 2016

Chapter 6 - 15 September 2016

"KRING… KRING… KRIIING…" (Bunyi suara jam berdering).

Terbangunlah Andre dan bersiap untuk pergi ke sekolah seperti biasa.

Sesudah Andre menghabiskan makanannya ia kemudian langsung berpamitan pada ibunya dan berangkat ke sekolahnya.

Sesampainya ia di sekolah, ia pun masuk ke dalam kelasnya dan langsung duduk di tempat duduknya. Hari itu wajah Andre nampak murung seakan tidak ada semangat dalam dirinya.

"Hei Andre, kalau kau ada masalah jangan malu untuk cerita pada ku ya" tanya Cyntia sambil memegang bahu Andre.

"Tidak ada apa – apa" jawab Andre sambil menggelengkan kepalanya.

"Benarkah ?, apa ini ada hubungannya dengan Adeline ?" tanya Cyntia padanya sekali lagi.

"Tidak ada hubungan dengannya" jawab Andre kembali.

"Baiklah kalau begitu, ayo tersenyum" ucap Cyntia sambil kedua tangannya menekan pipi Andre dan membantunya untuk tersenyum.

Andre pun akhirnya tersenyum karena paksaan dari Cyntia.

"Dasar anak ini…, selalu saja seperti itu" ucap Andre dalam hatinya sambil melihat kearah Cyntia.

"Terima kasih ya Cyntia" lanjut Andre dalam hatinya.

Kemudian tak lama setelah itu masuklah guru mereka kedalam kelas untuk mengajar.

(Pukul 12.00 siang)

(Bel sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat)

"Ayo Andre kita makan siang" ajak Cyntia padanya.

Andre pun menganggukan kepalanya dan setelah mereka merapihkan meja mereka, mereka pun pergi ke taman sekolah seperti biasa.

"Hei Andre, apa kau ada rencana untuk pergi setelah pulang sekolah ?" tanya Cyntia padanya.

"Maaf Cyntia, aku ada urusan setelah pulang sekolah hari ini" jawab Andre.

"Yah…, sayang sekali padahal aku ingin mengajakmu menjenguk Adeline" ucap Cyntia dengan nada kecewa.

"Lain kali saja mungkin, bagaimana ?" tanya Andre pada Cyntia.

"(Menghela nafas)…, Baiklah kalau begitu" ucap Cyntia sambil tersenyum pada Andre.

"Ayo kita selesaikan makan siang kita ini, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi" ucap Cyntia sambil berusaha kembali menghabiskan makanannya.

Andre pun menganggukkan kepalanya dan kembali memakan makan siangnya.

Tak lama setelah mereka selesai menghabiskan makan siang mereka, bel sekolah pun berbunyi dan mereka berdua langsung merapihkan bekal mereka dan masuk kedalam kelas.

(Bel sekolah itu pun berbunyi menandakan waktu pulang).

"Baiklah Andre, aku duluan ya" ucap Cyntia pada Andre yang sedang merapihkan barang – barangnya itu.

"Hati – hati Cyntia" jawab Andre padanya.

Kemudian setelah Andre selesai merapihkan barang - barangnya, ia pun bergegas untuk pulang kerumahnya.

Setelah ia sampai di rumahnya ia pun langsung mengganti bajunya dan tanpa berlama – lama ia pun pergi lagi. Namun sebelum Andre pergi, ibunya sempat melihatnya dan bertanya padanya ;

"Andre, kau mau pergi kemana ?" tanya sang ibu.

"Aku hanya mau keluar sebentar saja bu, mau membeli sesuatu ?" jawab Andre yang sedang memakai sendalnya.

"Baiklah, jangan pulang malam – malam ya" ucap sang ibu.

Kemudian setelah berpamitan pada ibunya Andre pun langsung berangkat. Ia mengendarai motor listriknya tersebut menuju rumah sakit.

Setibanya ia di rumah sakit, ia pun langsung berbicara pada resepsionis itu dan menunggu di ruang tunggu.

Tiba – tiba Cyntia yang pada hari itu sedang menjenguk Adeline keluar dari kamar rawat Adeline dan berjalan keluar rumah sakit. Namun secara tidak sengaja Cyntia melihat Andre yang sedang duduk di kursi ruang tunggu rumah sakit itu. Alih – alih menegur Andre, Cyntia justru lebih memilih untuk memata – matai Andre.

"Hah.. !, mengapa ada Andre disini ?"ucap Cyntia dengan terkejut dalam hatinya.

"Bukannya sebelumnya ia bilang bahwa ia tidak bisa datang ?" lanjut Cyntia yang masih merasa heran melihat Andre.

"Aku merasa ada hal yang aneh padanya" ucap Cyntia sambil bersembunyi dengan niat untuk memata – matai Andre.

Tak lama berselang nama Andre pun di panggil oleh suster kemudian masuklah mereka kedalam salah satu ruangan.

Setelah mereka masuk kemudian Cyntia yang penasaran itu pun mendekat ke depan pintu ruangan itu untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan setelah itu ia kembali bersembunyi.

[ Tertulis pada pintu : Klinik Paru ]

Setelah menunggu cukup lama kemudian Andre pun keluar dari ruangan itu dan langsung berjalan keluar dari rumah sakit itu.

Cyntia yang melihat Andre sudah cukup jauh pun masuk ke dalam ruangan yang di masuki oleh Andre sebelumnya dan bertanya pada dokter yang ada di ruangan itu.

"Permisi dokter…," ucap Cyntia

"Oh iya…, silahkan masuk, apa kau pasien selanjutnya ?" tanya dokter itu padanya.

"Bukan, bukan…, saya ini sepupu dari anak yang barusan masuk tadi, kalau boleh saya tahu anak itu sakit apa ya dokter ?" tanya Cyntia kembali.

"Oh anak itu…, untuk sementara sih diagnosa terburuknya penyakit kanker paru – paru yang pernah di derita anak itu kambuh lagi" jawab dokter itu pada Cyntia.

Cyntia sangat terkejut mendengar hal itu sampai – sampai ia tidak dapat berkata – kata sejenak.

"Kau tidak apa – apa ?" tanya sang dokter yang melihat Cyntia terdiam.

"Ah tidak apa – apa dok, saya hanya terkejut saja, karena anak itu tidak pernah memberitahukan penyakitnya pada keluarganya sendiri" jawab Cyntia.

"Pantas saja, kalau begitu tolong kau ingatkan dia untuk tidak terlalu memaksakan dirinya sampai hasil yang sebenarnya keluar ya" ucap sang dokter sambil memegang bahu Cyntia.

"Kalau boleh saya tahu, kira – kira kapan hasilnya keluar ya dokter ?" tanya Cyntia kembali.

"Kurang lebih tanggal 19 september ini sudah keluar hasilnya" jawab sang dokter tersebut.

"Oh ya dokter, tolong rahasiakan pembicaraan kita ini dari Andre ya" ucap Adeline sambil memohon padanya.

"Baiklah" jawab dokter itu.

Akhirnya setelah mendengar ucapan dokter itu Cyntia pun langsung bergegas pulang kerumahnya dan berusaha tetap menjaga ini sebagai sebuah rahasia.

Hari – hari berlalu dengan cepat, Cyntia terus mengamati gerak gerik Andre setelah itu. Ia ingin memastikan kalau Andre baik – baik saja. Ia tetap menjaga rahasianya itu agar tidak ketahuan siapapun termasuk Andre sendiri.

Andre pun terus melanjutkan aktifitasnya seperti biasanya. Walaupun Andre sudah mulai sering sakit kepala dan mudah kelelahan, ia pun menyadari akan hal itu.

Suatu malam yang dingin,

Andre yang sedang melihat – lihat foto Adeline dalam galeri handphonenya.

"Suatu saat aku akan membawamu ke taman bunga itu" ucap Andre dalam hatinya.

Akhirnya setelah ia selesai melihat – lihat foto itu tertidurlah Andre. Andre pun kembali menjalani hari – hari berikutnya seperti biasa. Ia mencoba untuk tidak memikirkan tentang penyakitnya itu. Walaupun ia tahu penyakitnya bukanlah hal yang bisa di anggap penyakit biasa. Ia pun tidak sabar menunggu hari minggu datang kembali, hari dimana ia bisa berbuat sesuatu yang menyenangkan untuk dirinya.

 Saat ini hal yang paling menyenangkan atau membahagiakan buat Andre adalah membuat Adeline selalu tersenyum dan bahagia. Ia tidak ingin orang yang ia cintai itu bersedih dengan alasan apapun. Karena ia takut bahwa kesempatan untuk membahagiakan orang yang ia cintai itu tidak datang dua kali dan ia hidup dalam sebuah penyeselan yang luar biasa karena tidak bisa membahagiakan orang yang ia cintai.